Dua Puluh Lima

1002 Words

Dua orang itu, yang merupakan ayah dan anak, saling berhadapan dengan wajah penuh tegang. Novan berusaha menetralkan emosi di dadanya. Bagaimana bisa, papanya memiliki ide seperti itu. Ini sama saja dengan membunuhnya secara perlahan. "Kenapa papa tega sekali padaku?" Suara Novan bergetar, bahkan matanya berkaca-kaca seperti hendak menangis. "Papa melakukan ini demi kebaikanmu." "Kebaikan apa, Pa? Papa mengeluarkan aku dari perusahaan, lalu memberiku sebuah toko kecil untuk dikelola? Papa bilang ini demi kebaikanmu, terkadang aku berpikir, aku ini bukan anak kalian. Kenapa kalian begitu tega." "Novan, kamu anak laki-laki papa satu-satunya. Papa ingin, kamu memulai dari awal, perusahaan yang kamu kelola, semuanya mengalami kemunduran, bahkan beberapa anak cabang kita terpaksa ditutup."

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD