Dering  telpon membuat Aley terperanjat kaget dari lamunannya. Dia  sedang duduk  di sudut memperhatikan pelanggan yang datang ke Cafenya,  dan dia masih  memikirkan terus menerus Lean dan Karel. Mengapa dua  sosok itu  memandangnya seperti, entahlah, tatapan itu membuatnya  mendadak sedih  tapi dia tidak tau mengapa.
"Hallo selamat siang, apa ini benar dengan nona Aleysia Cwen?" ucap seorang gadis dengan nada yang lembut di telpon.
Aleysia mengkerutkan keningnya sebelum menjawab "iya, dengan saya sendiri. Ini dengan siapa ya?"
"Saya   dari pihak Zidi Group, ingin menginformasikan bahwa besok anda sudah   bisa datang ke kantor untuk menandatangani surat perjanjian penetapan   pekerjaan."
Aley membulatkan matanya kaget. "Bagaimana bisa? Saya tidak mengikuti interviewnya kemarin."
"Saya   hanya ingin mengonfirmasikan itu, karna dokumen lamaran kerja anda   sudah di tandatangani. Besok pukul 09:00 temui ibu Nusanra kepala bagian   HRD. Terimakasih."
Telpon  tertutup, meninggalkan kebingungan  yang amat sangat membingungkan.  Bagaimana bisa seseorang yang tidak  mengikuti interview tiba-tiba  dipanggil oleh perusahaan, bahkan dirinya  tak pernah memiliki kemampuan  khusus apapun.
Aley mencoba  mengingat-ingat apa yang terjadi  sebelumnya, dia Mengingat bahwa  terakhir kalinya berkas surat lamaran  kerjanya ada di tangan Lean.
"Lean?"   Dia mengingat ketika waktu itu tiba-tiba Lean berdiri dan berkata 'Aku  pergi dulu, map ini ku ambil untuk tanda  terimakasihku. Segeralah  pulang ketika sudah menghabiskan ice cream itu,  dan jangan membayarnya  karena itu gratis' Setelah berucap seperti itu  Lean langsung melangkah  pergi meninggalkannya. 
Aley  menidurkan kepalanya di meja,  kemudian berpikir tentang bagaimana  kehidupannya yang akan dia jalani  sebagai karyawan kantor di Zidi Group.  Apa akan seram ketika ia  menghadapi atasan atau senior di tempat  kerjanya atau juga orang-orang  yang akan menyepelekannya karena tidak  ada kemampuan khusus padanya.  Kalau dipikir-pikir Zidi grup sangatlah  menyeramkan bagi orang biasa  sepertinya. 
Aley  menghela nafas berat kemudian menepuk-nepuk  pipinya pelan. "Aley kamu  pasti bisa!" Ucapnya untuk menyemangati  dirinya sendiri. "Ini demi  seorang wanita yang kau sebut mama." 
.
Kata   besok pun tiba. Aley memandangi pantulan dirinya di cermin untuk  melihat  apa pakaiannya sudah cocok? Apa ini tidak terlalu biasa? Apa  dia sangat  kelihatan seperti gadis kere? Atau sebagainya. Semuanya  membuatnya  gugup setengah mati. Inilah salah satu alasan mengapa dia  ingin menjadi pengusaha kuliner  saja daripada menjadi karyawan kantor  yang akan menindasnya dengan  pekerjaan-pekerjaan berat dan laba  keuntunganpun juga bukan untuk dia tapi  perusahaan, dia hanya akan  mendapatkan gaji sesuai perjanjian di awal. 
Dia  menganggap  karyawan itu hanya seperti babu yang kerja  mati-matian untuk sang  pemilik perusahaan. "Untuk apa berkuliah di kampus  entrepreneur jika  aku ujung-ujungnya menjadi karyawan kantor.  Teman-temanku bisa tertawa  melihatku."
Dia  melihat ke jam tangan yang melingkar cantik di  pergelangan tangannya  kemudian matanya membulat kaget ketika melihat  jarum jam sudah  menyatakan bahwa dirinya akan terlambat. Dengan  buru-buru dia mengambil  tas dan sepatu barunya yang baru saja ia  siapkan untuk hari ini, lalu langsung berangkat dengan buru-buru.
.
Aley   sampai ditempat kerja barunya. Dia memandangi gedung perusahaan Zidi   Group yang tinggi dan mewah. Ini kedua kalinya ia datang ketempat itu.   Dia berdoa semoga tak akan terjadi apa-apa di hari pertamanya bekerja. 
Aley menemui resepsionis, kemudian ada petugas yang langsung menuntunnya ketempat ibu Nusanra kepala bagian HRD. 
Dia   masuk sebelum tadinya dia mengetuk pintu terlebih dahulu. Senyuman   lembut dari bibir seorang wanita bernama Nusanra itu membuat hatinya   tenang, ia pikir dia akan bertemu dengan sosok wanita yang menyeramkan   seperti dosen kilernya saat berkuliah. 
"Silahkan duduk." Ucap Nusanra. 
Aley patuh dengan senyumannya yang kaku. Dia duduk dengan rasa yang tak enak, dia tidak bisa rileks.
"Kamu terlambat 3 menit nona Aleysia." Ucap wanita itu.
"Maafkan   saya." Jawab Aley. Hanya itu yang bisa ia katakan karna tidak mungkin   dia mengatakan yang sejujurnya tentang dirinya yang terlalu lama berada   didepan cermin karna memilih-milih penampilan seperti apa yang cocok   untuknya di hari pertama ia masuk kerja. 
"Tak  apa. Saya maafkan.  Tapi jangan ulangi lagi. Semenit sangat berharga  disini." Ucap wanita  itu dangan senyum khas elegan miliknya yang tak luntur sedikitpun.   "Silahkan tanda tangan disini. Kamu ditempatkan di divisi pemasaran."
Aley menandatangi berkasnya sedikit ragu. Mengapa dia bisa diletakkan di divisi itu. "Maaf, boleh saya bertanya?"
"Silahkan. Kamu bisa menanyakan apapun."
"Saya masih bingung, kenapa saya bisa diterima disini? Padahal saya tidak mengikuti prosedurnya." Tanya Aley.
Wanita   itu tersenyum sebelum menjawab. "Kamu direkomendasikan dengan catatan  keluarga dari  pemilik perusahaan ini. Saya juga tidak tau karna pada  saat kegiatan  interview tak ada nama kamu di daftar yang mengikuti  interview. Sebenarnya urusan seperti ini  bukan urusan saya, kamu  seharusnya diurus oleh bawahan saya. Tapi karna  berkasmu tertulis  rekomendasian, saya tau kamu orang yang berbeda."
Aley  menggaruk  kepalanya yang tidak gatal. Jadi benar Lean orang yang berada  dibalik  ini semua. Apa dia harus berterimakasih pada lelaki itu? 
Pintu terketuk. Seorang lelaki muncul di ambang pintu. Dia menunduk terlebih dahulu sebelum akhirnya jalan mendekat. 
"Ini Aleysia Cwen, anggota baru di divisi kalian." Ucap Nusanra memperkenalkan Aley.Sedangkan
Aley tidak tau harus bersikap seperti apa. 
"Semoga kita menjadi tim yang bekerjasama dengan baik. Saya Sammy." Ucap lelaki itu menyodorkan tangan untuk bersalaman. 
Aley bangkit dari duduknya, kemudian menyambut tangan lelaki muda dan tampan itu. "Aleysia."
Setelah bersalaman, Sammy mengambil berkas Aley. "Ikut aku." Perintahnya.
Aley langsung pamit pada Nusanra kemudian mengikuti Sammy dari belakang. 
.
Aley   berkali-kali berdecak kagum ketika melihat keadaan interior perusahaan   yang sangat luar biasa mewah dan indah. Itu membuatnya beruntung  sesaat  karna telah mengenal Lean dan membantunya untuk bekerja ditempat  sebagus  itu. Mungkin setelah ini dia akan menunggu Lean di lobby  manatau cowok  itu berkeliaran lagi disana, atau di Cafe tempat mereka  makan waktu itu.  
Aley  dibawa masuk ke ruangan yang super duper  hebat dengan banyaknya khiasan  di langit-langit. Namanya juga  pemasaran, ya harus unik dan menarik  pikirnya. 
"Ini lingkungan baru tempatmu akan bekerja." Kata Sammy. 
Ruangan   itu terdiri dari 3 lantai dengan satu Lobby yang langit-langitnya   menjulang tinggi sampai ke lantai ketiga. Maka dari itu Aley bisa   melihat ada lantai 3 diruangan itu. 
"Ayo kuantar ke lantai 2. Disana ruanganmu." Ajak Sammy. 
Aley   menuruti dan mengekori saja. Dia melihat semuanya sibuk dengan urusan   masing-masing. Bahkan dia merasa tak ada yang menyadari keberadaannya.  Dia  tidak bisa membayangkan berada di lingkungan seperti ini dalam  jangka  waktu yang sangat lama. Semoga saja dia tidak kena serangan  jantung  ketika merasa tertekan.
Berbica  tentang jantung. Dia  memegangi dadanya dan mengelusnya pelan. "Semuanya  akan baik-baik saja,  Aley memiliki jantung yang kuat sekarang." Ucapnya  pelan untuk  menyemangati dirinya sendiri. 
Mereka  sampai di meja kerjanya  yang berada di lantai dua. Meja-mejanya  memiliki penyekat untuk  memberikan privasi pada karyawan lainnya. 
Belum  ada yang  menyadari keberadaannya, itu mendadak membuatnya merasa tak enak. Sammy   melihat raut wajah Aleysia, dia tau apa yang sedang dipikirkan gadis   itu. 
"Disini memang extra sibuk di akhir bulan. Mereka akan  menyadarimu  ketika hari ini berlalu. Semangat Aleysia." Ucap sammy  menepuk pundak  Aley, kemudian melenggang pergi dengan senyum manis  miliknya. 
Aley  hanya bisa menghembuskan nafas berat dan langsung  duduk di bangkunya  untuk mengetes kenyamanan yang mulai sekarang akan  menjadi tempatnya  sehari-hari.
  
_______________