Part 20

1067 Words
Saat jam istirahat... "Fathan, ayo ke kantin bareng." ajak Jessie kepada Fathan.  "Ayo." kata Fathan menyetujuinya. Baru saja mereka ingin berdiri tiba-tiba Azra datang memasuki kelas Fathan. "Fathan..." kata Azra mencegah Fathan dan Jessie jalan. "Lo kenapa, Zra?  "Azra habis sakit tapi udah sembuh." "Sakit apa?" "Kecapekan berjuang sendirian." "Gue nanya serius, Zra."  "Azra juga serius. Tadi Azra habis tidur di UKS." Karena melihat wajah Azra yang nampak memerah. Fathan pun segera mengecek suhu tubuhnya, "Lo panas Zra, lo demam?" "Nggak kok, ini buktinya Azra bisa ke kelas Fathan sendirian. Azra udah agak mendingan. Azra juga udah minum obat di UKS tadi." "Yaudah, lo ke kelas lo aja. Lo mau beli apa? Nanti gue beliin. Jangan kebanyakan gerak nanti lo capek." "Nggak mau. Azra mau makan di kantin sama Fathan dan Kak Jessie. Nana hari ini nggak masuk jadi Azra nggak ada teman buat ke kantin." "Serius nggak apa-apa lo ke kantin? Apa lo nggak capek?" "Nggak kok beneran udah baikan." "Yaudah kalau gitu," Fathan berdiri lalu mengajak Jessie yang sejak tadi menyimak pembicaraannya dengan Azra, "ayo, Je." "Eh? N-Nggak jadi, Than. Lo duluan aja, gue mau ke koperasi ada hal yang perlu gue beli." bohong Jessie. "Oh, oke. Gue duluan ya." "Iya." Tidak. Jessie tidak mempunyai niat untuk ke koperasi. Ia hanya tidak siap jika melihat Azra bergelayut manja di lengan Fathan. Jessie hanya takut kalau dirinya tiba-tiba cemburu tidak jelas. Sebaiknya Jessie pergi ke kantin sendiri tanpa bersama mereka. *** Azra dan Fathan sekarang sudah berada di kantin. Mereka tengah duduk di meja paling pojok karena itu satu-satunya meja yang masih tersisa. Di depan mereka kini sudah ada nasi goreng yang baru saja tiba di depan mata. Azra yang sudah kelaparan itu langsung bersemangat saat melihatnya. "Azra lapar banget, Fathan!" kata Azra antusias. "Lo sih, tadi pagi udah gue bangunin malah nggak bangun-bangun." "Azra capek tahu karena jalan-jalan kemarin!"  "Yaudah makan ayo." "Capek." "Capek apa?" "Capek pegang sendok." "Lah, terus gimana lo mau makan kalau nggak pake sendok? Nggak lucu kalau lo pakai tangan. Ini nasi goreng, Zra. Bukan nasi bungkus." "Iya, Azra tahu." "Terus?" "Suapin makanya!" "Makan sendiri udah gede." "Nggak mau ah, capek." "Yaudah nggak usah makan kalau gitu." "Yaudah nggak apa-apa. Males juga." "CK." Fathan berdecak sebal saat Azra mengatakannya. Tak ada cara lain lagi agar Azra dapat asupan gizi. Fathan akhirnya memutuskan untuk menyuapi Azra. "Buka mulutnya." kata Fathan yang menyodorkan sendok tersebut di depan Azra.  "Yeay disuapin!" dengan semangat 45 yang berkobar Azra  menerima suapan itu.  "Enak nggak?" "Ya enak lah! Orang ditraktir Fathan!" cengir Azra. Baginya makanan yang ditraktir adalah makanan terlezat karena ia tak perlu mengeluarkan duit sedikitpun. Saat Fathan sedang menyuapi Azra, Fathan tidak menyadari jika ada keberadaan Jessie di sana. Ya, dari belakang Jessie melihat semua apa yang dilakukan oleh Fathan kepada Azra. Ia ke kantin sendiri tanpa bersama Fathan. Jessie yang tadinya ingin terbawa emosi akhirnya dapat meredam emosi tersebut. Jessie tidak boleh egois, Jessie tidak boleh sinis. Azra dan Fathan memang sudah lama dekat. Mereka sudah bersahabat sejak kecil dibandingkan dirinya yang hanya siswa baru di sana. "Terkadang gue merasa cemburu. Namun saat gue lihat cermin. Cermin seolah berkata, siapa kamu?" Jessie membatin, "Ya Tuhan, maafkan saya atas keegoisan ini. Saya terlanjur mencintai seseorang yang berbeda keyakinan dengan apa yang saya anut." Lucu, ketika kita sudah tahu bahwa diri ini tak bisa bersatu dengannya. Lucu, ketika kita mengharapkan sesuatu hal yang lebih padahal status kita hanyalah teman biasa. Lebih lucu, saat kita cemburu pada seseorang padahal dia dan kita tak terikat hubungan spesial.  Cinta adalah sesuatu yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Seperti kisah dari beberapa orang atau sepasang kekasih yang saling mencintai tapi tak bisa bersama karena berbagai alasan, mulai dari direstui orang tua, terpisah jarak yang sangat jauh, karena waktu yang belum bisa memberi kesempatan bersatu dan yang sekarang Jessie rasakan yaitu perbedaan keyakinan yang membuatnya sulit untuk melakukannya. Asal kita tahu, Tuhan itu menciptakan manusia secara berpasang-pasangan. Menyayangi dan mencintai seseorang adalah salah satu bukti tanda kekuasaan Tuhan kepada manusia untuk menjalani kehidupan yang membahagiakan. Akan tetapi apa jadinya jika kita mencintai orang yang salah? Apa jadinya jika kita memiliki perasaan yang bertepuk sebelah tangan? Dan apa jadinya jika kita menyukai orang yang berbeda agama dengan kita? Apakah kamu pernah mengalami perasaan seperti ini? Dimana dua orang yang saling mencintai tapi tidak bisa memiliki. Mungkin ini yang dinamakan cinta tak harus memiliki atau belum takdirnya? Ah, entahlah kisah ini terlalu rumit untuk dibicarakan. Pada kenyataannya saling cinta dan saling sayang bukanlah sebuah jaminan untuk mendapatkan kebahagiaan. Di fase itu mereka harus tahan segala rintangan. Apalagi yang dinamakan dengan perbedaan. Itu saja sudah bisa menampar mereka meskipun bukan tamparan fisik yang di dapatkan. Sedikit nyaman namun nyatanya sangat menyakitkan. Saat seseorang dengan berani mengatakan mencintai dalam diam, bisa dipastikan bahwa dia sedang berdusta. Dia terpaksa menenggelamkan perasaan yang sebenarnya karena memang dia merasa tak mungkin untuk bersatu. Sekuat apapun ia berusaha keras agar bisa mendapatkan perhatian dari orang yang dicintainya, semakin besar pula niatnya untuk berjalan mundur. Biarkan saja selalu seperti ini, anggap saja kita tak ditakdirkan untuk bersama, atau anggap hal ini hanyalah sebuah imajinasi dari perjuangan dan pengorbanan. Jikapun ternyata kamu memiliki perasaan yang sama seperti diriku, biarkan kita saling mencintai tapi tidak bisa memiliki. Biarkan seperti ini, cukuplah saling memperhatikan dari kejauhan saja. Dan berharap kita selalu mendapatkan sesuatu yang terbaik. Karena tidak semua yang kita rasakan harus dimiliki, terkadang ada beberapa hal yang hanya berupa "perasaan" saja tanpa pernah menjadi kenyataan. Percayalah, saling mencintai tapi tidak bisa memiliki, kelihatannya bukan sesuatu yang terdengar buruk. Namun aku cuma mau bilang, "mungkin ini yang terbaik saat ini, kedepannya aku tidak tahu!" Belajarlah mengikhlaskan apa yang akan pergi dan membuka lembaran yang baru. Tak menutup kemungkinan, kita berdua kembali menulis kisah yang lebih indah di lembar yang baru tersebut. Semoga saja. Kadang perasaan selucu itu ya. Di saat kita sudah merasa menemukan pemilik hati kita, namun semesta menghempaskannya sejauh mungkin. Semesta seolah menunjukkan realitanya daripada manisnya hidup. Tentang rosario yang digenggam Jessie, dan tasbih yang digenggam Fathan. Tentang Jessie yang melipatkan tangan, dan Fathan yang menengadahkan tangan saat berdoa. Tentang hari Minggu dan hari Jumat yang  sudah jelas berbeda. Dan, tentang Al-Kitab yang Jessie baca, dan lantunan merdu Al-Quran yang Fathan baca.  Sudah nampak jelas perbedaan yang ada  diantara kita. Namun, apakah kita masih bisa dipersatukan di 'amin' yang sama? "Mungkin ini saatnya gue menjaga jarak dengan lo, Than." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD