Malam itu, dermaga tua jadi ladang perkelahian. Lampu sorot kapal menyapu gelap, memantulkan kilau dingin dari laras senjata. Suara ombak bercampur dengan letupan peluru yang terus memecah udara. Raka berdiri di balik kontainer besi, tubuh tingginya kokoh, tatapannya tajam mencari celah agar dirinya bisa menerobos. Tangan besarnya menggenggam senjata yang sudah dia siapkan, gerakannya presisi—setiap peluru yang keluar seakan punya tujuan pasti. Siapa yang akan mati dari setiap peluru tersebut. BRAKK! Satu anak buah Bagas terjerembap, darahnya membasahi kayu basah dermaga. Raka maju, bergeser cepat, peluru lain menghantam musuh yang baru saja mengintai dari balik peti. “Bersihkan area timur! Jangan beri celah!” titah Raka, suaranya berat dan penuh kuasa. “Siap, Tuan!” anak buahnya me

