Pulang ke pondok, tak lagi memberi kebahagiaan pada Aryo. Baginya Sri bukan lagi istri yang dipujanya dulu. Dia begitu jijik membayangkan apa yang menjadi miliknya sudah dinikmati oleh laki-laki lain. Dia tak habis pikir sejauh itu istrinya tersesat. "Mas," Sri menghidangkan makan malam untuknya. Hal yang beberapa bulan ini tak pernah dilakukannya lagi. Aryo mengambil nasi dan lauk seadanya, sepertinya Sri sengaja memasak malam ini. Bagi Aryo perubahan ini sudah terlambat. "Mas masih marah sama aku?" Aryo menatap Sri sekilas, mata sembabnya tak menggugah Aryo sama sekali. Bayangan akan istrinya b******u dengan laki-laki lain membuatnya semakin membenci Sri. "Sekarang mas yang bertanya padamu, jika mas yang melakukan apa yang kau lakukan, apa kau marah?" Wajah Sri menegang. Tentu saja

