"Aaaaaaa— hmpphhhh!" Teriakan Zivanna terhenti ketika tubuhnya menyentuh air, menimbulkan cipratan yang cukup tinggi sebelum ia benar-benar tenggelam ke dalam kolam. Air terasa membekapnya, membuat napasnya tercekat. Ia meronta panik, tak sempat berpikir, hingga sepasang lengan kokoh menarik pinggangnya dari dalam air dan membawanya ke permukaan. “Hekkk—! Hekhhh!” napasnya tersengal begitu muncul ke atas. Tangan Zivanna otomatis mencengkeram erat lengan Hakim. “Apa-apaan sih kamu!” semprot Zivanna dengan suara gemetar, air menetes deras dari wajahnya. “Kenapa aku dijatuhin?! Kamu mau aku mati tenggelam, ya?” Hakim tidak langsung menjawab. Ia hanya mengangkat satu alis dengan wajah datar, sebelum menjawab tenang, “Kamu tidak akan belajar kalau terus-terusan bergantung pada saya.” Zivan