"Tidak perlu!!!" Ujar seorang pria, yang suara tersebut membuat jantung Ara berhenti berdetak.
Degh
"Ayah!!!' Lirih Ara penuh keterkejutan, membuat tenggorokan Ara seakan-akan benar-benar merasa tercekat dan tak bisa menelan air liurnya sendiri.
"Ayah cari kemana-mana, dan ayah menemukan mu disini." Ujar ayah Alex. Ara dan juga Difa langsung membalikkan badannya, dan mata Ara langsung beradu tatap dengan sang ayah langsung.
"Ayah, ngapain kesini, dan untuk apa Ayah mencariku? "Tanya Ara dengan wajah yang menggambarkan penuh ketakutan. Tidak hanya Ara, rupanya Difa juga tidak kalah takut dari Ara, takut melihat kemarahan Ayah Alex karena Difa melihat wajah Ayah Alex saat ini sedang tidak bercanda atau sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Difa dapat melihat raut wajah ketegasan, serta rambut wajah yang sudah tidak bersahabat lagi, membuat Difa merasa khawatir pada Ara, takut sampai kalau Ayah Alex kehilangan kendali, karena emosinya takut melakukan suatu hal yang tidak diinginkan pada Ara.
"Ayah datang ke sini karena di rumah ada seseorang yang mencarimu, dan orang itu tidak mau menunggu sampai kamu pulang dari kampus, Ayah takut terjadi sesuatu sama kamu, takut orang itu akan menghampirimu ke sini, makanya Ayah terpaksa kesini, untuk menjemput kamu. Tidak masalahkan untuk hari ini saja kamu tidak masuk kuliah, karena Ayah tidak mau sampai orang itu menemuimu di sini. "Ujar Ayah Alex, membuat Ara yang mendengarnya langsung saling melempar tatapan dengan Difa.
" Memangnya siapa Ayah, laki-laki apa perempuan, tua apa muda? "Ara langsung mempertanyakan masalah usia dan jenis kelamin orang yang ingin menemui dirinya, karena perasaan Ara mulai tidak nyaman, takut akan orang yang mencari dirinya adalah orang yang ingin Ara hindari untuk sementara waktu.
"Untuk apa pertanyaan itu? Lebih baik sekarang kita langsung pulang saja, biar kamu bisa memastikan sendiri dan kamu bisa mengatakan pada ayah siapa orang yang ingin bertemu denganmu, dan ada urusan apa dia ingin bertemu denganmu. "Jawab sang ayah yang langsung membuat Ara menghela nafasnya dengan kasar. Dalam hati, Ara berharap semoga orang yang ingin bertemu dengannya bukan orang yang ingin Ara hindari untuk beberapa saat ini. Sebenarnya Ara tidak ingin menghindari, hanya saja Ara masih belum siap jika Ara bertemu dengan orang itu dalam waktu dekat ini, karena kejadiannya hanya baru tadi malam.
"Baiklah. Kalau begitu, Ayah Alex sama Ara biar Difa antar aja, biar kalian tidak capek-capek nunggu bus umum. "Ujar Difa yang langsung diangguki kepala oleh Ara. Ara dan ayah Alex diantar Difa untuk pulang, Difa juga ikut tidak masuk ke kampus untuk menemani sang sahabat. Yah, hanya Difa lah yang benar-benar tulus berteman dengan Ara tanpa memandang Ara yang hanya anak kuliah karena biayasiswa atau orang yang jauh dari kata mampu. Bahkan, di saat Ara mendapat bully-an, hanya Difa lah yang selalu membela dan mengeluarkan Ara dari para mahasiswa yang membully Ara. Kalau Ara di bully tanpa adanya sang sahabat, Ara memilih menebalkan telinganya agar tidak mendengar ocehan para teman sekampusnya, yang ocehan tersebut pastinya adalah sebuah penghinaan untuk Ara. Padahal Difa tergolong dari orang kaya, namun Difa begitu sangat tulus membantu dan berteman baik dengan Ara.
"Dif, gue belum siap kalau sampai Om Kenz yang mencariku sampai ke rumah. Tapi masa iya Om Kenz sampai tahu dimana rumahku dalam waktu dekat ini, padahal kejadiannya baru tadi malam? "Ujar Ara mengatakan ketakutannya pada sang sahabat, yang diakhiri dengan kalimat tanya Karena Ara tidak percaya bahwa Kenz akan menemukan alamat rumahnya dalam waktu dekat ini.
"Entahlah. Kita lihat saja nanti, siapa sebenarnya yang ingin bertemu denganmu. Aku rasa kalau untuk orang kaya atau orang yang berpengaruh di kota ini, tidak sulit untuk menemukan alamat rumahmu karena hal seperti itu mudah untuk diketahui, apalagi hanya rumah orang biasa sepertimu, orang yang sama-sama berpengaruh pun bisa dengan begitu mudahnya untuk menemukan sebuah alamat. Tapi kamu berdoa saja semoga aja dia bukan om Kenz yang kamu maksud itu." Ujar Difa menjawab pertanyaan sang sahabat, dan mencoba untuk menenangkan sang sahabat, berharap sang sahabat tidak khawatir bahwa orang yang ingin menemui dirinya adalah orang yang ingin Ara hindari. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, perasaan Ara benar-benar merasa sangat begitu takut, takut orang yang ingin Ara hindari benar-benar mencari dirinya. Namun meski begitu, Ara mencoba untuk menyiapkan diri, kalau sampai orang yang ingin bertemu dengan dirinya adalah orang yang benar-benar ingin Ara hindari.
"Baru kali ini ada orang yang mencarimu, Nak. Sebenarnya kalau memang ada orang yang mencarimu, otomatis mencari Ayah, itu pasti anak buah dari tuan Baskoro, karena uang yang ayah serahkan memang masih kurang. Tapi ini, orang itu bukan untuk bertemu dengan ayah, melainkan denganmu. Ayah jadi penasaran, sebenarnya siapa orang itu, dan ada urusan apa ingin bertemu denganmu? Padahal, sebelum-sebelumnya kamu tidak pernah memiliki urusan apapun dengan orang lain apalagi dengan seorang pria. Sebenarnya Ayah tidak tenang, tapi beruntungnya pria itu bisa menuruti perkataan Ayah dengan menunggu di rumah dan tak menghampirimu ke kampus, karena kalau sampai hal itu terjadi, Ayah tidak bisa membayangkan Seperti apa ketakutan ayah, takut dia akan menyakitimu. "Ujar Ayah Alex panjang lebar pada Ara, mengutarakan rasa ketidakpercayaannya, Karena orang yang ingin bertemu dengan Ara bukan berarti ingin bertemu dengan dirinya, yang artinya orang tersebut bukanlah bagian dari anak buah atau suruhan dari Tuan Baskoro. Padahal masalah besar yang dialami oleh ayah Alex dan juga Ara adalah Tuan Baskoro. Namun siapa sangka, yang ingin bertemu dengan Ara justru bukanlah bagian dari anak buah Tuan Baskoro melainkan orang lain, membuat Ayah Alex merasa penasaran apa maksud dan tujuan ingin bertemu dengan Ara.
"Mungkin itu salah satu penggemar Ayah Alex. Sebaiknya Ayah Alex tidak perlu memikirkan perasaan buruk, kalau memang dia ada urusan sama Ara, biar itu menjadi urusan Ara, dan tentunya aku pasti akan menemani Ara. Ayah tidak perlu takut, disini Ara tidak sendiri kok, aku akan selalu menjadi teman yang baik buat Ara." Jawaban tersebut berasal dari Difa, sahabat Ara. Difa mencoba untuk memberi jawaban yang berhasil membuat perasaan ayah Alex sedikit merasa lega, setidaknya sang anak tidak sendirian, dan masih ada orang yang baik yang akan mengulurkan tangannya untuk memberi bantuan, setidaknya meski tidak membantu, Ara tidak sendirian, masih ada sahabat yang selalu setia mendampinginya. Ara sendiri merasa sedikit lega, saat Difa membantu dirinya menanggapi ucapan sang ayah, yang membuat dirinya sedikit merasa tenang.
"Terimakasih, Nak Difa. Kau memang gadis yang baik, yang tulus berteman dengan Ara, padahal Ara bukan golongan dari orang kaya seperti Nak Difa, tapi Nak Difa tidak mempermasalahkan itu." Ujar ayah Alex, yang langsung ditanggapi dengan anggukan dan senyuman manis dari Difa. Tanpa mereka sadari, obrolan mereka berakhir setelah mobil Difa berhenti, yang artinya mereka sudah sampai.
"Kok sepi. Apa mungkin mereka sudah pulang karena menunggu kita lama?" Tanya Ara, saat melihat rumahnya tertutup rapat, dan tak ada tanda-tanda ada orang yang menunggu dirinya seperti yang dikatakan ayah Alex tadi saat di kampus.
"Ayah juga tidak tahu. Tapi, tadi sebelum ayah pergi, mereka datang dengan dua mobil, tapi yang mengatakan tujuannya cuma satu orang saja." Ujar ayah Alex
"Ya sudah. Kalau memang mereka sudah pulang, artinya mereka tidak begitu penting dengan urusannya." Ujar Ara yang merasa lega karena orang yang ingin bertemu dengan dirinya sudah kembali pulang. Ara langsung membuka pintu rumahnya yang memang tidak pernah di kunci.
Ceklek
"Kau…