5

2580 Words
Antonio memiliki banyak musuh sehingga membuat pernikahan ini secara privat adalah satu – satunya pilihan terbaik. Ia tidak ingin memberikan celah untuk musuh-musuh calon mertuanya agar dapat menyerang klan yang akan segera menjadi miliknya saat acara pernikahan dilangsungkan. Jadi Lucien memutuskan pernikahan akan dilakukan di kediaman Antonio dengan tamu undangan yang tidak lebih dari 50 orang. Sisanya hanyalah pelayan Antonio dan beberapa anak buah Lucien. Pernikahan itu berlangsung lancar, tanpa di sangka Serena tidak membuat onar sedikitpun pada acara penting itu. Mungkin karena Antonio sudah mengancam dirinya semalam. Pria itu mengatakan bahwa akan mengirim Serena kembali ke tempat pengasingan itu jika ia membuat kekacauan saat pernikahan berlangsung. Lagipula, Serena sudah tidak berniat menggagalkan pernikahan itu. Tidak ada bedanya di mana ia akan tinggal. Calon suaminya sudah tahu bahwa dirinya gila, jadi pria itu mungkin akan mengabaikannya juga seperti bagaimana Antonio melakukan itu bertahun – tahun padanya. Setelah tamu undangan memberinya ucapan selamat, satu persatu dari mereka meninggalkan acara ini hingga tersisa hanya orang – orang Lucien saja yang berada di dalam. Sementara para pelayannya kembali bekerja dan mulai membereskan rumahnya. Lucien, Serena dan juga Antonio saat ini telah duduk di ruang keluarga mereka. Satu-satunya tempat yang tidak dihias untuk acara pernikahan karena merupakan ruangan yang Antonio anggap bersifat pribadi selain kamar-kamar di dalam rumah itu. Mereka sedang menunggu Maria dan pelayannya memindahkan barang – barang Serena yang akan di bawa pulang ke kediaman Lucien. “Lucien, ingat janjimu.” Antonio mengingatkan lagi pada pria itu tentang kesepakatan yang telah mereka berdua buat. “Aku tahu kondisi anakku saat ini. Aku tidak memaksamu untuk memperlakukannya seperti istri yang normal. Kita semua mengerti bahwa Serena tidak akan sanggup memberimu kepuasan batin. Jadi aku tidak akan menuntutmu untuk setia pada anakku. Tapi aku tidak ingin kau menyakitinya sedikitpun, untuk apapun alasannya jika aku melihat Serena menderita aku akan menghabisimu.” Mendengar itu Serena mengepalkan tangannya. Ayah macam apa yang meminta pria lain untuk tidak setia pada putrinya sendiri! Bahkan jika ia memang gila, iapun berhak mendapatkan suami yang setia pada dirinya. “Kau tahu aku adalah pria yang memegang janjiku. Aku sudah berjanji padamu tidak akan menyakitinya. Kau bisa pegang kata – kataku.” “Dan satu lagi.” Ucap Antonio. “Aku sudah bilang mungkin suatu saat kau kewalahan menghadapi putriku, kau bisa menceraikannya jika sudah tidak sanggup menanganinya. Asalkan kau tidak menyentuh Serena, dalam artian sebenarnya. Kau mengerti?” Lucien menautkan alisnya. “Tunggu, apa maksudmu?” “Aku membolehkanmu tidak setia pada istriku, karena Serena tidak akan memberikanmu kepuasan di ranjang. Jadi, jangan lakukan itu pada Serena. Dia tidak akan sanggup dan tidak mengerti bagaimana melakukannya. Jika kau melakukannya, jangan harap kau bisa menceraikan putriku. Kau akan terikat bersamanya dengan Serena jika melanggar janjimu untuk tidak menyentuhnya.” “Jadi aku boleh menceraikannya asalkan aku tidak menyentuh putrimu?” Antonio mengangguk. “Dengan catatan, jika Serena benar – benar membuatmu tidak sanggup lagi dengan kondisi mentalnya. Aku mengerti tidak akan ada pria yang sanggup memiliki istri dengan gangguan mental seperti putriku. Tapi selama itu, kau harus memperlakukannya dengan baik.” Lucien mendengus mendengar rentetan perintah dan ancaman yang keluar dari mulut Antonio. “Kau tidak bisa mengatur hidupku dan apa yang akan aku lakukan pada istriku sendiri. Tapi satu yang perlu kau ketahui, aku tidak berniat melakukan apapun pada putrimu. Bahkan ingin menyakitinya pun tidak. Kita lihat saja, apakah aku akan mengembalikan Serena padamu suatu saat nanti atau tidak.” Lucien memandang pada pengawalnya yang baru saja masuk untuk memberitahukan bahwa semua barang Serena sudah selesai diangkut ke dalam mobilnya. Ia berdiri dengan menggenggam tangan Serena. “Kalau begitu, aku dan Serena akan pamit untuk pulang.” Antonio ikut berdiri dan menghampiri putrinya untuk memeluk Serena dengan singkat. Serena tentu saja tidak membalas pelukan pria itu. Gadis itu hanya berdiri diam dan terlihat tidak sabar ingin pergi dari rumah itu. Jauh dari Antonio. Lalu Antonio menepuk bahu Lucien sebelum mereka berdua benar – benar pergi dari rumahnya. Di dalam mobil, Serena memandang pemandangan dari kaca jendela mobilnya tanpa mengatakan sesuatu. Ia memang tidak pernah mendengar Serena berbicara. Hanya beberapa potong kata seperti, iya, tidak dan bukan yang pernah ia dengar saat Serena ditanya ayahnya atau Maria. Selama ia bertemu wanita itu, tidak pernah ada pertanyaannya yang ditanggapi oleh Serena. Sebelum akhirnya Lucien menyerah dan tidak berusaha berbicara lagi padanya. Semenjak pertemuan pertamanya dengan gadis itu, Lucien hanya bertemu tiga kali. Pertemuan kedua adalah saat Antonio dan dirinya membicarakan wilayah kekuasaan yang akan ia berikan untuk pertama kali. Pada pertemuan itu, Lucien sengaja menyempatkan diri untuk menemui Serena yang seharian berada di perpustakaan milik ayahnya. Lucien berusaha membuka percakapan yang hasilnya sia – sia. Pertemuan ketiga adalah saat mereka berdua mencoba baju pernikahan yang akan ia gunakan untuk hari spesial ini. Ia bahkan ingin tertawa saat pergi mencoba baju itu seolah – olah ia akan menikah dengan normal. Oh, pernikahannya memang normal. Hanya saja, calon istrinya yang tidak. Ia menikah dengan wanita gila. Wanita dengan gangguan jiwa. Entah bagaimana kehidupannya setelah ini. Namun, hadiah yang datang dari hasil pernikahan ini membuat ia mampu menerima kondisi istrinya yang tidak sempurna. Ia akan menguasai kekuasaan yang dimiliki Antonio. Demi semua itu, jika harus mengorbankan sebagian waktunya untuk mengurus istri dengan gangguan jiwa seperti Serena, Lucien tidak keberatan. Sama sekali tidak. Ia hanya perlu menyiapkan seorang atau mungkin dua orang untuk mengurus segala kebutuhan Serena. Dan memastikan wanita itu baik – baik saja dan merasa nyaman tinggal di rumahnya. Jika Serena merasa nyaman di sana, ia pasti tidak akan terganggu dengan wanita itu. “Serena, kita sudah sampai.” Pria itu memegang pergelangan wanita itu dan menariknya keluar dari mobil. Serena memandang rumah yang memiliki dua lantai itu. Rumah dengan gaya Victorian yang indah, batin Serena. Lucien menggandeng wanita itu masuk ke dalam rumahnya. Ia sudah memerintahkan pelayannya untuk menyiapkan kamar untuk istrinya. Ia tidak percaya saat ini ia menjadi seorang suami. Ia tidak pernah membayangkan akan menikahi seseorang. Apalagi seseorang seperti Serena. Anne, pelayan wanita yang ia siapkan untuk menemani dan mengurus Serena turun begitu mendengar Lucien tiba dirumah. “Semuanya sudah selesai?” Tanya Lucien pada wanita itu. Anne mengangguk. “Nona, anda ingin beristirahat di kamarmu sekarang?” Tanya Anne pada Serena. Tapi Anne tidak mendapatkan jawaban hingga wanita itu menoleh pada Lucien yang juga sedang menunggu jawaban Serena. Lucien menghela napas. “Bawa saja ia ke atas.” Perintah Lucien. Ia tahu mengharapkan jawaban dari Serena adalah hal yang tidak mungkin. Andrew datang dan berdiri di sampingnya yang sedang menatap kepergian Serena dan Anne. “Istrimu bagaikan dewi.” Lucien setuju. Serena secantik dewi. “Hanya saja, dia gila.” “Jadi apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Andrew. “Memangnya apa yang harus kulakukan?” “Entahlah. Mungkin bersiap untuk malam pertama.” Lucien menggelengkan kepalanya. “Aku tidak akan menyentuhnya.” Andrew terkejut mendengar jawaban Lucien. “Mengapa tidak, dia istrimu sekarang.” “Memang benar, tapi kau tahu sendiri dia gila. Apa menurutmu orang gila sepertinya akan mengerti apa itu malam pertama?” “Bukankah itu tugasmu untuk mencoba mengajarinya apa arti dari malam pertama dan bagaimana hubungan suami istri dilakukan?” Lucien mengusap wajahnya. “Aku sudah berjanji pada Antonio untuk tidak menyentuh Serena. Pria tua itu bilang, aku bisa menceraikan Serena saat aku tidak sanggup menanganinya asalkan putrinya tidak pernah disentuh olehku.” Andrew tertawa. “Pria tua yang aneh. Kalau begitu kau masih bisa menyelamatkan kehidupanmu. Karena sepertinya kau memang tidak memiliki niatan menyentuh gadis dengna kondisi mental seperti Serena.” Lucien tidak membalas perkataan Andrew karena ia sendiri pun tidak tahu apakah ia benar – benar tidak ingin menyentuh istrinya itu. tidak, ia harus meyakinkan dirinya bahwa secantik apapun gadis itu, Serena tetaplah gila. Dan gadis itu tidak akan sanggup melakukan hubungan suami istri. Ia hanya akan melukai wanita itu jika melakukannya.   =-=   Sudah seminggu setelah pernikahannya dengan pria itu berlangsung. Selama itu pula ia menyembunyikan dirinya dari Lucien. Suaminya sendiri. Ia cukup senang dengan apa yang Lucien sediakan untuknya di dalam kamar ini sehingga ia tidak mati kebosanan. Selain tumpukan buku yang dibeli Lucien untuknya, pria itu juga memberikannya sebuah ipad dan ponsel. Dan juga seperangkat home theatre untuk ia menonton tayangan favoritnya. Serena hampir tidak pernah keluar dari kamar itu. setiap malam Lucien datang ke kamarnya untuk mengucapkan selamat tidur. layaknya seorang ayah pada anaknya yang berusia tujuh tahun. Terkadang ia hampir tidak dapat menahan tawanya saat pria itu melakukan hal konyol tersebut. Pria menyeramkan itu masih memiliki hati, rupanya. Tapi Serena tidak pernah membalas ucapan itu sekalipun. Kali ini, drama favoritnya di Netflix sudah tamat dan ia tidak memiliki tayangan yang bisa ia nikmati lagi. Bukunya pun sudah habis terbaca. Ia melihat jam dinding yang masih menunjukan pukul delapan malam. Itu artinya ia harus menunggu sekitar satu jam lagi untuk Lucien datang ke kamarnya seperti biasa. Untuk mengucapkan selamat malam. Ia melirik pintu memutuskan sesuatu. Ah, sudahlah. Lakukan saja. Serena turun dari tempat tidur. kakinya menyentuh lantai yang dingin sehingga ia langsung cepat mengenakan sandal bulunya yang hangat. Serena melangkah keluar dari kamarnya untuk mencari Lucien. Ia menuju kamar pria itu. mengetukkan tangannya di pintu lalu menunggu respon pria itu. namun, pintu itu tidak kunjung terbuka. Akhirnya Serena memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Lucien. Kamar yang memiliki nuansa gelap itu sangat luas dan rapi. Jadi disinilah Lucien tidur setiap malam? Tapi di mana pria itu saat ini? Apakah Lucien masih bekerja? Serena berbalik dan berjalan untuk menuruni tangga. Mungkin pria itu ada diruang kerjanya karena ia tidak menemukan keberadaaan Lucien di ruang tamu maupun ruang makan. Serena mendengar suara Lucien dari balik pintu kerjanya. Tapi, ia tidak dapat mendengar apa yang pria itu katakan. Benar dugaannya, pria itu masih bekerja di dalam ruangan itu. Serena membuka pintunya dan masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. Detik berikutnya mata Serena terbelalak saat mendapati pemandangan di depan matanya. “Sialan! Serena apa yang kau lakukan di sini?” Pria itu mengumpat dan membentaknya lalu buru – buru berdiri setelah mendorong seorang gadis yang tengah berjongkok di antara selangkangannya. Serena melihat wanita itu yang tengah memuaskan bagian pribadi milik Lucien. Wanita itu pun sama terkejutnya dengan Lucien. Serena mengatupkan rahangnya dan memerintahkan dirinya sendiri untuk bersikap seperti biasa. Setelah yakin ia sudah menguasai keadaan, Serena menatap mata Lucien sambil mendatanginya. “Buku bacaanku habis, dan tayangan di TV sedang tidak menarik. Aku ingin minta dibelikan buku baru.” Lucien terkejut karena ini adalah kalimat pertama yang diucapkan Serena padanya. Kalimat pertama yang pernah ia dengar dari mulut Serena selama ini. hanya saja, wanita itu memergokinya di saat yang tidak tepat. Lucien menyuruh Anne, yang juga pelayan pribadi Serena, untuk keluar dari ruangannya. Serena memandang Anne dengan dingin dan datar hingga Anne menunduk saat berjalan melewatinya. “Serena, lain kali kau harus mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. kau mengerti?” “Karena kau tidak ingin aku mengganggumu?” Namun Lucien tidak menjawab pertanyaan Serena. “Lupakan saja. Jadi apa yang kau inginkan? Buku – buku baru dan beberapa DVD film?” Lucien mengalihkan topik pembicaraan. Serena mengangguk. Lucien menuntun tangannya menuju rak buku tinggi miliknya. “Apa ada yang kau suka dari semua ini? jika tidak, besok aku akan membelikan buku lain. Sekarang sudah malam.” Serena menengadah untuk membaca semua judul yang tercetak dari jilid samping buku – buku itu. ia mengambil beberapa yang bisa di gapai. Lalu menunjuk satu buku yang berada di atas jangkauannya. Lucien melihat buku yang dimaksud Serena lalu mengambilnya dengan mudah untuk wanita itu. “Sudah?” Lagi – lagi Serena mengangguk. “Baiklah. Ayo kita kembali ke kamarmu.” Lucien menggandeng wanita itu dan mengambil buku – buku pilihan Serena ke tangannya. Mereka berdua berjalan menaiki tangga menuju kamar Serena. Saat tiba ke kamar itu, Serena mengambil kembali buku – buku itu dari Lucien dan berjalan mendahului suaminya. Lucien mengikutinya. “Kau ingin aku menemanimu sebentar sebelum tidur?” Serena menggeleng. “Serena mengapa kau tidak menjawabku seperti tadi.” Lucien heran karena Serena kembali membungkam mulutnya. “Apa yang kau lihat tadi, kau mengerti artinya?” tanya Lucien hati – hati. Serena duduk di tempat tidurnya dan menyandarkan tubuh sementara Lucien masih berdiri di sampingnya. “Serena. .” Lucien memanggilnya kembali. “Kau bisa pergi dan meneruskan yang tadi sempat terganggu olehku.” Lalu Serena berbaring dan memejamkan matanya. Lucien menghela napas karena tidak mendapatkan jawaban. Ia ingin tahu apakah wanita itu tahu apa yang ia lakukan dengan Anne barusan. Ia ingin tahu seberapa jauh gangguan jiwa yang diderita Serena. Tapi melihat wanita itu yang sudah memejamkan matanya demi menghindar dari pertanyaan yang ia ajukan, Lucien pun menyerah. “Baiklah, selamat malam Serena.” Serena mendengar Lucien menutup pintu kamarnya. Ia kembali membuka matanya dan pikirannya menerawang. Ia memikirkan apa yang telah ia lihat tadi di ruang kerja pria itu. Milik Lucien telah berada di dalam mulut Anne. Sialan! Ia tidak menyangka akan mendapati suaminya selingkuh darinya secepat ini. namun, apa yang ia harapkan? Bahkan ayahnya lah yang menyarankan pria itu agar tidak setia padanya. Bagaiman mungkin Lucien melewatkan saran menggiurkan itu. Lucien tahu ia tidak akan pernah mendapatkan kepuasan batin dari dirinya sehingga membuat pria itu harus mencarinya dari wanita lain. Tapi melihatnya dengan matanya sendiri sedikit membuat hatinya kecewa. Padahal ia yakin sebelumnya ia tidak pernah menginginkan ada di posisi Anne. Tapi setelah melihat itu, ia jadi sedikit penasaran bagaimana rasanya berlutut di sana dan merasakan milik suaminya seperti itu. Apa ia harus mengorbankan apa yang telah ia lakukan bertahun – tahun demi merasakan hal itu? tidak. Itu tidak sebanding dengan pengorbanannya selama ini. ia pasti bisa menahan dirinya. Ia sudah cukup baik menguasai dirinya sendiri selama tiga tahun belakangan ini. mengapa harus merusak segalanya demi rasa penasaran akan suaminya itu? Ia hanya perlu tidur dan melupakan semua yang ia lihat tadi. semuanya akan baik – baik saja. Dirinya akan baik – baik saja seperti biasanya. Atau justru tidak? =*= Lucien berjalan mondar – mandir di dalam kamarnya. Ia tidak menyangka Serena dapat membuatnya khawatir. Ia tidak tahu bagaimana perasaan wanita itu setelah melihat dirinya bersama Anne di ruang kerja tadi. Tapi tuhan tentu tahu bahwa Serena tidak dapat memberikan hal itu padanya maka ia meminta Anne untuk melakukannya. Apakah itu salahnya? Dia juga seorang pria dan memiliki gairah seperti pria lain. Ia sudah menahan diri untuk tidak bercinta dengan wanita lain setelah menikah. Setidaknya, tidak dalam bulan pertama pernikahan mereka. Ia tidak berniat untuk berhenti berhubungan seks dengan wanita karena itu tidak mungkin. Lucien bukanlah biksu suci yang mampu menjaga nafsu bejad dalam dirinya. Sejak dulu dirinya tidak pernah berhubungan dengan wanita yang sama lebih dari dua kali. Ia membutuhkan wanita untuk menghangatkan malam – malamnya. Tapi tidak berniat memiliki hubungan serius dengan wanita manapun karena di hatinya masih ada dendam untuk mencari pembunuh ibu dan Valerie, tunangannya. Kejadian yang membuat dirinya berubah menjadi seperti saat ini. Serena memang lebih cantik dari wanita manapun, termasuk Valerie. Namun, wanita gila itu tidak dapat memuaskan nafsunya. Satu – satunya yang ia rasakan terhadap Serena, selain rasa kagum akan kecantikannya, adalah rasa sayang seperti seorang kakak terhadap adiknya. Ia sudah memutuskan untuk menganggap Serena seperti adiknya. Itu akan lebih mudah untuk mengatasi rasa bersalahnya karena telah mengikat wanita itu dalam hubungan pernikahan namun ia masih meminta kepuasan batin dari wanita lain. Lucien menghela napas kasar. Ia melangkah menuju kamar mandi dan terpaksa harus mengguyur tubuhnya dengan air dingin karena ia sudah tidak berselera menuntaskan apa yang Anne perbuat di ruang kerjanya. Tidak setelah ia melihat tatapan polos Serena padanya saat mereka berdua tertangkap basah tadi.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD