Zaozah memilih diam. Dia tahu, mengadukan sikap Nayla hanya akan membuatnya terlihat lemah atau bahkan dianggap membesar-besarkan keadaan — apalagi di depan Bu Rina yang jelas-jelas belum sepenuhnya menerimanya kembali dalam keluarga. Malam itu, saat mereka semua berkumpul kembali di ruang makan untuk menikmati dessert, Nayla tampil sangat berbeda dari sebelumnya. Ia duduk di sebelah Bu Rina dengan senyum ramah, sesekali melontarkan pujian-pujian manis untuk Zaozah. “Za, kamu tadi masaknya enak banget,” ujar Nayla sambil melirik Bu Rina. “Meskipun aku tahu kamu nggak biasa masak untuk orang sebanyak ini, tapi kamu berhasil bikin semuanya lahap.” Bu Rina tersenyum samar. “Iya, saya juga nggak nyangka. Kamu bisa juga ya ternyata, Zaozah.” Zaozah hanya menunduk sopan, tersenyum kecil. “Te