3. Hari pertama

1100 Words
Dering telpon membuat Aley terperanjat kaget dari lamunannya. Dia sedang duduk di sudut memperhatikan pelanggan yang datang ke Cafenya, dan dia masih memikirkan terus menerus Lean dan Karel. Mengapa dua sosok itu memandangnya seperti, entahlah, tatapan itu membuatnya mendadak sedih tapi dia tidak tau mengapa. "Hallo selamat siang, apa ini benar dengan nona Aleysia Cwen?" ucap seorang gadis dengan nada yang lembut di telpon. Aleysia mengkerutkan keningnya sebelum menjawab "iya, dengan saya sendiri. Ini dengan siapa ya?" "Saya dari pihak Zidi Group, ingin menginformasikan bahwa besok anda sudah bisa datang ke kantor untuk menandatangani surat perjanjian penetapan pekerjaan." Aley membulatkan matanya kaget. "Bagaimana bisa? Saya tidak mengikuti interviewnya kemarin." "Saya hanya ingin mengonfirmasikan itu, karna dokumen lamaran kerja anda sudah di tandatangani. Besok pukul 09:00 temui ibu Nusanra kepala bagian HRD. Terimakasih." Telpon tertutup, meninggalkan kebingungan yang amat sangat membingungkan. Bagaimana bisa seseorang yang tidak mengikuti interview tiba-tiba dipanggil oleh perusahaan, bahkan dirinya tak pernah memiliki kemampuan khusus apapun. Aley mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya, dia Mengingat bahwa terakhir kalinya berkas surat lamaran kerjanya ada di tangan Lean. "Lean?" Dia mengingat ketika waktu itu tiba-tiba Lean berdiri dan berkata 'Aku pergi dulu, map ini ku ambil untuk tanda terimakasihku. Segeralah pulang ketika sudah menghabiskan ice cream itu, dan jangan membayarnya karena itu gratis' Setelah berucap seperti itu Lean langsung melangkah pergi meninggalkannya. Aley menidurkan kepalanya di meja, kemudian berpikir tentang bagaimana kehidupannya yang akan dia jalani sebagai karyawan kantor di Zidi Group. Apa akan seram ketika ia menghadapi atasan atau senior di tempat kerjanya atau juga orang-orang yang akan menyepelekannya karena tidak ada kemampuan khusus padanya. Kalau dipikir-pikir Zidi grup sangatlah menyeramkan bagi orang biasa sepertinya. Aley menghela nafas berat kemudian menepuk-nepuk pipinya pelan. "Aley kamu pasti bisa!" Ucapnya untuk menyemangati dirinya sendiri. "Ini demi seorang wanita yang kau sebut mama." . Kata besok pun tiba. Aley memandangi pantulan dirinya di cermin untuk melihat apa pakaiannya sudah cocok? Apa ini tidak terlalu biasa? Apa dia sangat kelihatan seperti gadis kere? Atau sebagainya. Semuanya membuatnya gugup setengah mati. Inilah salah satu alasan mengapa dia ingin menjadi pengusaha kuliner saja daripada menjadi karyawan kantor yang akan menindasnya dengan pekerjaan-pekerjaan berat dan laba keuntunganpun juga bukan untuk dia tapi perusahaan, dia hanya akan mendapatkan gaji sesuai perjanjian di awal. Dia menganggap karyawan itu hanya seperti babu yang kerja mati-matian untuk sang pemilik perusahaan. "Untuk apa berkuliah di kampus entrepreneur jika aku ujung-ujungnya menjadi karyawan kantor. Teman-temanku bisa tertawa melihatku." Dia melihat ke jam tangan yang melingkar cantik di pergelangan tangannya kemudian matanya membulat kaget ketika melihat jarum jam sudah menyatakan bahwa dirinya akan terlambat. Dengan buru-buru dia mengambil tas dan sepatu barunya yang baru saja ia siapkan untuk hari ini, lalu langsung berangkat dengan buru-buru. . Aley sampai ditempat kerja barunya. Dia memandangi gedung perusahaan Zidi Group yang tinggi dan mewah. Ini kedua kalinya ia datang ketempat itu. Dia berdoa semoga tak akan terjadi apa-apa di hari pertamanya bekerja. Aley menemui resepsionis, kemudian ada petugas yang langsung menuntunnya ketempat ibu Nusanra kepala bagian HRD. Dia masuk sebelum tadinya dia mengetuk pintu terlebih dahulu. Senyuman lembut dari bibir seorang wanita bernama Nusanra itu membuat hatinya tenang, ia pikir dia akan bertemu dengan sosok wanita yang menyeramkan seperti dosen kilernya saat berkuliah. "Silahkan duduk." Ucap Nusanra. Aley patuh dengan senyumannya yang kaku. Dia duduk dengan rasa yang tak enak, dia tidak bisa rileks. "Kamu terlambat 3 menit nona Aleysia." Ucap wanita itu. "Maafkan saya." Jawab Aley. Hanya itu yang bisa ia katakan karna tidak mungkin dia mengatakan yang sejujurnya tentang dirinya yang terlalu lama berada didepan cermin karna memilih-milih penampilan seperti apa yang cocok untuknya di hari pertama ia masuk kerja. "Tak apa. Saya maafkan. Tapi jangan ulangi lagi. Semenit sangat berharga disini." Ucap wanita itu dangan senyum khas elegan miliknya yang tak luntur sedikitpun. "Silahkan tanda tangan disini. Kamu ditempatkan di divisi pemasaran." Aley menandatangi berkasnya sedikit ragu. Mengapa dia bisa diletakkan di divisi itu. "Maaf, boleh saya bertanya?" "Silahkan. Kamu bisa menanyakan apapun." "Saya masih bingung, kenapa saya bisa diterima disini? Padahal saya tidak mengikuti prosedurnya." Tanya Aley. Wanita itu tersenyum sebelum menjawab. "Kamu direkomendasikan dengan catatan keluarga dari pemilik perusahaan ini. Saya juga tidak tau karna pada saat kegiatan interview tak ada nama kamu di daftar yang mengikuti interview. Sebenarnya urusan seperti ini bukan urusan saya, kamu seharusnya diurus oleh bawahan saya. Tapi karna berkasmu tertulis rekomendasian, saya tau kamu orang yang berbeda." Aley menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Jadi benar Lean orang yang berada dibalik ini semua. Apa dia harus berterimakasih pada lelaki itu? Pintu terketuk. Seorang lelaki muncul di ambang pintu. Dia menunduk terlebih dahulu sebelum akhirnya jalan mendekat. "Ini Aleysia Cwen, anggota baru di divisi kalian." Ucap Nusanra memperkenalkan Aley.Sedangkan Aley tidak tau harus bersikap seperti apa. "Semoga kita menjadi tim yang bekerjasama dengan baik. Saya Sammy." Ucap lelaki itu menyodorkan tangan untuk bersalaman. Aley bangkit dari duduknya, kemudian menyambut tangan lelaki muda dan tampan itu. "Aleysia." Setelah bersalaman, Sammy mengambil berkas Aley. "Ikut aku." Perintahnya. Aley langsung pamit pada Nusanra kemudian mengikuti Sammy dari belakang. . Aley berkali-kali berdecak kagum ketika melihat keadaan interior perusahaan yang sangat luar biasa mewah dan indah. Itu membuatnya beruntung sesaat karna telah mengenal Lean dan membantunya untuk bekerja ditempat sebagus itu. Mungkin setelah ini dia akan menunggu Lean di lobby manatau cowok itu berkeliaran lagi disana, atau di Cafe tempat mereka makan waktu itu. Aley dibawa masuk ke ruangan yang super duper hebat dengan banyaknya khiasan di langit-langit. Namanya juga pemasaran, ya harus unik dan menarik pikirnya. "Ini lingkungan baru tempatmu akan bekerja." Kata Sammy. Ruangan itu terdiri dari 3 lantai dengan satu Lobby yang langit-langitnya menjulang tinggi sampai ke lantai ketiga. Maka dari itu Aley bisa melihat ada lantai 3 diruangan itu. "Ayo kuantar ke lantai 2. Disana ruanganmu." Ajak Sammy. Aley menuruti dan mengekori saja. Dia melihat semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan dia merasa tak ada yang menyadari keberadaannya. Dia tidak bisa membayangkan berada di lingkungan seperti ini dalam jangka waktu yang sangat lama. Semoga saja dia tidak kena serangan jantung ketika merasa tertekan. Berbica tentang jantung. Dia memegangi dadanya dan mengelusnya pelan. "Semuanya akan baik-baik saja, Aley memiliki jantung yang kuat sekarang." Ucapnya pelan untuk menyemangati dirinya sendiri. Mereka sampai di meja kerjanya yang berada di lantai dua. Meja-mejanya memiliki penyekat untuk memberikan privasi pada karyawan lainnya. Belum ada yang menyadari keberadaannya, itu mendadak membuatnya merasa tak enak. Sammy melihat raut wajah Aleysia, dia tau apa yang sedang dipikirkan gadis itu. "Disini memang extra sibuk di akhir bulan. Mereka akan menyadarimu ketika hari ini berlalu. Semangat Aleysia." Ucap sammy menepuk pundak Aley, kemudian melenggang pergi dengan senyum manis miliknya. Aley hanya bisa menghembuskan nafas berat dan langsung duduk di bangkunya untuk mengetes kenyamanan yang mulai sekarang akan menjadi tempatnya sehari-hari.   _______________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD