Sasha masih saja cemberut walau sudah ada di dalam pesawat. Ismail dan emak hanya bisa saling tatap saja. Posisi duduk mereka. Ismail dan emak satu bangku. Sasha terpisah di sebelah kiri. Emak, yang merasa tak enak akhirnya mengalah. Emak minta Sasha untuk duduk di samping Ismail. Dengan wajah tetap cemberut Sasha berpindah ke samping Ismail.
Ia memilih duduk di dekat jendela. "Emak, nggak apa-apa duduk di situ?" Tanya Ismail.
"Nggak apa-apa, istrimu pasti ingin dekat kamu duduknya," jawab emak. Ismail melirik Sasha yang memejamkan mata dengan kepala menghadap jendela. Ismail tak yakin dengan ucapan emak.
Mereka pun saling diam. Karena pesawat mulai di jalankan. Emak buru-buru menutup mata dan berdoa. Ismail pun melakukan hal yang sama. Sasha yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. Dasar kampung.
Setelah beberapa menit pesawat mulai tenang dan melaju di udara. Emak dan Ismail bernafas lega. Sasha yang melihat Ismail menengadahkan kepalanya, membuat leher Ismail terlihat jelas. Jakun Ismail yang turun naik membuat Sasha jadi berfikir kotor.
Sasha melirik emak yang tengah tidur. Ismail juga mulai memejamkan mata. Sasha tersenyum lalu mendekatkan bibirnya pada leher Ismail. Tanpa aba-aba Sasha menghisap leher Ismail dan membuat tanda merah. Ismail yang tersentak tak bisa bergerak. Karena Sasha sudah mengunci tubuh Ismail.
Lama Sasha menghisap dan menjilat. Membuat Ismail akhirnya menikmati apa yang di lakukan istrinya.
"Angkat kakimu," perintah Sasha. Ismail mengangkat sebelah kakinya dan berpijak pada kursi. Dengan cepat Sasha membuka resleting celana Ismail dan mengeluarkan juniornya. Ismail panik dan melihat sekeliling. Ismail lega karena tak ada yang curiga. Mereka nampak tidur dengan tenang. Termasuk emak.
Sasha menunduk dan menghisap milik Ismail. Sumpah, Ismail Tidak kuat!!
Berkali-kali Ismail mendorong kepala Sasha tapi Sasha tak bergeming sama sekali. Sasha malah meminta jemari Ismail untuk masuk ke dalam kemejanya dan meremas dadanya.
Ismail tak menyangka mereka akan melakukan hal ini DI DALAM PESAWAT!!!!
*****
Emak nampak sumringah saat tiba di kampung. Yanti sang adik dan suaminya Mulyanto menyambut kedatangan mereka di rumah. Mereka memang sudah di beritahu kalau kakak dan kakak iparnya akan ikut serta jadi mereka sudah masak banyak hari ini.
"Emak!" Seru Yanti. Mereka saling salam. Dan masuk ke dalam rumah. Hanya Sasha yang masih di luar. Ismail yang sadar itu langsung kembali ke luar dan mengajak Sasha masuk.
Sasha masih shock melihat rumah Ismail yang terbuat dari kayu. Bahkan lantainya masih semen biasa. Tidak kumuh, tapi cukup membuat Sasha geli.
Rumah Mail juga sangat kecil dan sederhana sekali. Genting yang sudah mulai menghitam karena jamur. Kayu yang mulai rapuh. Dan bolong karena di makan rayap. Sekeliling rumah yang hanya di isi oleh tanaman dan pohon besar. Hampir tak terlihat rumah tetangga.
Sasha berjalan agak ke samping. Di belakang rumah adalah gunung yang menjulang tinggi. Di tumbuhi pohon-pohon besar dan tanaman rambat yang membuat Sasha begidik takut. Takut kalau ada singa atau harimau keluar dari sana.
"Bu, ibu ngapain?" Ismail kini sudah ada di samping Sasha. Sasha menatap Ismail dan menunjuk semuanya. Ismail hanya bisa tersenyum.
"Adem kan, Bu, hanya juga sejuk. Ibu suka tinggal di sini?" Sasha melongo. Ia langsung menoyor kepala Ismail.
"Suka pala, Lo! Gue mau balik!"
"Udah sore Bu, jalanan pasti gelap, di sini tidak ada listrik, Bu."
"What!!!!"
*****
Sasha semakin kesal karena perutnya yang lapar dan tak bisa makan-makanan kampung. Lagian, apa sih maksudnya Yanti, masa Yanti masak jengkol dan pete. Nggak ada lauk lain apa? Bikin pizza kek, atau semur daginglah paling nggak. Sasha terus saja diam di kamar.
Entah ini bisa di sebut kamar atau tidak. Karena hanya ada dipan kayu. Yang beralaskan tikar kusam. Karena ada Sasha saja tikarnya di tutup sama kain sarung berlapis-lapis. Itu juga dapat pinjam tetangga.
Bagaimana cara Sasha tidur kalau begini?
Sementara itu di luar kamar. Ismail nampak seru bercengkrama dengan keluarganya. Mereka asik mengobrol.
"Eh bang, itu istrinya nggak apa-apa nggak makan?" Tanya Yanti.
"Nggak tahu, biarin aja, kalau laper nanti juga makan."
"Beneran?"
"Iya, kamu gimana? Belum hamil juga?" Tanya Ismail. Yanti menggeleng sedih.
"Belum bang, belum rejeki." Ismail mengangguk.
Ismail sendiri juga bingung. Karena Sasha belum hamil juga. Ah... Mungkin karena baru sebulan pernikahan.
"Ismail!" Teriak Sasha dari dalam kamar. Ismail dan yang lain sampai kaget. Mereka buru-buru masuk ke dalam kamar. Dan melihat Sasha meringkuk di pinggir dipan.
"Bu, Sasha kenapa?" Tanya Ismail. Kamar yang gelap membuat Ismail harus sedikit meraba. Yanto datang dengan membawa lampu minyak. Ruang kamar Ismail nampak terang.
Ismail memeluk tubuh Sasha yang ketakutan. Mereka semua keluar setelah menaruh lampu minyak di sana.
"Udah, nggak apa-apa, ada saya, Bu." Sasha langsung melepas pelukannya dan memukuli tubuh Ismail. Ismail hanya diam.
"Kenapa Lo tinggalin gue sendiri, baterei hp gue abis. Gue takut gelap!!!" Teriak Sasha. Ismail kembali memeluk Sasha. Mencoba menenangkan.
"Maaf ya, Bu, sekarang kan sudah ada saya. Sudah jangan takut lagi ya."
"Gue mau pulang!"
"Iya, besok kita pulang ya."
"Sekarang!"
"Sekarang gelap, jalanan sepi, kalau ada hewan buas gimana?" Sasha melotot. Lalu memeluk tubuh Ismail lebih erat lagi.
Ia takut kalau binatang buas itu menembus rumah ini bagaimana? Ini kan bukan terbuat dari beton atau semen. Hanya kayu yang sudah rapuh.
"Takut, Mail."
"Sudah Bu, nggak apa-apa. Kita tidur ya." Sasha mengangguk dan hendak merebahkan diri di sana. Tapi ia ingat kalau tempat tidurnya tidak layak. Akhirnya ia memilih tidur di atas tubuh Ismail. Ismail hanya bisa pasrah saja.