Kakek Ridwan tidak pernah menyangka, anak sulung yang dulu ia usir dengan amarah kini berdiri lagi di depan pintu mansion tua itu. Waktu seakan berhenti sesaat. Lelaki tua itu terpaku, menatap wajah yang dulu begitu ia banggakan, kini tampak lebih matang, namun juga membawa jarak yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dulu, puluhan tahun lalu, amarah dan gengsinya membuat ia tega mengusir anaknya sendiri hanya karena satu hal: sang anak menolak dijodohkan dengan gadis pilihannya. Malam itu masih terbayang jelas di ingatannya. Suara pintu dibanting, tatapan tajam penuh kekecewaan, dan langkah kaki yang menjauh tanpa menoleh lagi. Kakek Ridwan merasa kehormatannya sebagai kepala keluarga telah diinjak, padahal yang sebenarnya terjadi hanyalah perbedaan pandangan tentang cinta dan mas

