KONTEN DEWASA 21+
Finna mengangkat tubuh Arletta yang telah terlelap dalam tidurnya, membawanya ke kamar. Deron menunggu di depan pintu melihat Finna membaringkan anaknya. Setelah beres, Finna pun keluar perlahan-lahan menutup pintu tak lupa dengan sakelar lampu. Deron, tidak bisa menunggu lagi ditarik Finna seperti biasa. Finna sempoyongan mendadak memegang pundak Deron agar tidak terjatuh.
"Masih ingat hukumanmu?" kata Deron mengingatkan padanya. Finna menelan saliva yang sangat berat.
Deron membuka pintu kamarnya, Finna masuk ragu-ragu. Menutup kembali dikunci agar Finna tidak kabur. Finna berbalik belakang, Deron sudah didekatnya. Finna mendongak menatap Deron dengan tatapan sangat tajam seperti serigala siap memangsa targetnya.
"Buka bajumu!" perintah Deron. Finna terpaku.
"Tapi, Tuan ... ini sudah ... malam ..." tolak Finna.
"Ini perintah, jika kau tidak melepaskan pakaianmu, hukumanmu bertambah hingga besok pagi," ancam Deron menatapnya.
Finna melepaskan pakaiannya, hanya menanggalkan celana dalam. Gaun yang ia pakai tadi tidak ada balutan Bra. Deron menunduk melihat tubuhnya saat posisi berdiri lebih b*******h.
"Semuanya," perintahnya lagi.
Finna menurut melepaskan celana dalam, sekarang sudah tidak ada balutan apa pun pada tubuhnya. Finna menunduk malu tidak berani menatap matanya.
Deron mulai menurunkan tangannya menyentuh punggung Finna yang mulus itu. Finna keringat dingin, namun sentuhan itu membuat ia sulit untuk tidak menolak. Ia menyukai sentuhannya memejamkan mata menikmati setiap sentuhan itu. Satu jari mengangkat dagunya, Deron melihatnya sangat jelas Finna menikmatinya.
"Kau sexy, sangat sexy membuatku ingin memilikimu seutuhnya," ucap Deron pelan
Finna tidak bisa berkata apa-apa, tiga jari sudah masuk ke vaginanya. Finna meremasbaju Deron ketika merasakan sensasi menggairahkan. Finna mulai mendesah dalam pejaman mata. Deron tersenyum.
"Kau benar cantik dengan tubuh ini, Sayang!" Satu kecupan mendarat di bibir Finna.
Setelah basah dibagian vaginanya. Deron mengangkat tubuhnya di atas wastafel kamar mandi, didudukinya langsung. Finna menyandarkan tubuhnya di dekat cermin besar. Deron mulai mencicipi setiap sela dinding v****a yang sudah basah itu.
Finna mendesah kembali, jilatan dari lidah Deron masuk kemiliknya. Finna tidak kuat, dia terus meracau desahannya. Lidah Deron menekan kedalam, membuat Finna menggelinjang hebat, diremas rambut Deron.
Cukup dengan mainannya, Deron melepaskan pakaiannya dilempar sembarang arah. Masuk ke permandian shower tertutup. Deron mengunci tubuhnya saat posisi mereka berdiri.
Saling berciuman panas, Finna basah, mereka mandi bersama tentunya. Deron sangat buas mencicipi setiap kulit yang ada di tubuhnya. Deron pasti meninggalkan kissmark agar bisa mengetahui kapan hilang kissmark itu. Meremas dua gunung kembarnya. Finna memutarkan tubuhnya menghadap ke dinding transparan.
Bersamaan mendesah, Deron masih meremas dua kembar kembarnya. Finna menahan tubuhnya dengan kedua tangan di dinding transparan. Milik Deron lolos masuk ke vaginanya. Finna menggoyangkan pinggulnya bergerak maju mundur kadang berputar-putar. Deron memegang pinggulnya untuk menahan miliknya. Membiarkan Finna bergerak sesukanya.
