Valenia berusaha menepis rasa tidak enak yang tiba-tiba muncul di dadanya. Ia menghela napas pelan dan memaksa tersenyum, lalu berkata ramah, “Sudahlah, ayo masuk. Kita bicara di dalam, udaranya masih agak dingin pagi ini.” Boby yang awalnya berdiri kikuk di depan pintu akhirnya tersenyum lega. Ia melangkah masuk sambil membawa sebuah kantong kertas berisi bingkisan kecil. “Valen, akhirnya aku bisa datang untuk melihat keadaanmu,” ujarnya dengan nada tulus. “Sebenarnya sudah lama aku ingin ke sini, tapi baru sekarang sempat.” Valenia menatap bingkisan itu, lalu menggeleng ringan sambil tersenyum. “Kamu repot-repot datang jauh-jauh saja sudah cukup, Boby. Tidak perlu membawa apa pun. Setahu aku, biasanya pria jarang mau repot membawa barang saat bepergian.” Boby terkekeh kecil, lalu m

