Aku mematut diriku di depan cermin. Aku sampai menganga, tak menyangka kalau kemeja Dokter Arga akan sebesar ini di badanku. Panjangnya bahkan sampai lututku. Benar-benar sampai lutut bagian bawah. Bahkan kemeja Mas Juna pun sepertinya tidak sepanjang ini.
“Ini aku yang kekecilan atau dia yang kaya raksasa, sih?”
Andai aku tak mengenakan celana pun sepertinya akan aman. Maksudku, pahaku tidak akan kelihatan. Apalagi, aku sendirian di apartemen ini. Aku tidak perlu khawatir ada yang melihat.
“Wah … gila, sih!”
Aku selalu sadar kalau Dokter Arga memang tinggi, tetapi aku tidak menyangka dia setinggi ini. Baju-bajunya besar dan panjang. Jangan-jangan dia beli ukuran yang paling maksimal.
Di tengah-tengah banyaknya kesibukan, dia juga bisa menjaga tubuhnya. Maksudku, dia tidak kurus, tida