Erang suara Deron merasakan denyutan di v****a itu. Finna tidak sanggup menggoyangkan tubuhnya ia lemas. Ia orgassme beberapa kali. Namun, Deron belum, kembali dibalik tubuhnya, menghadap dirinya. Deron mengangkat tubuh Finna menahankan pangkalan pahanya. Kembali memacu. Finna tidak sanggup, dipeluk tubuh Deron. Finna meracau oleh desahan.
Ini gila, Tuan Deron, luar biasa, aku sungguh, tidak kuat, pacuannya membuatku menginginkan lebih. Ooohhh shittt ... apa aku sudah cocok jadi simpannya? batin Finna dalam hati.
Racau Finna semangat melonggarkan pelukan Deron, Finna memberanikan diri mencium Deron. Deron membalasnya, ia semakin menggerakkan pinggulnya lebih cepat, tidak sia-sia dia fitnes, gym membuat tubuhnya menopang tubuh mungil seperti Finna. Finna melepas ciuman karena dia mendadak orgassme ke empat kalinya.
Finna menelan salivanya, ia lelah. Deron menarik miliknya. Masih menegak, memerintahkan Finna berjongkok mengemut miliknya. Finna menurut memegang miliknya itu. Hanya sentuhan saja sudah membuat Deron mengerang rintih.
"Terus, Sayang!" geram Deron memerintahkan Finna lebih cepat.
Finna terus mengocok dengan tangannya. Deron memejam mata merasakan sungguh ini luar biasa. Finna pun memasukkan ke mulutnya, dimainkan ujung kepalanya, Finna melirih wajah Deron merasakan keenakan.
"Oh! Shiittt!" bentak Deron mengeras.
"Jangan main begitu, Sayang, lebih cepat, aku sudah tidak tahan akan keluar!" ucap Deron meracau buat Finna semakin memasukkan mundur ke mulutnya itu.
Finna menelankah cairan kental yang rasa asin dan hangat ditenggorokannya. Tiga kali ditelan, Finna tidak ingin menyisakan di mulutnya. Diisap lama-lama. Membuat Deron mengerang sakit.
Finna melepaskannya, karena Finna gemas dengan miliknya. Finna merasa puas, pada akhirnya mereka mandi bersama. Finna menggosok tubuh Deron menggunakan sabun. Sebaliknya Deron menggosok tubuh Finna penuh tanda kissmark ditinggalkan olehnya. Deron mengecupkan pundak Finna.
Setelah selesai mandi, Finna memakai handuk, sedangkan Deron menanggalkan handuk di pinggangnya. Finna harus kembali ke kamarnya. Sudah menuju jam dua pagi. Finna memungut bajunya serta bikini. Mereka melakukan keiintiman tanpa pengaman.
"Jangan pernah ulangi lagi perbuatanmu tadi malam," ucap Deron sembari mencium pipi Finna.
"Iya, Tuan," sahut Finna mengakui kesalahannya, "Permisi, Tuan. Selamat ti—" Deron kembali mencium bibirnya. Deron sulit melepaskan wanita ini dari kamarnya. Finna merangkul tangannya di leher Deron. Saling membalas, sampai itu Finna menjauhi ciuman itu. Finna tersengal-sengal kehabisan napas.
"Tuan, saya ..." Deron menempelkan jari ujungnya kembali. "Tidurlah di sini, aku menginginkanmu lagi," bisik Deron. Mengangkat tubuhnya langsung dibaringkan tubuh ke atas ranjang.
Deron kembali mencium, mengecup lehernya, memainkan gunung kembarnya, dibuka handuk yang melekat tubuhnya. Tidak ada balutan apa pun. Dielus-elus pusar perut Finna yang rata. Finna mendesis diam. sanggama mereka berlanjut hingga pukul lima pagi.