POV Cinta Aku segera ke sana Jantungku berdegup kencang. Bahkan hanya membaca pesannya saja sudah membuat perasaanku campur aduk begini. Mana mungkin aku pergi dengan Mas Zain yang kelewat pendiam itu? Belum lagi, masa lalu kelamnya membuatku takut setengah mati. Sepuluh menit lebih, aku hanya mondar-mandir di dapur, sesekali memperhatikan Caca dan Farhan yang tampak asyik memberi makan ayam di halaman belakang. "Kur kur kur kuuur!" Teriak Ibu Neni sambil terus menyawur-nyawurkan beras ke segala arah, begitu pun dengan Caca dan Farhan. Ayam-ayam jago juga betina mematuk beras sambil sesekali mengejar ayam yang lebih kecil. Aku menghela napas. Haruskah aku pergi dengan Mas Zain? Kalut. Juga bingung. Ingin menolak namun tak enak, tapi jika memilih pergi ... perasaanku juga tak nyaman. T