Saat itulah, ponsel Lira berdering mengiris atmosfer menegangkan yang baru saja terbentuk. Lira tersentak, seakan baru sadar dari hipnosis yang hampir menyeretnya ke dalam jurang yang berbahaya. Dengan napas memburu, ia segera merogoh ponsel dari dalam tasnya, dan berusaha menghindari tatapan Aksa. Namun, sebelum ia sempat menjawab panggilan itu, Aksa berbisik persis di telinganya dengan suara yang begitu rendah dan penuh keyakinan. “Kita belum selesai, Lira.” Aksa kembali melajukan mobilnya hingga berhenti di depan sebuah gedung apartemen mewah yang menjulang tinggi. Lira langsung merasa ada sesuatu yang tidak beres. D4d4nya semakin sesak ketika Aksa turun dari mobil dan membuka pintu untuknya. “Mau apa kita ke sini?” tanya Lira dengan nada gemetar. Aksa hanya menatapnya dengan tenang