Kesadaran yang Terlambat

1117 Words

Sebastian menatap Valenia dengan lembut, lalu meraih tangannya. Di mata pria itu, ada campuran kesungguhan dan kehangatan yang membuat Valenia merasa benar-benar diperlakukan istimewa. “Ayo, kita pulang bersama nanti,” ujarnya. “Aku tidak ingin kamu pergi sendiri lagi, apalagi kamu sekarang sedang mengandung anak kita. Kalau kamu capek menunggu jam pulang kantor, kamu bisa tidur dulu di dalam,” tambahnya sambil mengarahkan Valenia ke sebuah pintu di dalam ruangannya. Valenia terkejut saat Sebastian membuka pintu itu, menampakkan sebuah kamar kecil namun sangat rapi dan nyaman. Dilengkapi ranjang kecil, meja rias, rak buku, dan lampu tidur. Ruangan itu tampak seperti benar-benar dipersiapkan untuk seseorang yang disayang. “Ini... kamar istirahat?” Valenia terkesiap, matanya membelalak sa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD