Sebastian menyempatkan diri mampir ke sebuah restoran dan mengajak Valenia makan bersama. Valenia menurut tanpa banyak protes, tetapi sejak mereka duduk di meja makan, Sebastian merasa ada sesuatu yang berbeda darinya. Biasanya Valenia akan banyak bercerita, tertawa ringan di sela obrolan, namun kali ini ia lebih banyak diam. Tatapannya kosong, senyumnya tampak dipaksakan. “Valen, kamu kelihatan murung. Ada yang salah?” tanya Sebastian lembut. Valenia hanya menggeleng. “Tidak apa-apa, aku cuma agak lelah.” Sebastian tidak memaksa. Ia hanya mengamati diam-diam, berharap suasana hatinya membaik setelah makan. Namun hingga mereka selesai, ekspresi Valenia tidak juga berubah. Ketika Sebastian mengantarnya pulang, keganjilan itu semakin terasa. Begitu mobil berhenti di depan apartemennya,

