Suasana di dalam ballroom semakin panas. Musik orkestra berhenti, digantikan suara napas tertahan dan bisikan tegang. Bagas yang sudah terbakar emosi menyentak keras tangan Raka. Pistol mengkilat di genggaman Raka terlepas, jatuh berdering di atas lantai marmer, memantul sekali sebelum berhenti di tengah lingkaran tamu. Kesempatan itu dimanfaatkan Damian. Ia cepat, licin seperti belut yang mendapat celah. Senjatanya langsung terarah pada Raka… lalu bergeser pelan, ke arah Sekar yang berdiri di belakang tubuh tinggi itu. “Berbahaya sekali kalau peluru ini singgah di tubuh wanitamu, Raka.” Damian menyeringai, senyumnya busuk. “Kau tahu kan, mereka yang tampak rapuh… lebih gampang dijadikan umpan.” Raka mengumpat kasar, rahangnya mengeras. Matanya berkilat tajam penuh dendam yang ingin di

