Shinta langsung membeku. Desahan Aksa tadi langsung meluluhlantakkan kemenangannya mencapai titik gairah tertinggi. Ia menatap Aksa dengan tatapan terkejut. “Apa kamu bilang tadi?” Aksa membuka matanya perlahan menyadari apa yang baru saja ia ucapkan. Meski demikian, ekspresi wajahnya tetap terlihat dingin seperti tidak melakukan kesalahan apa pun. “Kamu barusan nyebut nama Lira,” kata Shinta dengan suara gemetar. Tatapannya menelaah dan mencari-cari jawaban di wajah Aksa. Aksa menoleh ke samping mencoba menghindari tatapan Shinta. Serta merta, Shinta langsung bangkit dari pangkuannya, mengenakan pakaian dalamnya lagi, dan berdiri di depan sofa dengan wajah penuh amarah dan sakit hati. “Jawab aku,” desak Shinta dengan nada tinggi. “Ada hubungan apa kamu sama dia? Jawab aku, Aksa!”