Two

1179 Words
Kesalahan terbesar di hidup Melsa adalah saat ia menerima ajakan Alex untuk berpacaran. Dulu, pria itu sangat baik dan perhatian sehingga membuat Melsa yang terbiasa hidup sendiri dan tanpa perhatian orang tua terlena dengan kasih sayang Alex. Semakin lama, pria itu menunjukan sikap aslinya. Melsa tidak diijinkan terlihat berduaan dengan pria lain meskipun itu hanya untuk membicarakan hal penting seperti tugas kuliah. Alex harus ikut serta dalam setiap urusan Melsa. Banyak orang iri terhadapnya karena berhasil mendapatkan cinta dari Alex. Semua orang memuja Alex karena mereka hanya tahu sikap palsunya yang membuat Melsa pun tertipu dan terjebak. Melsa pernah meminta putus dari pria itu karena sudah tidak sanggup dengan kelakuan posesifnya namun pria itu mengaku memiliki rekaman kegiatan bercinta mereka dan mengancam akan menyebarkannya jika ia berani meninggalkan pria itu. Dengan setengah hati Melsa bertahan di sampingnya dan harus mengorbankan waktu bermain dengan teman-temannya. Seperti hari ini, seharusnya ia datang ke acara bridal shower temannya yang akan di gelar pukul 4 sore nanti tapi Alex memaksa untuk menjemputnya dari apartemen. Dering telepon sudah berbunyi, Melsa melirik layar ponselnya. Sebenarnya, tanpa ia lihat pun Melsa tahu siapa yang menghubunginya. Tanpa sadar ia menghembuskan napas pelan sebelum mengangkat panggilan itu. “Ya, Lex?” “Aku udah di bawah.” “Oke, sebentar.” Melsa mematikan panggilan dan memasukan barang-barangnya ke dalam satu tas sling bag hitamnya. Memeriksa penampilannya sekali lagi di depan cermin panjang di samping pintu kamarnya. Baju turtleneck mungkin sedikit ketinggalan jaman jika dipakai saat ini, namun ini membantu menyamarkan jejak Alex di sekitar lehernya yang hingga hari ini belum hilang. Celana jeans berwarna putih terlihat serasi dengan bajunya yang berwarna merah marun. Ia mengikat setengah rambutnya lalu menyemprotkan parfum dior kesayangannya. Melsa sudah dapat melihat mobil Alex terparkir di depan gedung apartemennya, mobil sport berwarna hitam metalik itu memang menarik perhatian walaupun warnanya gelap. Melsa bisa melihat Alex sedang terlibat percakapan ringan dengan tukang parkir di sana saking seringnya pria itu berkunjung ke apartemennya. “Tuh si Neng udah dateng, mas.” Tunjuk si tukang parkir yang Melsa ketahui bernama Omar. Alex menoleh dan pamit pergi pada tukang parkir itu sambil menyelipkan uang receh di tangannya. Melsa mengangguk dan tersenyum pada Omar, ia sendiri tidak terlalu dekat dengan tukang parkir itu karena tidak memiliki mobil yang harus diparkir jadi terhitung jarang berinteraksi dengannya. Tidak seperti Alex yang hampir setiap hari mengantarnya atau kadang mengunjunginya di hari libur. Sesaat setelah Melsa masuk ke dalam mobil, Alex sudah mengecup pipinya sambil tangannya menarik sabuk pengaman Melsa dan memasangkan sabuk itu untuknya. See? Alex bisa bersikap manis jika sedang ingin. Namun Melsa sudah tidak tersipu malu seperti dulu lagi, karena ia tahu itu hanya sekian dari sikap Alex yang ajaib. “Udah makan?” Tanya pria itu sambil mengendarai mobil keluar dari gedung apartemennya. Melsa mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Alex lalu ikut diam dan berkonsentrasi pada jalan di depannya. Sudah setengah jalan Melsa baru sadar bahwa pria itu membawanya ke rumahnya. “Kamu bawa aku ke rumah ya?” todong Melsa pada pria di sampingnya. Sekarang giliran Alex yang tidak menjawab pertanyaan Melsa. Malas berdebat dengannya membuat Melsa memutuskan untuk diam saja hingga ia tiba di rumah Alex. Pria itu menunggu Melsa keluar dari mobilnya dan merangkulnya masuk. “Lex kamu bilang kamu mau minta aku temenin ke suatu tempat, kok jadi ke rumah kamu?” Alex yang sedang mengeluarkan isi kantong celananya ke atas meja pun menjawab, “Abis kamu udah makan, ngapain aku pergi ke restoran kalo kamu udah makan.” “Jadi maksud kamu temenin ke suatu tempat itu temenin makan?” Tanya Melsa. Tanpa menunggu jawaban Alex ia sudah melanjutkan perkataannya. “Aku bela-belain ga dateng ke acara bridal shower temen aku demi nemenin kamu.” “Ya emangnya apa bedanya kamu nemenin aku pergi sama nemenin aku di rumah, sama aja kan?” Melsa menggeleng-gelengkan kepalanya karena ulah pria di depannya itu. Melsa melihat jam tangan, sudah hampir pukul 6 dan acara temannya itu pasti sudah hampir selesai sebelum ia tiba di lokasi. Sudah tidak mungkin jika ia nekat datang kesana dan menghadiri acaranya. Alex dengan santainya duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Melsa memeperhatikan pria itu sibuk bermain games, lalu iapun ikut duduk di samping pria itu dan membuka aplikasi instagram untuk melihat keseruan apa yang ia lewatkan. Ia melihat seluruh postingan story dari teman-temannya yang hadir di acara itu. Nina, temannya yang akan menikah itu tampak bahagia dan tersenyum lepas. Melsa iri dan ikut senang pada teman-temannya yang dapat bahagia seperti itu.  Tanpa dirinya sadari, ia ternyata sudah menghabiskan semua postingan teman-temannya itu. Lalu beralih ke halaman explore dan menemukan banyak postingan asing yang disarankan untuk akunnya. Termasuk sebuah foto lukisan yang sangat indah. Lukisan seorang wanita yang menarik perhatiannya. Bukan tanpa sebab ia tertarik pada lukisan itu, namun ia melihat sesuatu yang tampak familiar pada gambar di layar ponselnya. Tanpa berpikir dua kali ia membuka postingan itu dan melihat siapa yang memposting lukisan itu. Raihanadhyasta nama akun pemilik lukisan itu. Sebuah nama yang membuat Melsa merinding seketika, jantungnya berdegup kencang. Apakah ini hanya kebetulan atau memang apa yang ada di pikirannya benar terjadi? Dengan keberanian Melsa meneliti lebih jauh caption yang tertulis di postingan itu. M.A.F (23-03-2017) Mata Melsa membulat sempurna melihat itu. Itu inisial namanya, Melsa Ayu Fitrianda. Dan itu tanggal jadian Melsa dengan mantan pacarnya di SMA. “Kamu lagi apa?” Tanya Alex tiba-tiba mengejutkan Melsa. Dengan gugup ia mencoba mengeluarkan aplikasi itu namun tanpa sengaja ia memencet tombol like pada postingan itu sebelum akhirnya berhasil menutup aplikasinya. “Ga apa-apa, aku lagi liat-liat postingan temenku yang tadi ikut acara bridal shower.” Jawab Melsa berusaha tenang. Pikirannya campur aduk. Ia baru tahu jika mantan pacarnya melukis wajah dirinya. Bukankah dulu pria itu yang bilang ingin mengakhiri hubungan dengannya tapi kenapa ia masih menyimpan lukisan itu dan mempostingnya di akun pribadi pria itu? Seribu pertanyaan tiba-tiba masuk ke dalam kepala Melsa yang ternyata di sadari oleh Alex. “Ada apa sih?” Tanya pria itu sambil merebut ponsel Melsa dari tangannya. Pria itu mencoba mencari tahu kenapa Melsa terlihat panik dan gugup. “Lex kamu apa-apaan sih. Jelas-jelas aku ga kenapa-kenapa.” Jawab Melsa ngotot. Ia mencoba merebut kembali ponselnya. “Balikin.” Namun Alex tidak mengindahkan permintaan Melsa dan ia menaikkan tangannya agar terhindar dari jangkauan Melsa. “Kalo ga ada apa-apa kamu ga akan panik.” “Ya orang aku lagi liat-liat story.” Decak Melsa pada pria itu. Beruntung Melsa sempat keluar dari halaman explore tadi seolah-olah ia memang sedang melihat timeline dari postingan teman-teman. Alex tidak menemukan apapun di instagram maupun room chat Whatsapp dan Line sehingga ia menyerah dan mempercayai wanita itu. Namun Melsa masih berusaha meraih ponselnya dengan cara mendekat pada Alex dan menaiki pangkuannya agar tangannya lebih dekat menggapai ponselnya yang sengaja Alex naikkan. “Oke, oke, aku balikin.” Ujar pria itu sambil terkekeh menyadari posisi Melsa saat ini. Alih-alih mengembalikan ponsel itu pada sang pemilik, Alex malah melempar ponsel pada sofa di sampingnya. Melsa yang kesal pada pria itu segera beranjak dan mengambil ponsel itu kembali. Namun sebelum ia berhasil beranjak dari situ, Alex lebih dulu menahan pinggangnya agar tetap terduduk di pangkuannya. Ia menyusupkan tangannya ke dalam baju Melsa. Merasakan tangannya bersentuhan langsung dengan kulit mulus milik wanita itu. Melsa bergidik karena perlakuan Alex lalu berusaha menarik tangan Alex keluar dari bajunya. Alex memang mengikuti kemauan Melsa agar berhenti menyentuhnya di balik baju wanita itu namun Alex melanjutkan aksinya melepas baju wanita itu. “Lex ini masih sore.” Protes Melsa. “Memangnya apa bedanya kalo ini sore atau tengah malam?” Melsa tidak bisa menjawab. Memang tidak ada bedanya, namun bukannya biasanya orang-orang bercinta di malam hari?    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD