Bab 10: The Erwe

958 Words
Daffa baru memasuki apartemennya ketika ponselnya berbunyi. “Baca pesanku,” terdengar suara kakaknya di seberang sana. “Ya. Sebentar. Aku baru sampai apartemen. Ada apa?” “Baca dulu.” Panggilan itu terputus secara sepihak, membuat Daffa berdecak. Kakak sulungnya ini memang kadang keterlaluan. Daffa membuka aplikasi pesan. Ada sebuah foto yang dikirimkan kakaknya dengan sebuah pesan di bawahnya. “Dia teman sekolahmu bukan, Daf? Pewaris grup Ranuwijaya?” Daffa menzoom foto tersebut. Wajahnya memang persis dengan Raka Akarsana. Mereka pernah satu sekolah dulu. Tapi Raka tidak pernah menggunakan nama Ranuwijaya sejak masa remajanya. Hanya memang ramai selentingan bahwa dia anak Bagaskara Ranuwijaya. “Raka Akarsana bukan?” Daffa memastikan. Tapi wajah ini juga mengingatkannya pada Andre, teman Maura yang dikenalkannya pada ia dan ayah mereka beberapa hari lalu. Ponsel Daffa kembali berbunyi. Nama Anthony tampak di layar, membuat Daffa menggeser tombol hijaunya. “Ya.” “Benar teman sekolahmu kan si Raka ini.” “Iya. Raka Akarsana. Tapi dia dulu gak pernah menggunakan nama keluarganya.” “Selama jadi artis pun enggak,” Anthony menegaskan. “Papa bilang kalian ketemu seseorang yang mirip dengan Raka di sana?” “Siapa? Andre?” “Iya. Teman Maura. Kamu kirim fotonya bisa? Ambil di Maura. Dia pasti gak tahu sedang kencan dengan anaknya Ranuwijaya?” “Abang yakin?” “Si Andre ini tidak menyebutkan dirinya Ranuwijaya kan?” “Iya. Dia hanya memperkenalkan diri sebagai Andre Lazuardi.” “Kirim fotonya. Biar aku selidiki dari sini. Kalau benar dia itu Ranuwijaya, dan Maura menyukainya, kita usahakan biar mereka segera menikah.” Daffa masih berusaha mengolah informasi yang didapatnya barusan dengan cermat di kepalanya. Ia memang seperti mengenal wajah Andre ketika pertama melihatnya. Dan ketika melihat kembali foto Raka, mereka memang tampak begitu mirip. Dan tempo hari, Maura memang menanyakan tentang the Erwe padanya. Tapi adik perempuannya itu bahkan tidak tahu The Erwe itu apa, apalagi siapa dibalik The Erwe. Maura sejak dulu tidak pernah tertarik pada hal seperti itu. * Dengan segala koneksi yang dimilikinya, keluarga Maura bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan dengan cepat. Keluarga Ranuwijaya memang memiliki tiga orang anak: Raka Akarsana, Nadya Utami, dan Andre Lazuardi. Selain Raka, memang tak banyak foto-foto anak yang lain yang beredar. Foto Raka banyak bertebaran di media karena profesinya sebagai artis seni peran, bukan sebagai pebisnis seperti ayahnya. Daffa yang mendapatkan laporan dari kakaknya, justru mengkhawatirkan adiknya. Ia yakin Maura tidak mengetahui siapa sebenarnya Andre. Dia justru khawatir Andre hanya akan memanfaatkan Maura untuk kepentingan bisnisnya semata. “Ra, makan di luar yuk,” ajak Daffa melalui telepon. “Di mana?” Daffa menyebut satu restoran Jepang favorit adik kesayangannya itu. “Okey. Siap. Kita ketemu di sana ya.” Maura datang dengan wajah bersemangat. Ia selalu senang ketika Daffa mengajaknya makan di restoran Jepang. Kakaknya itu akan membiarkan Maura memesan apapun yang dia mau. “Kakak habis dapet bonus?” “Enggak. Kakak pengin ngobrol penting sama kamu.” “Soal apa?” “Nanti aja setelah kamu makan, daripada selera makanmu tahu-tahu ngilang.” “Hmm. Pasti mau ngomongin yang gak asyik nih.” Daffa membiarkan adiknya makan dengan lahap. Entah apa yang membuat Maura begitu menyukai makanan Jepang, sementara Daffa sendiri kerap kesulitan menelannya. “Kakak mau ngobrolin apa?” tanya Maura setelah mereka selesai makan. “Soal The Erwe. Waktu itu kamu pernah nanyain kan?” “Iya. Yang punya hotel itu kan?” Daffa mengangguk. “Kamu kenal Andre dimana?” “Hmmm. Kok tiba-tiba ke situ.” “Dia bukan pacar kamu kan?” Maura menghela napas. “Kak Daffa sendiri yang bilang kan, aku harus bawa cowok ke hadapan Papa.” “Iya. Ketemu di mana sama Andre?” “Party.” Daffa mengernyit. “Party?” “Beberapa waktu lalu. Di klab. Aku kasih tahu Kak Daffa juga kok.” “Oh yang itu?” “Waktu itu kita duduk di bar. Dia juga gak suka party. Dia keluar karena mendapat telepon. Aku juga ikut keluar karena bosen. Terus kita kenalan," cerita Maura. “Belum lama berarti ya. Kamu minta dia jadi pacar beneran atau cuma pura-pura.” “Dia minta ditransfer sejumlah uang.” “Dia butuh duit?” “Awalnya aku kira begitu. Tapi begitu ketemu Papa di apartemen Kakak, uangnya ditransfer balik ke rekeningku.” “Berarti dia gak butuh duit. Kamu gak curiga sesuatu, Ra?” “Curiga apa?” “Siapa tahu dia cuma mau memanfaatkan kamu.” “Kenapa Kak Daffa berpikir begitu.” “Dia gak pernah menyebut nama keluarganya kan?” “Iya.” Daffa menunjukkan sebuah foto di ponselnya. “Mirip enggak menurut kamu?” Maura mengangguk. “Raka Akarsana. Seorang artis. Dan seorang Ranuwijaya.” Daffa menunjukkan lagi foto yang lain. Foto Raka bersama istrinya dan kedua orang tuanya. Serta foto pernikahan Raka dengan formasi lengkap keluarga Ranuwijaya. “Maksud Kak Daffa?” “Dia bukan orang biasa. Dia seorang Ranuwijaya. Pewaris The Erwe.” Maura menghela napas. Ia seperti dihempaskan begitu dalam dari impiannya yang melambung tinggike langit. Andre yang ia kira berasal dari keluarga biasa saja, ternyata juga berasal dari keluarga konglomerat? Daffa merasa prihatin pada adiknya. Dia tahu Maura berharap berjodoh dengan laki-laki dari keluarga biasa saja tapi menyayangi dan menghormatinya sepenuh hati. Melihat penampilan Andre, Maura pasti tak pernah menyangka jika Andre berasal dari keluarga old money. “Kakak yakin itu dia?” “Cobalah kamu selidiki sendiri. Tapi sejauh ini, informasi yang Kakak dapat begitu.” “Kenapa dia malah menyembunyikan identitasnya?” Daffa menggedikkan bahu. “Kakaknya juga begitu. Baru-baru ini saja ia tampil di depan media sebagai seorang Ranuwijaya.” Maura tertunduk. Di saat ia mulai merasa jatuh cinta, justru laki-laki itu berasal dari circle yang ingin ia hindari. Bagaimana ini? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD