13. Jangan Mimpi!

2137 Words

“Setelah saya baca keseluruhan, saya memutuskan untuk memilih esai nomor dua. Kerja bagus, Ris!” Pujian itu membuat kunyahanku seketika berhenti. Aku menatap Dokter Arga, dia sedang menatapku serius. Akhirnya, aku buru-buru menelan. “Serius, Dok? Mau esai nomor dua?” “Serius. Kenapa kamu kelihatan kaget?” “Enggak, soalnya esai nomor dua itu justru saya kerjakan tengah malam banget. Saya antara sadar dan enggak sadar. Memang saya tetap berusaha maksimal, cuma saya enggak nyangka kalau yang dipilih justru nomor dua. Saya pikir yang pertama atau ketiga. Soalnya dikerjakan saat kesadaran saya lagi bagus.” “Saya hanya merasa poin esai kedua lebih unik dan jarang dibahas. Jadi, saya rasa yang kedua paling layak untuk dikirim.” “Apa artinya dua esai yang lain tidak layak?” “Siapa yang bila

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD