10

714 Words

Pagi itu, Prasetyo duduk di ruang makannya dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Ia baru saja kembali dari apartemen Aya beberapa jam lalu, setelah malam panjang yang dipenuhi gairah dan keputusasaan. Namun kini, di rumahnya sendiri, ia justru merasa terasing. Di hadapannya, Widhi duduk dengan tenang, menyeduh teh dengan gerakan anggun. Tak ada tatapan penuh curiga, tak ada pertanyaan tajam—hanya ketenangan yang justru lebih mengintimidasi daripada kemarahan. “Jadwalmu hari ini padat?” suara Widhi terdengar datar. Prasetyo mengerjap, sedikit terkejut karena Widhi akhirnya berbicara padanya setelah sekian lama. “Ya… ada beberapa meeting,” jawabnya hati-hati. Widhi mengangguk, menuangkan teh ke cangkirnya sendiri sebelum menyesapnya perlahan. Prasetyo menunggu. Biasanya, di saat sepe

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD