Suasana canggung menemani sarapan di Apartemen saat ini terasa seperti beban yang tidak terucapkan, seperti awan hitam yang mengancam akan meledak kapan saja. Shaka yang biasanya sibuk menggoda sang istri dengan senyum manis dan kalimat gombal, kini menjadi lebih pendiam dan terkesan abai, seperti patung yang tidak memiliki jiwa. Sejak bangun tidur, pria itu belum menyapa istrinya sama sekali, bahkan biasanya Shaka yang sedikit rewel saat pagi mengerjakan semuanya sendiri dengan penuh semangat. Kini, ia hanya duduk diam, menatap ke dalam piring sarapannya dengan mata yang kosong, seolah-olah tidak ada yang penting dalam hidupnya. Rania yang tak merasa bersalah memilih abai, ia pun kesal karena Shaka malah marah tidak jelas tanpa alasan yang jelas. Ia menyiapkan makanan seperlunya lalu ma