DOR
DOR
DOR
DOR
DOR
Suara letupan senjata api terdengar di sebuah ruangan, ceceran cairan kental berwarna merah terlihat di dinding ruangan yang terbuat dari besi baja kokoh untuk menghindari adanya bencana.
Seorang pria berdiri dengan dua buah pistol di tangannya, senjata semi otomatis itu membuatnya mudah untuk melampiaskan amarahnya. Tidak hanya di dinding, bahkan di wajah pria itu terciprat noda merah setelah ia melepaskan beberapa timah panas kepada targetnya.
"Boss, sudah saatnya untuk pergi. Kami sudah mengirimkan beberapa undangan termasuk kedua orangtua Anda," seseorang pria paruh baya berkata dengan memberikan handuk kecil kepada tuannya.
Pria itu mengambil handuk putih itu dan memberishkan wajah dan juga tangannya yang bersimbah darah. Melampiaskan rasa kesalnya sangat membutuhkan tenaga dan juga ruang untuk membuatnya merasa lega.
Pria berwajah simetris, dengan mata yang terlihat menajam setiap mengerutkan dahi, rahang yang terlihat tegas, bibir yang cukup penuh, bahu yang lebar dengan membentuk huruf V pada tubuhnya. Di tambah dengan kharisma yang pria itu miliki, membuat pria itu terlihat panas, seksi, tampan, dan penuh dengan daya tarik yang membuat siapa pun akan mendekatinya tanpa sadar.
Jose Daniel Romero Callisto, pria itu mengganti pakaiannya dengan yang baru untuk bertemu dengan seseorang. Kali ini ia akan kembali ke Mansion utama untuk meminta restu kepada kedua orangtuanya. Daniel tidak bisa mengajak Vhena, karena ia takut jika statusnya akan terbongkar. Tidak mungkin Vhena mau menikah dengan pemilik perusahannya sendiri, ia mengetahui itu saat pertama kali bertemu dengan Vhena. Ditambah ia harus mencari tahu apa yang disuka dan tidak disuka wanitanya.
Keluar dari bunker, Daniel berjalan menuju mobil range rover miliknya, kali ini Foren yang menyetir untuk Daniel. Foren adalah tangan kanan Daniel yang selalu menyiapkan keperluan Daniel dari hal terkecil hingga besar. Melihat senyuman Daniel yang tercetak jelas saat ini, membuat Foren bertanya-tanya.
Foren tidak melihat keistimewaan dari gadis bernama aneh yang akan menjadi pasangan tuannya. Tetapi ia cukup mengetahui siapa ayah dari wanita itu, Dragnile Ravhe yang merupakan anak buah dari Rozect Gill Callisto, ayah dari Jose Daniel Romero Callisto. Bawahan yang setia hingga akhir hayatnya, tetapi dianggap sebelah mata oleh tuannya.
Sesampainya mereka di Mansion utama keluarga Callisto, Daniel di sambut oleh Rozect yang sedang menikmati masa tuanya di taman depan Mansion. Rozect tersenyum sambil berdiri dari duduknya, ia tahu putranya akan meminta restu hari ini setelah ia mendapatkan undangan dadakan dari putranya.
Versailles, Mansion ini memiliki 30 kamar, area bowling, ring roller skating dan kolam renang seukuran kolam olimpiade. Selain memiliki 30 kamar tidur, juga memiliki 23 kamar mandi dengan pemandangan spektakuler Danau Butler. Dinamakan Versailles karena pintu masuknya dibuat sama dengan model kerajaan Versailles, di Prancis. Taman yang luas dan lahan pribadi yang cukup membuat mereka jauh dari kebisingan kota Florida.
"Apa yang kau lakukan di sini, Daniel?" tanya Rozect dengan senyuman meremehkan.
"Seperti yang kau tahu, aku akan menikah dengan putri Dragnile Ravhe." Jawab Daniel dengan tatapan serius.
"Apa wanita itu mengincar kekayaanmu?" jawab Rozect sambil terkekeh.
"Vhena tidak tahu siapa aku dan tidak mengetahui jika aku adalah atasannya." Rozect mengerutkan keningnya.
"Kau tidak memberitahu siapa dirimu?" tanya Rozect.
"Aku sengaja tidak memberitahunya, karena aku ingin hidup 'normal' bersama dengannya,"
Rozect mengangkat satu alisnya, ia tidak menyangka terhadap putranya yang terkenal kejam dan mengerikan di dunia para mafia. Seorang Daniel memiliki sisi 'manis' seperti itu membuat Rozect ragu jika yang berdiri di hadapannya adalah putranya.
"Jika ia tahu siapa dirimu, wanita itu pasti akan meninggalkanmu, Son," seorang wanita paruh baya keluar dari dalam mansion dan menatap putranya dengan wajah serius.
"Sampai kapan pun aku tidak akan memberitahu siapa diriku sebenarnya, dan karena itulah aku datang pada kalian berdua," jawab Daniel sambil tersenyum ke arah orangtuanya. "aku ingin kalian ikut dalam rencanaku." Lanjut Daniel dan wanita paruh baya itu hanya menghembsukan napasnya pelan.
"Apa kami memiliki pilihan?"
"Tentu ... ikuti rencanaku atau aku hancurkan kerajaan Callisto dalam beberapa detik."
"Itu bukan pilihan melainkan ancaman."
"Jadi, apa yang kalian pilih?"
Rozect tertawa melihat tingkah kekanakan putranya, ia tidak menyangka jika seorang Daniel akan melakukan hal tergila dalam hidupnya. Membangun kerajaan Callisto tidaklah seperti memutar balikkan tangan. Gazael de Callisto yang merupakan kakek Daniel adalah pria yang membangun kerajaan itu dari saat usia muda. Jika Daniel ingin menghancurkannya, sudah di pastikan Gazael akan bangkit dari kuburnya hanya untuk menghajar cucu yang tidak sempat pria itu lihat.
"Baiklah, tetapi ingat ... jangan sampai ia mengetahuinya. Seorang wanita jika sudah sekali saja dibohongi, maka wanita itu tidak akan pernah lagi percaya." Jawab Rozect sambil memperingati putranya.
"Aku usahakan," jawab Daniel sambil berlalu meninggalkan kedua orangtuanya untuk kembali mempersiapkan segalanya.
Daniel mengambil smartphone dari sakunya, satu pesan masuk ia dapat dari Vhena. Wanita itu menannyakan kabar Daniel dan juga persiapan yang akan pria itu lakukan. Daniel memilih untuk menghubungi Vhena agar percakapan mereka lebih jelas dari pada mengirim pesan.
"Hallo,"
"Apa aku mengganggumu?"
"Tidak, aku hanya sedang sedikit memasak untuk makan malam."
"Apa aku boleh mampir ke apartemenmu?"
"Tentu, aku juga ingin bertanya banyak hal padamu."
"Baguslah, karena aku ingin memakan masakan buatanmu,"
Terdengar suara tawa kecil dari seberang telepon, Daniel menarik bibirnya ke atas mendengar suara lembut wanita yang akan ia nikahi dua hari lagi.
"Daniel,"
"Ya?"
"Bagaimaan dengan orangtuamu? Apa mereka merestui kita?"
"Aku baru saja menemui mereka, seperti yang kau kira ... kedua orangtuaku terkejut dan akhirnya memilih untuk merestui kita,", 'atau sebut saja aku mengancam mereka,' lanjut Daniel dalam hati.
Terdengar suara helaan napas lega dari bibir Vhena, Daniel mencoba mengalihkan pembicaraan agar wanita itu kembali tersenyum.
"Apa yang kau masak?"
"Hanya sedikit sayuran dan juga cemilan,"
"Ingin ku bantu?"
"Tidak perlu, tetapi aku harap kau tidak keracunan setelah memakan masakanku. Aku tidak pintar memasak, kau tahu itu,"
"Ya, aku tahu ... Vhena,"
"Ya?"
"Apa kau gugup?"
"Sedikit,"
"Sungguh?"
"Apa aku harus berbohong?"
"TIdak, aku hanya bertanya saja, sejujurnya aku gugup sekali."
"Benarkah?"
"Apa aku harus berbohong?"
"Ya, untuk meyakinkan diriku jika kau ingin menikah denganku,"
"Jahat sekali,"
"Hahaha, aku hanya bercanda."
"Vhena,"
"Ya?"
"Apa kau menyukai pria romantis?"
"Mungkin."
"Mengapa kau tidak yakin dengan jawabanmu sendiri?"
"Karena aku lebih suka jika kau menjadi dirimu sendiri,"
"Benarkah?"
"Apa ada masalah?"
"Karena aku pria yang romantis,"
"..."
"Vhena, kau masih di sana?"
"Ya,"
"Aku ingin kau tahu,"
"Tentang apa?"
"Kau milikku."
***