Bab 42 Bayang-Bayang di Balik Pintu

1086 Words

Pagi menjelang dengan sinar matahari yang lembut, tapi rumah Radit dan Aruna masih menyimpan aroma ketegangan semalam. Radit terbaring di kamar, tubuhnya penuh lebam, sementara Aruna sibuk mengompres luka-lukanya dengan tangan yang gemetar namun penuh kesabaran. “Harusnya kamu lebih hati-hati, Dit,” ucap Aruna pelan, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. “Aku nggak sanggup lihat kamu kayak gini lagi.” Radit menghela napas panjang, mencoba tersenyum meski wajahnya terasa perih. “Aku juga nggak mau bikin kamu khawatir. Tapi apa pun yang terjadi, aku nggak bisa mundur. Mereka pasti akan datang lagi.” Aruna terdiam, matanya berkaca-kaca. Dalam hatinya, muncul ratusan pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa adik iparnya, Karina, tampak begitu membencinya? Mengapa orang-orang itu tiba-tiba

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD