Benih keraguan

1436 Words

Sore itu, langit mulai berwarna jingga. Sebastian dan Valenia berdiri berdampingan di balkon apartemen, menikmati hembusan angin yang berembus lembut. Dari tempat mereka berdiri, matahari tampak perlahan tenggelam di balik gedung-gedung tinggi, menciptakan suasana tenang yang kontras dengan kegelisahan di hati Valenia. "Aku sepertinya mau tidak mau harus menemui Ayah," ucap Valenia akhirnya, suaranya pelan tapi terdengar berat. "Walaupun aku malas sekali menginjakkan kaki di rumah itu lagi... tetap saja, Ayah harus hadir di pernikahan kita. Kalau tidak, orang-orang pasti akan bertanya-tanya. Belum lagi Ibu dan Ayahmu juga pasti akan merasa aneh." Sebastian menatapnya lembut. Ia tahu, di balik nada datar itu, Valenia sedang menahan banyak perasaan. "Sebenarnya orang tuaku tidak mempermas

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD