Serena tertawa kecil sambil mengaduk kopi Americano di hadapan Aditya, lalu dengan lembut mengelus pipi pria itu. “Kamu kelihatan lelah sekali, Di. Sudah kerja keras seharian, kamu butuh hiburan,” bisiknya manja. Aditya hanya tersenyum tipis, mencoba menyesuaikan diri dengan kedekatan Serena yang selama ini menjadi tempatnya bergantung saat kehilangan ingatan. Ia menggigit roti almond perlahan, namun matanya secara tak sadar melirik ke arah lain. Di ujung ruangan, Zaozah duduk tenang di depan laptopnya, jari-jarinya menari di atas keyboard. Wajahnya tampak datar, tapi sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kepedihan yang dalam. Ia tidak menoleh, tidak bicara, tidak bereaksi—dan justru itu yang membuat d**a Aditya terasa sesak. Sesaat Aditya terdiam, rasa aneh menguar di dadanya. Pandan

