6. Gadis kecil itu bernama Kalila

1026 Words
"Hai, apa kabar?" Tanya Venus saat panggilan terhubung. Gambar seorang wanita perempuan dan bayi berusia dua setengah tahun muncul. "Hallo Bubu Vee," "Hallo juga Kalila," Balas Venus. "Lagi apa? Baru bangun bobo ya?" Senyum gadis kecil itu mampu melunturkan kekesalan dalam hati Venus. Seketika ia melupakan segala beban yang dirasakannya hari ini. Kalila adalah obat lelah untuknya. "Iya, baru bangun tidur." Balas wanita yang ada di samping Kalila. "Kenapa? Tumben jam segini nelpon?" Selidiknya. "Ada masalah di kantor?" Lanjutnya. "Sedikit." Balasnya sambil menghela. Sulit rasanya berpura-pura seolah tidak terjadi apapun. Tapi Venus bukan pembohong ulung, buktinya Selvi bisa dengan mudah menilai hanya dari raut wajahnya saja. "Ada apa? Sepertinya serius?" "Nanti aku ceritakan, rencananya malam ini aku ingin tidur di rumah kalian. Nggak apa-apa, kan?" "Tentu. Kebetulan Ahnaf lagi ke luar kota, di rumah hanya ada aku Lila, dan Mamah. Kesini saja, nanti kita makan bakso di depan gang." "Baiklah. Jam empat aku pulang, mau dibawakan apa? Kalila mau apa? Butuh s**u nggak?" "Boleh. Belikan s**u saja, kebetulan stok di rumah udah habis." "Oke. Sampai jumpa nanti Kalila gembul." Venus melambaikan tangan ke arah Selvi dan Kalila. "Bye Bubu Vee." Selvi melambaikan tangan menggunakan tangan Kalila yang terlihat begitu menggemaskan. Akhirnya panggilan terputus dan layar ponsel Venus kembali berubah hitam. Tapi rasanya masih ingin berlama-lama melihat wajah Kalila, gadis kecil itu benar-benar mampu menghipnotis Venus dan menyalurkan energi positif padanya. "Siapa? Anak kamu?" Tiba-tiba saja Regan sudah berdiri tak jauh dari tempat Venus berada. Entah sejak kapan lelaki itu datang, Venus tidak menyadarinya. "Bukan." Jawab Venus singkat. Ia pun segera beranjak untuk pergi menjauh. "Tunggu!" Cegah Regan. "Kamu punya anak? Setelah kita bercerai?" Regan menatap penuh selidik. "Bapak tuli? Kapan aku mengatakan itu putriku! Kalaupun dia memang putriku, urusannya apa? Kita sudah bercerai lama, aku bisa hamil oleh siapapun, bukan hanya kamu." Lagi-lagi emosi itu sulit dikendalikan, Venus begitu mudah terpancing hanya karena sebuah pertanyaan. Venus menghela lemah. "Maaf," Ia terlalu sensitif. Tapi hanya berlaku pada Regan, tidak untuk orang lain. "Vee tunggu," Regan mengejar, "Aku hanya ingin memastikan saja." Ia berhasil mendahului Venus. "Jika kamu mengira saat bercerai aku dalam keadaan hamil, kamu salah besar. Dan gadis kecil yang kamu lihat tadi, itu bukan anakku. Itu anak Selvi, keponakanku." Jelas Venus. "Jelas bukan? Jadi jangan bertanya hal-hal di luar pekerjaan, aku tidak suka!" Tegasnya sebelum akhirnya Venus pergi meninggalkan Regan. Ia berlari menuju toilet dimana rasa mual tiba-tiba saja kembali menyerang. Venus memuntahkan isi perutnya hingga tidak tersisa dan perasaan panik bercampur takut itu kembali hadir. Regan memang meninggalkan luka yang amat dalam untuknya. Bukan hanya itu saja, Regan pun membuat Venus mengalami trauma yang cukup serius. Venus berusaha menyelesaikan beberapa pekerjaan, tapi sulit sekali untuk berkonsentrasi. Akhirnya Venus memutuskan untuk pulang lebih awal, beruntung Regan sedang tidak ada di lokasi, yang membuat Venus bisa pulang dengan mudah. Venus hanya perlu mengirim pesan singkat dan tidak perlu lagi menunggu pesan balasan sebagai persetujuan. Tiga tahun sudah cukup membuatnya menjadi wanita mandiri, memiliki tempat tinggal sendiri, kendaraan pribadi sendiri meski tidak bisa dibilang mewah, tapi cukup untuk dijadikan sebagai fasilitas menunjang hidupnya. Tujuan Venus kali ini bukan tempat tinggalnya, tapi kediaman keluarga Selvi. Ia dan Selvi merupakan sepupu, kedua orang tua mereka adik-kakak. Beruntung kedua orang tua Selvi masih lengkap, tidak seperti dirinya yang kini hidup sebatang kara. Jika tidak ada keluarga Selvi yang menolongnya waktu itu, bisa dipastikan saat ini Venus mendekam di rumah sakit jiwa. Keluarga Selvi sangat berperan penting dalam hidupnya, terutama saat Venus dalam masa-masa terpuruk. Sebelum menuju kediaman Selvi, ia terlebih dulu mampir ke salah satu supermarket untuk membeli s**u Kalila. Venus tidak hanya berperan sebagai Tante bagi Kalila, tapi juga sebagai Ibu angkatnya. Selvi dan Ahnaf sudah lama menikah, sekitar lima tahun dan mereka baru dikaruniai satu orang anak, yaitu Kalila. Mereka tidak keberatan saat Venus memberikan bantuan berupa s**u, pakaian atau keperluan lainnya untuk Kalila padahal Selvi dan suaminya termasuk dalam golongan keluarga sangat mampu. Venus senang, dengan hadirnya Kalila bisa membuat dirinya kembali merasa bersemangat. Usai membeli beberapa barang keperluan untuk Kalila, Venus pun langsung menuju kediaman Selvi. Kedatangannya disambut baik oleh Selvi dan Kalila yang sudah menunggunya di depan teras rumah. "Kalila, Bubu kangen banget." Venus hanya mencubit gemas pipi Kalila, ia tidak berani menggendongnya karena baru sama sampai dan belum mengganti pakaian. "Bubu ganti baju dulu ya? Abis itu kita main." Venus langsung masuk kedalam rumah. Rumah yang sudah dianggap sebagai rumah kedua untuknya, bahkan Venus pun memiliki kamar yang disediakan Selvi khusus untuknya setiap kali ingin berkunjung. "Bubu sudah ganti baju, ayo!" Usai mengganti pakaian dan mencuci wajahnya, Venus langsung menggendong Kalila dan membawanya keluar untuk melihat pemandangan dari area depan teras. "Venus datang?" Tanya Eli, ibu Selvi. "Sudah. Dia bawa banyak barang keperluan untuk Lila." Selvi menunjukan barang belanjaan yang dibawa oleh Venus. Tidak hanya satu kaleng s**u, tapi empat. Bukan hanya itu saja, Venus juga membeli berbagai macam snack khusu balita. "Banyak banget." Eli mengambil beberapa kantong belanjaan yang akan disusunnya dalam lemari khusus. "Cukup kayaknya untuk satu bulan." "Iya. Jadi nanti Mas Ahnaf nggak usah beli s**u dulu, sebelum stok ini habis." Selvi dan Eli merapikan barang-barang keperluan Kalila, sementara Venus dan Kalila asyik bermain di teras depan. "Vee, mau makan? Tante buatkan sayur asem dan ikan bakar kesukaan kamu." Eli keluar menghampiri Venus dan Lila. "Wah,, enak nih! Tapi nanti saja, rencananya aku dan Selvi mau makan bakso di depan gang sana." Balasnya sambil terus menggendong Lila dengan sesekali mencubit gemas pipi Lila, lantas menciumnya. "Tapi nanti dimakan ya masakan Tante, awas kalau nggak dimakan. Tante mogok masakin kamu," Ancam Eli dengan marah yang dibuat-buat. "Oke! Perutku masih bisa menampung semangkuk bakso dan sayur asam buatan Tante. Pasti habis, janji!" Venus tersenyum, memamerkan deretan giginya yang terlihat putih. "Ya sudah. Tante masuk kedalam dulu," Venus menganggukan kepalanya dan kembali fokus bermain bersama Kalila. "Venus belum mau makan, katanya mau makan bakso bareng kamu." Eli menghampiri Selvi yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. "Kami memang berencana makan bakso di depan gang," Balasnya sambil menoleh sekilas ke arah ELi. "Kamu dan Ahnaf belum berencana mengatakan yang sebenarnya pada Venus tentang Kalila? Lihat gadis kecil itu, setiap hari wajahnya semakin mirip Regan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD