Maura mematut dirinya di cermin. Dia begitu gugup meski sudah melakukan rehearsal. Daffa ada di sana menunggu dengan sabar adik perempuan semata wayangnya itu. Hari ini ia mengambil cuti agar bisa mendampingi adiknya itu. “Maura,” Daffa mengetuk pintu kamar Maura. “Boleh masuk,” ia mulai khawatir karena adiknya itu terlalu lama di dalam. “Iya.” Daffa tersenyum lebar. Maura tampak begitu cantik. Seharusnya, ia yang melenggang di atas catwalk mengenakan baju-baju cantik itu. “Kayaknya harusnya kamu yang jadi modelnya.” Maura tertawa. “Kenapa tegang? Kan sudah dinilai semua dan awesome kan?” Maura mengangguk. “Tapi sekarang kan ditampilkan di atas runway dan aku juga harus naik panggung.” “Kamu kan dulu biasa jalan di runway.” Maura tersenyum malu. “Jangan ingetin ah.” Dulu ketika