CHAPTER 5

1051 Words
Finna terlambat bangun,  seluruh tubuhnya sakit. Dia bangkit dan melihat di samping tempat tidur, Deron sudah tidak ada. Segera dia turun dari ranjang tidurnya dan tidak sengaja melihat bercak merah di seprei putih. Finna langsung mengecek bagiannya, dia sedang menstruasi. Segera dia tarik seprei itu untuk di cuci. Setelah mandi dan bersih, dia segera menggunakan mesin cuci seprei itu. Pantas ia merasa tubuhnya terasa pegal dan malas untuk aktivitas. Pasti Arletta ikut juga terlambat bangun. Kenapa Deron tidak membangunkannya. Mungkin Deron tahu, kalau Finna kelelahan saat berolahraga dengannya hingga jam lima pagi. Finna membuat teh hangat di dapur, perutnya tidak sehat. Merasa perih,  menyandarkan pantatnya disudut tepi dapur sambil menikmati teh hangat sendiri. Suara bunyikan telepon dari tamu terdengar nyaring. Finna segera mengangkatnya dengan malas.  "Halo, dari keluarga Cornelius ada yang bisa saya bantu," sambut Finna tidak bersemangat. "Hai, Sayang. Kau sudah bangun," sambung dari seberang dan itu adalah suara Deron. Finna menarik nafas panjang, "Iya, tuan, saya sudah bangun dari tadi. Ada perlu apa, tuan?" Di kantor Deron duduk menempelkan ponselnya di telinga yang canggih itu.  Mendengar suara Finna tidak bersemangat. "Kenapa suaramu tidak bersemangat, apa kau sedang sakit?" tanya Deron mencemaskan pengasuhnya. "Tidak, tuan ... saya hanya perlu tidur sebentar. Saya mengantuk, tuan," jawab Finna tetap sama nada tidak semangat itu. Serasa lesu banget. "Baiklah, cepatlah sembuh. Adikku membutuhkanmu." Akhir pembicaraan di telepon. Finna menutup genggaman telepon itu, kemudian melanjutkan minuman teh hangatnya. Sepertinya perutnya masih belum membaik. Mungkin hari ini dia butuh berbaring di kasurnya. Suara detak jam dinding bergerak merdu, Finna terlelap, kemudian dia bangun memosisikan duduk. Dipegang bagian perutnya. Dihari pertama haid,  adalah paling dibenci oleh Finna. Ingin melakukan kegiatan pekerjaan saja sulit untuk dilakukan. Malas gerak, penginnya tidur terus. Segera dia masuk ke kamar mandi, membersihkan diri. Sesudah bersihkan diri, dia melihat jam dinding sudah pukul lima sore kurang lima menit. Menuju ke dapur menyiapkan makan malam, menu makan malam seperti biasa, beef steak, kentang goreng, salad, spageti dan minuman jus untuk kesegaran tubuh. Deron tiba di rumah, Finna masih sibuk melakukan kegiatan dapur. Wajah Deron sangat lelah, dia melihat Finna sedang sibuk menyiapkan makan malam. Deron mendekatinya. Dipeluk dari belakang menciumnya seperti biasa. Namun, Finna tidak membalas, dia lebih memilih diam. Arletta turun dari kamarnya menuju meja makan. Tinggal Deron belum di tempat. Finna sudah menghidangkan beberapa masakan andalannya. Arletta menyukai makanan Spageti, dan kentang goreng. Deron pun akhirnya datang, mengenakan pakaian kasual santai. Terlihat gagah dan tampan, saat ini Finna tidak tertarik. Pengaruh hormon haidnya. Finna mengambil beef steak pada Deron, tangan mereka bersentuhan. Finna segera menariknya. Deron mengerut kening. Ada apa dengan dirinya? batin Deron penasaran. Finna duduk disebelah Arletta, menyuapinya, namun kaki Deron mengelus kaki Finna. Finna menghindar. Deron seperti ditolak olehnya. Dia geram, ingin menghukumnya. Setelah Arletta selesai menghabiskan makanan. Deron merasa kalau Finna menghindar dirinya. Deron masih menunggu di depan kamar Arletta, akhirnya putrinya tertidur, Finna memosisikan kepalanya di atas bantal empuknya. diselimuti, kemudian merapikan tempat mainnya. Setelah selesai, Finna keluar tidak lupa menutup sakelarnya. Finna berbalik dan  untuk turun, namun ditahan oleh Deron. "Kenapa kau menghindar dari sentuhanku, ada yang membuat kau tidak suka?" Deron bertanya pada Finna. Finna menurunkan lengannya.  "Maaf Tuan, untuk hari ini saya tidak bisa melayani, Tuan. Saya butuh istirahat, badan saya masih pegal," jawab Finna pelan "Kau bisa menemaniku tidur. Ayolah. Aku tidak bisa tidur sendirian tanpa ada dirimu," bujuk Deron seperti anak kecil. "Tapi, Tuan ... untuk hari ini, saya tidak bisa. Maafkan saya, Tuan." Finna menolak bujukan dari Deron. Finna segera turun, kemudian masuk ke kamar. Dia merasa perutnya sangat sakit sekali. Segera dia cari obat untuk perada nyeri. Deron melihatnya, tanpa izin atau mengetuk dirampas obat itu dari tangan Finna. "Tuan ... kembalikan, Tuan ..." rintih Finna, keringat dingin mulai membanjiri dibagian kening dan wajahnya. "Apa yang kau minum, ini obat apa?! Kau mencoba untuk mencegah kehamilan?" Deron bertanya, Finna menggeleng pelan, Itu bukan obat pencegahan kehamilan, Tuan, itu obat pereda nyeri haid, katanya dalam hati.  Finna tertatih-tatih untuk mengambil obat dari Deron, sambil memegang perutnya, Deron masih menjauhi obat itu dari jangkauannya. Deron masih melihat obat apa yang dia konsumsi sehingga membuat dia menolak berhubungan. Pandangannya mulai kabur, samar,  buram dan berkunang-kunang setelah itu gelap. Finna tak sadarkan diri, Deron kaget segera mengangkatnya. "Fin, Finna ... bangun." Disentuh bagian rahang bawah mengecek apakah masih bernafas.  Deron hanya bermain-main, diangkat tubuhnya ke atas ranjang. Deron memanggil dokter kepercayaannya untuk  datang ke rumahnya. Tidak lama kemudian, dokter kepercayaannya tiba dan ternyata dokter itu adalah Freddy,  Deron meneleponnya karena darurat. Freddy mengambil stetoskop mulai memeriksa denyut jantungnya dan nadi.  Dibuka matanya, tidak ada permasalahan. Setelah selesai memeriksa, Deron bersiap untuk mendengar kejelasan dari Freddy. "Dia hanya lelah, tidak ada yang serius," ucap Freddy menepuk bahunya. "Lantas, obat apa ini yang dia konsumsi?" Deron menyerahkan pada Freddy, sebuah tablet berwarna kuning. Freddy mengangkat ke udara untuk lebih jelas. Freddy lalu tersenyum kecil. "Deron, Deron, sudah berapa tahun kau menikah dengan seorang wanita?" Freddy bertanya dengan menahan tawanya . "Lima tahun, kenapa? Apa yang salah dengan obat itu?" tanyanya kembali. "Ini bukan obat pencegah hamil, tapi obat pereda menstruasi, setiap wanita di hari pertama mengalami menstruasi, maka hal pertama yang dirasakan pada perutnya adalah sakit luar biasa, karena hormon bagi wanita adalah sensitif, mudah mengantuk, emosional. Beberapa wanita saat menstruasi tidak mengalami rasa sakit, tapi ada juga mengalaminya. Jadi kau tidak perlu khawatir jika dia meminum obat itu." Akhirnya Freddy menjelaskan secara detail pada Deron. Deron terdiam, salah paham pada Finna. Dia mengira sengaja meminum obat pencegah kehamilan. "Ada hubungan apa kau dengan wanita di kamar itu? Bukankah dia adalah pengasuh Arletta? Jangan bilang kau ...." Freddy mulai menyelidiki seluruh tubuh Deron. "Tidak ada apa - apa. Aku hanya curiga dia berhubungan dengan seseorang, aku khawatir jika dia bermacam-macam dengan dunia luar," elak Deron berbohong. "Sudah jujur saja, ada hubungan spesial apa kau dengannya. Sepertinya dia tidak ada hubungan dengan siapa - siapa, jika bukan sahabat aku satu ini," goda Freddy mulai menaik turun kedua alisnya. "Kau sudah selesai ‘kan, aku antar kau ke depan, maaf kalau aku mengganggu istirahatmu." Deron mengusir Freddy. Freddy tahu kalau sahabatnya ini tidak bisa membohongi dirinya. "Jika kau memang ada spesial dengan wanita itu. Lakukan, sampai dia hamil anakmu. Setelah itu buktikan pada Arlina kalau kau sudah melupakannya," dukung Freddy berlalu pergi dari rumahnya. Deron masih mencerna kata terakhir itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD