Subuh itu, Ferdy menyiapkan nasi goreng untuk kami. Siswa kelas dua SMKN Jurusan Tata Boga itu memang tidak usah diragukan lidahnya. Nasi goreng yang tampilannya tak jauh beda dengan buatan Mama, bisa memiliki rasa yang berbeda di tangannya. Padahal aku sama sekali tidak melihat dia kelabakan mencari bumbu. Apa yang tersedia itu yang dipakainya. Kok bisa segurih ini ya? Inikah yang membuat Ajiz menyerah tanpa syarat sama si Inces alay? Sambil sarapan dan diskusi, aku pun disibukkan dengan beberapa tetangga yang berbelanja di warung. Tadinya tidak niat dibuka, namun saat aku mengambil kerupuk, ada beberapa tetangga yang butuh ini itu, akhirnya begitu deh. Beberapa tetangga ada yang menanyakan Mama. Aku terpaksa berbohong dengan mengatakan jika beliau sedang pulang kampung dengan Bapak,

