Puncak Menara

2556 Words

Khawatir. Itu yang pertama kali Zivanna rasakan sejak Kezia mengucapkan kalimat tadi siang, kalimat yang kini bergaung terus-menerus di kepalanya tanpa bisa dihentikan. Bahwa Kolonel Hakim Rajani Jagatara tengah disidang. Bahwa operasi semalam, penyelamatan brutal yang membuat tubuh Hakim sendiri bersimbah darah itu… ternyata bukan sepenuhnya legal di mata atasannya. Zivanna duduk di tepi ranjang militer yang terlalu besar, terlalu rapi, dan terlalu sepi malam ini. Sepiring makan malam dari dapur perwira yang tadi diantar prajurit muda berseragam loreng masih utuh. Tak satu suap pun ia sentuh. Wangi lauk pauk yang semula menggoda, kini justru membuat perutnya mual. Jam digital di dinding barak menunjuk 23.04 WIT. Dan suaminya belum pulang. ‘Apa karena aku?’ pikirnya. Apa benar… karena

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD