Ironi

2229 Words

“Lo kalau ngomong dijaga ya,” suara Dhika tajam, menusuk udara kamar yang sunyi. Sorot matanya membekukan, seakan setiap kata adalah cambuk. “Dua bulan juga belum, udah minta cerai? Inget kesepakatannya.” Nada dinginnya membuat d**a Kaluna makin sesak, seolah segala rasa sakit dipadatkan dalam satu kalimat. Kaluna menggigit bibir, matanya masih merah. “Keluar, Dhika. Gue minta lo pergi. Sekarang.” Suaranya bergetar, tapi tetap keras kepala, menolak tunduk pada tatapan yang selalu membuatnya merasa kecil. Dhika mendekat, bayangan tubuhnya menelan Kaluna yang masih duduk di tepi ranjang. Tangan kasarnya mencengkeram dagunya, kuat, memaksa wajah Kaluna menatap lurus padanya. “Jangan bodoh, Luna. Ada kesepakatan, ada alasan lo masih jadi istri gue. Jangan t***l. Selama Kakek Lucien masih hid

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD