Hakim menatap Zivanna yang masih terlelap. Nafas perempuan itu naik turun perlahan, matanya tertutup rapat dengan selimut rumah sakit menutupi sampai bahu. Meski kulitnya pucat dan rambutnya masih lembab tersisir acak, namun Zivanna terlihat tenang untuk pertama kalinya sejak malam penyelamatan itu. Di ujung matanya masih ada sisa bengkak, bekas tangis atau trauma. Hakim berdiri di sisi ranjang, diam, lalu merapikan selimut sang istri dan mengusap pelan puncak kepalanya tanpa suara. Jam digital di dinding menunjukkan pukul 10.17 WIT. Kolonel Hakim Rajani Jagatara sudah lengkap berseragam loreng Pakaian Dinas Lapangan. Seragamnya rapi, bersih, tanpa cela, meski bahu kirinya masih dibalut perban ringan. Ia menarik napas panjang, lalu berjalan keluar ruangan, berhenti sejenak di depan pintu