36. Gara-gara Story

1603 Words

Suasana di mobil masih saja hening. Sejak usapan di kepala, baik aku ataupun Dokter Arga sama-sama belum bersuara. Mau menoleh, aku malu. Aku takut sisa-sisa senyumku tadi masih ada. Ya, sekalipun sebenarnya yang menyita perhatianku masih soal luka dan pelaku penusukan. Dia main rapi sekali. Ketidaksengajaan yang dia buat sangat natural. Tadi bahkan tidak ada pengunjung lain yang sadar. Semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tadi Dokter Arga pun langsung menarikku ke titik yang lebih sepi. Memang lebih baik menyimpan sendiri daripada membuat kegaduhan. Pasalnya, aku sudah terlanjur telat sadar kalau tanganku terluka. Mau mengejar pelaku, jelas sudah mustahil. Rasanya benar-benar miris. Koas stase pertama belum selesai, tetapi aku sudah terluka dua kali. Satu kali, kecelak

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD