4

2078 Words
Setelah Antonio keluar dari kamarnya, Serena merasakan kemarahan dalam dirinya memuncak. “Keluar.” Maria tercengang mendengar kalimat pertama yang terucap dari bibir Serena semenjak gadis itu tiba di rumah ini. “Ren, ada apa?” “Aku bilang keluar!” Teriaknya. “Calon suamimu sebentar lagi tiba. Lihat, sudah hampir jam 7 malam.” Maria masih membujuk Serena agar segera menyelesaikan riasannya. “Sudah hampir selesai. Lila akan melakukan sesuatu pada rambutmu.” “Keluarlah Maria! Aku bisa melakukannya.” Bentak Serena hingga membuat ketiga wanita itu berpandangan. Maria menghela napas dan mengedikkan kepala pada Sora dan Lila. “Baiklah, aku yakin kau bisa menyelesaikan semuanya.” Maria memegang kedua pundak Serena lalu ia melangkah untuk keluar dari kamar itu walaupun tidak tahu kenapa tiba – tiba Serena bersikap seperti itu. “Ayo Sora, Lila. Biarkan Serena menikmati waktunya sendiri.” Lalu mereka bertiga meninggalkan Serena sendirian di dalam kamar yang tertutup. Serena berdiri dari meja riasnya menuju lemari. Ia menarik sepasang pakaian tidur longgar dan segera mengganti gaun cantik itu dengan marah. Ia tidak sudi untuk memuaskan keinginan ayahnya dengan memamerkan dirinya yang berpenampilan sempurna. Ia akan membuat pria asing itu kecewa dan berbalik dari perjanjian yang mereka berdua ciptakan. “Dasar b******n mereka semua!” Umpat Serena sambil mengenakan pakaian tidur bermotif sapi itu. “Mereka pikir dapat menjual hidupku demi tahta kerajaan mafia terkutuk ini, hah?” Serena ke kamar mandi dan mencuci muka yang sudah Sora rias sebelumnya. Lalu ia mengambil ikat rambut untuk mengikat rambutnya secara asal sambil berjalan menuju tempat tidurnya. “Aku tidak akan memberikan apa yang kalian mau.” Ujar Serena dengan kesal. Seharusnya ia tahu bahwa Antonio tidak akan pernah memikirkan kebahagiaan dirinya. Serena berbaring di tempat tidurnya dengan selimut menutupi seluruh badannya sekitar dua puluh menit sampai akhirnya seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia tidak menjawab sehingga membuat orang itu masuk. Lila melongokkan kepalanya ke dalam kamar untuk memanggil Serena. “Nona, tuan Lucien sudah datang. Tuan Antonio meminta saya menjemput anda ke ruang makan.” Lila berkata sambil membelalakkan matanya saat melihat Serena tengah berbaring di atas kasur. Ia khawatir gaun yang dikenakan Serena akan menjadi kusut dan rambutnya berantakan. Lila menghampirinya karena melihat Serena sama sekali tidak bergerak dan mengabaikannya. “Nona, pakaian dan riasanmu akan berantakan jika berbaring seperti ini.” Tangan Lila menarik selimut yang menutupi tubuh Serena hingga membuat Serena kesal karena telah diganggu. Lila terkesiap saat melihat Serena telah mengganti gaunnya dengan pakaian tidur konyolnya itu. Wanita itu bahkan menghapus riasan yang tadi ia bubuhkan di wajahnya. “Nona, mengapa anda melakukan itu? Tuan Antonio dan tuan Lucien pasti akan kecewa melihat anda seperti ini pada pertemuan penting.” Ucapan Lila justru membuat Serena tersenyum. “Kalau begitu, mari kita buat mereka berdua lebih kecewa lagi, Lila.” Serena bangkit dari tempat tidurnya dan mengenakan sandal rumah yang berbulu imut itu. Ia menuruni tangga dengan Lila mengikutinya panik di belakang. “Tunggu nona. Anda tidak seharusnya muncul dengan penampilan seperti itu.” Serena mendengar itu dan semakin ingin tertawa dan bersemangat menuju ruang makan tempat di mana mereka semua menunggu dirinya. “Nona!” Teriak Lila masih berusaha mengejarnya. Karena tahu ia akan gagal menghentikan Serena, Lila berteriak memanggil bantuan. “Maria!” Maria yang sedang berada di dalam ruang makan menyajikan hidangan untuk tamu spesial malam ini mendengar teriakan Lila. Ia mengerutkan kening dan kesal pada Lila karena wanita itu berteriak di saat ada tamu undangan. Antonio dan Lucien pun bahkan mendengar teriakan seorang gadis itu. “Maria, mengapa pelayanmu bersikap tidak sopan begitu saat ada tamu?!” Antonio menegur Maria karena Lila membuat onar. “Aku tidak tahu, tuan. Sebentar aku lihat dulu.” Maria memang terkadang memanggil Antonio dengan sebutan tuan pada saat kesempatan tertentu seperti saat ini contohnya. Namun tidak jarang ia memanggil pria itu hanya dengan sebutan nama saking sudah lamanya ia bekerja pada keluarga ini. Saat Maria bergegas keluar dari ruang makan untuk melihat apa yang Lila ributkan, Maria justru kaget karena bersamaan dengan itu ia melihat Serena datang memasuki ruangan. Yang membuat ia tercengang adalah gadis itu telah menanggalkan gaun yang tadi sudah ia pilih dan menggantinya dengan baju tidur bermotif t***l. Serena bahkan menghapus riasan tipis dan mengikat rambutnya dengan asal. “Serena!” Bisik Maria sambil menarik Serena. Tapi Serena menghempaskan lengan Maria dari tangannya dan ia terus melangkah menuju kursi kosong di sebelah ayahnya. Ayahnya sudah tahu Serena pasti akan mengacau di pertemuan kali ini. Walaupun ia tidak mengira Serena mengacau lebih awal dengan penampilannya yang seperti ini. “Sayang, mengapa kau berpenampilan seperti ini saat ada calon suamimu datang untuk bertemu denganmu?” Tanya Antonio dengan tenang. Serena yang sudah duduk di kursinya lantas melayangkan pandangan pada pria yang ayahnya sebut sebagai calon suami. Pada detik itulah Serena terkejut pada penampilan pria itu. Pria itu memiliki wajah tertampan yang pernah ia lihat, walaupun ia merasa mata pria itu mempunyai aura dingin dan bengis namun alis yang melengkung indah di atas kedua mata itu dapat menyeimbangkan aura menakutkan yang terpancar darinya. Mata itu menyorot tajam memperhatikan dirinya sehingga Serena kewalahan untuk tidak bereaksi apapun dan tetap menjaga ekspresinya sedatar mungkin. Pria itu mengenakan kemeja yang membalut tubuhnya dengan pas, menampilkan otot bersembulan di balik kain itu. Serena dapat membayangkan seberapa keras tubuh pria itu jika ia menelusurkan jarinya di sana. Pria ini berbahaya! Semakin lama ia semakin terpikat pada penampilan fisiknya. Ia harus segera mengalihkan perhatiannya dari pria itu sebelum ia tertarik lebih jauh. Bagaimanapun pria itu sama liciknya dengan Antonio. Mereka berdua merupakan spesies manusia yang sama, yang lebih mementingkan kekuasaannya dibandingkan hidupnya. “Sayang, ayo sapa calon suamimu.” Perintah Antonio. Ia bersyukur pria tua itu menyadarkan Serena dari keterpanaanya pada Lucien. Sehingga ia dapat kembali menenangkan dirinya dan terlihat bosan menanggapi ayahnya, seperti biasa. Serena bersandar pada kursi makan bersandaran tinggi itu. Mengistirahatkan kepalanya. Antonio mengusap kepalanya dengan tangan kirinya. “Baiklah jika kau tidak mau. Kau bisa mulai makan saja sekarang.” Antonio memanggil Maria untuk menyiapkan makanan untuk putrinya sementara Lucien masih memandangi Serena semenjak pertama kali mata mereka bertaut. Lucien mencari celah dari gadis itu. namun, ia tidak menemukan kekurangan dari wanita bernama Serena tersebut. satu – satunya kekurangan yang gadis itu miliki adalah akal pikirannya. Seandainya Serena tidak gila, ia pasti akan dengan senang hati menikahi gadis itu. walaupun saat ini ia juga memang sudah bertekad untuk menerima perjodohan yang ditawarkan Antonio. Namun, jika Serena waras ia akan menganggap wanita itu sebagai istri sungguhannya setelah mereka menikah. Sayang sekali wanita secantik ini harus memiliki gangguan jiwa. Tiba – tiba saja ia merasa sedikit kecewa karena Serena gila. Padahal sebelumnya ia sudah bersiap untuk menerima kondisi mental gadis yang belum pernah ia temui. Setelah melihat bagaimana cantiknya Serena, hatinya dihinggapi rasa kecewa yang berlebihan dibandingkan saat pertama ia tahu mengenai hal ini dari mulut Andrew.   =-=   “Lucien, namamu muncul lagi di surat kabar hari ini dan beberapa tabloid online.” Lucien sudah sering mendengar berita mengenai dirinya dari asisten pribadinya, Andrew. “Apa lagi yang mereka bicarakan sekarang?” Andrew duduk di sebrang meja kerja panjang milik Lucien. Sebuah earpods tersemat di satu telinganya dan tangannya memegang iPad yang sedang menampilkan berita pagi ini. “Kau disebut-sebut akan menjadi pewaris the crown properties berkat hubungan rahasiamu dengan Sylvie.” Tanpa mengalihkan pandangannya pada layar monitor, Lucien melanjutkan pekerjaannya dan menjawab, “Menggelikan. Mereka bagaikan ikan yang tak diberi makan selama satu tahun. Aku hanya mengantar Sylvie ke dalam mobilnya sendiri pada acara malam itu dan tiba-tiba saja beritanya menyebar seperti wabah.” “Tap bukankah kau memang memiliki hubungan dengan Sylvie?” “Satu kali. Aku hanya berkencan dengan wanita itu satu kali.” Lucien mengingat kejadian beberapa minggu lalu saat ia mengajak wanita itu berkencan. Makan malam yang diakhiri oleh percintaan kilat di apartemen wanita itu. tentu saja, karena ia tidak mau repot-repot membawa wanita lain ke rumahnya. “Yah, sepertinya kencan yang singkat hari itu membuat Sylvie dan keluarganya berharap karena seperti yang kau tahu ayahnya berkali-kali menghubungiku untuk dibuatkan jadwal pertemuan diluar bisnis. Itu artinya, mereka ingin mendiskusikan hubunganmu dengan anaknya.” Lucien menyugar rambutnya lalu bersandar pada kursi, menghentikan pekerjaannya sesaat. “Kau tahu apa yang harus kau katakan pada mereka, bukan? Lagipula, sebentar lagi aku akan menikah.” “Apa kau benar-benar akan menikahi wanita itu?” Dahi Lucien berkerut. “Apa maksudmu? Kau juga ikut mengurusi pernikahanku dengan Serena.” “Maksudku, wanita itu gila. Walaupun kau menikah dengannya, kau masih bisa melanjutkan hubungan gelapmu dengan wanita lain.” Ia menggosokan jarinya pada dagu yang telah ia cukur tadi pagi. “Aku akan memikirkan itu nanti. Untuk melakukannya, aku tidak boleh memiliki hubungan dengan wanita yang akan membahayakan pernikahanku. Tidak semua wanita mau melakukan hubungan gelap seperti ini.” Andrew tertawa kecil. “Oh, Lucien. Percayalah, akan ada banyak wanita yang menantikan itu denganmu.” Lucien mengabaikan komentar Andrew. “Jadi bagaimana, kau sudah mulai menanyai klan lain mengenai informasi itu?” informasi yang dimaksud oleh Lucien sudah pasti adalah informasi mengenai siapa saja anggota mafia yang berkunjung pada negaranya pada bulan ibu dan mantan tunangannya terbunuh. Polisi tidak dapat memberikan keterangan apapun, jadi ia mengalihkan titik pencarian pada sisi lain. Andrew menggeleng. “Mungkin kita memang harus menunggu lebih lama saat kau sudah resmi menjadi penerus Antonio.” “Apapun yang terjadi, kita harus mendapatkan pelakunya. Aku sudah menukar kebebasanku untuk itu, Andrew.” “Dan juga hidupmu. Menjadi bagian dalam dunia hitam ini, itu artinya lambat laun kau akan masuk ke dalam kehidupan yang lebih berbahaya daripada sebelumnya.” Lucien mengetahui risikonya sejak awal. namun, ia akan menjalani pekerjaannya dengan cara yang lain daripada yang biasa dilakukan Antonio maupun mafia lainnya. “Urus saja pekerjaanmu.” Lucien bangkit dari kursinya. “Aku ada meeting dengan Sergio sebentar lagi.” Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu melangkah menuju pintu, meninggalkan Andrew yang masih duduk di dalam ruang kerjanya. Sergio adalah firma hukum yang bekerja sama dengan perusahaannya setelah bertahun-tahun. Pria itu juga salah satu temannya yang bisa ia percaya. Lucien masuk ke dalam ruang meeting yang di dalamnya sudah terdapat satu pria berambut coklat keemasan bermata biru. Ia duduk berhadapan dengannya saat Sergio membuka berkas-berkasnya untuk Lucien periksa. “Ini perjanjian pranikahmu sudah kubuatkan sedemikian rupa sehingga tidak akan merugikanmu sedikitpun.” Sebuah map berwarna biru yang di dalamnya berisi beberapa lembar kertas perjanjian itu diberikan Sergio pada Lucien. “Wanita itu tidak akan mendapatkan banyak kekayaan darimu jika ia meminta bercerai.” “Oh, aku tidak peduli dengan itu Sergio. Wanita itu gila, demi tuhan. Ia tidak akan memikirkan harta kekayaanku.” “Tapi ini penting, bagaimana jika Antonio berniat menikahkan putrinya denganmu untuk mencuri asset kekayaan yang kau miliki.” Lucien tertawa. “Antonio? Yang benar saja. Dia jauh lebih kaya dariku.” Sergio menegakkan punggungnya dan mendekatkan badan pada meja. “Itu yang aku heran. Antonio jelas jauh lebih kaya, tapi mengapa ia mengincarmu untuk menikahi putrinya dan meneruskan tahta kerajaan mafia yang ia punya.” “Mungkin karena wanita itu gila dan tidak ada yang mau menikahinya selain aku.” “Itu memang masuk akal tapi kekayaan yang ditawarkan Antonio aku rasa tidak akan membuat pria manapun menolak.” “Aku pun tidak akan menerimanya jika tidak mempunyai alasan yang cukup kuat. Siapa yang mau menukarkan hidupnya dengan harta sebanyak itu kalau kau diharuskan menikah dengan wanita gila dan juga mengurusi pekerjaan yang berbahaya seperti ini?” “Benar juga. Jika bukan karena obsesimu untuk menemukan pembunuh itu mungkin saja hingga saat ini putri Antonio masih di tempat rehabilitasi. Kekayaan sebanyak itu tidak sebanding dengan risiko yang kau dapat.” “Lagipula, aku tidak akan menerima sedikitpun kekayaan pria tua itu. aku tidak membutuhkannya. Yang aku butuhkan hanya klan mereka, dan juga koneksi dengan klan lain.” “Kau sama gilanya dengan pria itu. kau bisa saja menikah dengan wanita sungguhan saat ini jika sudah melupakan dendammu.” “Menurutmu aku bisa menjalin hubungan dengan wanita lain saat aku belum menemukan pembunuh tunanganku? Itu tidak mungkin.” Lucien tidak pernah menceritakannya pada siapapun bahwa setiap malam ia tidak bisa tidur nyenyak. Malamnya selalu terganggu oleh bayangan Jean yang mendatanginya. Beberapa kali Jean memohon padanya untuk menyelematkannya. Hingga Lucien harus menelan berbutir-butir obat tidur untuk membantunya terlelap tanpa gangguan apapun dari bayangan mengerikan tersebut. Dan ia yakin mimpi buruk itu hanya akan berakhir saat ia menemukan siapa pelaku pembantaian yang sudah menghilangkan dua wanita paling penting dalam hidupnya. Ibu dan Jean, tunangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD