Firasat Buruk

1074 Words
Hezelfin keluar dari kamar Jevan dengan wajah ditekuk. Belum ada perkembangan yang baik mengenai Jevan. Hari ini seorang dokter datang ke rumah mereka. Tentu saja mereka mengundang dokter itu dengan terpaksa. Karena keadaan fisik Jevan semakin hari semakin memburuk. Dokter memberikan resep untuk Jevan. Vile tengah pergi ke kota untuk menebusnya. Sementara Hezelfin di sini menjaga Jevan. Beruntung sekolahnya sedang libur musim panas. Jadi dia punya banyak waktu untuk sang kakak. Briem adalah sebutan Kakak di Argenta. Briekey dan Driekey adalah sebutan untuk ibu dan ayah. Panggilan ini hanya mereka gunakan jika di wilayah Argenta. Argenta menggunakan bahasa Buenos. Sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa negeri lainnya. Keluarga D’movic merupakan keluarga yang menciptakan bahasa ini. Jadi hanya penduduk Argenta saja yang menggunakan bahasa ini. Jika di luar Argenta, mereka akan menggunakan bahasa inggris dan bergaul layaknya manusia biasa. Hezelfin mempunyai kekuatan menyembuhkan seseorang yang terluka. Tapi setiap kali menyembuhkan seseorang dia juga akan kehilangan Nodic miliknya dan membuat gadis itu menjadi lemah. Masing-masing di keluarga D’movic memiliki kekuatan, aku akan menceritakan padamu tapi bukan saat ini. “Bagaimana, Hezel? Ada perkembangan?” Biandra menunggu di depan pintu dengan wajah cemas. Perempuan itu terlihat kurang tidur. Dia baru saja kembali dari kota dan membawa sepotong roti hangat yang dia beli dalam perjalananya menuju kemari. Hezelfin menggeleng. Biandra menarik napas berat. Dia pikir akan ada keajaiban. Namun keajaiban tidak datang secepat itu. Seseorang harus putus asa terlebih dahulu baru kemudian Tuhan akan mengabulkan doanya. Mungkin Biandra belum terlihat putus asa sekarang. “Setidaknya luka fisik, Briem sudah diobati, Briekey,” tukas Hezelfin. Biandra memindahkan roti ke atas piring kemudian dia menggesernya ke arah Hezelfin. “Makanlah selagi panas, ini enak,”  Biandra menyodorkan sepotong roti hangat berisi selai Berry kesukaan Hezelfin. Akhir-akhir ini dia jarang memperhatikan Hezelfin karena terlalu fokus pada Jevan. Hezelfin tersenyum dan menggigit roti di tangannya. Roti ini memang kesukaan Hezelfin, setiap kali pulang kerja kadang Biandra membelikannya untuk Hezelfin. “Bagaimana kalau kita coba usulan Briem Vile, Briekey?” Biandra yang mau mengigit roti di tangannya mendadak berhenti karena mendengar perkataan Hezelfin. Dia juga sempat memikirkan itu. Haruskah dia membiarkan Vile ke Gunung Vriden untuk mengambil Lovus Odium. “Briem Jevan tidak akan bertahan lama,” Hezelfin bergumam. Biandra menarik napas kasar. Dia berada diantara dua hal yang sulit. “Apa separah itu?” Hezelfin mengangguk, “Aku akan pergi, Briekey. Aku akan menemani Briem Vile ke sana. Jadi Briekey tidak perlu khawatir.” “Apa?”  Biandra kaget mendengar perkataan Hezelfin. Perempuan itu menggeleng, “Tidak, Hezel. Aku tidak akan membiarkanmu pergi,” cegah Biandra. Mana mungkin dia tega melepaskan Hezelfin. Gadis itu masih terlalu muda dan dia tidak ingin Hezelfin terluka. Dia masih bisa mempertimbangkan jika Vile yang pergi. Tapi tidak untuk Hezelfin. Brak! Suara pintu dibuka dengan kasar. Refleks Hezelfin dan Biandra menoleh ke arah pintu. Vile masuk dengan langkah setengah berlari menghampiri Biandra dan juga Hezelfin. Napasnya terengah-engah dengan wajah yang sedikit memucat. “Ada apa, Briem? Kenapa kau berlari seperti itu?”  Hezelfin menatap Vile dengan tatapan tak mengerti. Dia bisa melihat wajah Vile yang gusar. “Briekey, Jevan,” Vile ingin melanjutkan ceritanya namun sepertinya dia harus mengatur napasnya terlebih dahulu. “Briem kenapa?” Hezelfin ikutan panik karena ekspresi Vile yang tak biasa. Vile mengambil udara sebanyak mungkin lalu menghembuskannya perlahan. “Tenangkan dirimu Vile,” tegur Biandra. Perempuan itu menunggu Vile selesai mengatur napasnya dengan wajah tenang. Tanpa bertanya pun sebenarnya Biandra tahu . Dia sudah bisa merasakan firasat buruk. Kabar yang Vile bawa tentu bukan kabar yang baik. Melihat Vile datang dengan langkah tergesa saja sudah membuat Biandra resah. “Aku mendapat kilasan tentang Jevan.” Vile mulai bicara setelah napasnya benar-benar stabil. Setiap keluarga D’movic memiliki kekuatan masing-masing seperti Vile yang dapat mendapat kilasan tentang keadaan seseorang. Kilasan tersebut muncul bak ingatan cepat dan dapat muncul kapan saja. “Kilasan baik kan, Briem?” Hezelfin bertanya dengan penuh harap. Namun lelaki itu mematahkan harapan Hezelfin dengan gelengan kepala. Vile baru saja ke luar dari rumah sakit setelah mengantarkan Dokter yang baru saja mendatangi kediaman mereka. Dia baru saja memasukkan kunci mobil dan mengendarai mobilnya ketika kilasan itu muncul. Samar. Namun Vile yakin itu Jevan dan Jevan sedang dalam bahaya sekarang. Dia bisa merasakan aura gelap di sekitar Jevan dan sesuatu yang besar di sekitar Jevan dan seorang gadis yang Vile tidak tahu dia siapa. “Tetranium.” Gumam Vile yang langsung membuat wajah Biandra memucat sekaligus kaget. “Apa!” Hezelfin dan Biandra berteriak hampir bersamaan. “Tetranium? Jevan sedang di Tetranium sekarang?” Hezelfin mencoba memastikan. Siapa tahu saja dia salah dengar dan alangkah lebih baik jika dia salah dengar. Sekali lagi Vile mematahkan harapan Hezelfin, lelaki itu mengangguk dengan pasti. “Jevan di sana bersama dengan seorang perempuan dan sepertinya dia dalam bahaya. Kita karus memberitahu Driekey,” tukas  Vile. Vile hampir bergegas ke ruangan Marvin D’Movic tapi Biandra mencegahnya. “Biar aku saja yang bicara dengan ayah kalian,” ujar Biandra. Vile mengangguk. Marvin selalu sibuk dengan berbagai urusan. Dia adalah pemimpin Argenta. Sebagai seorang pemimpin banyak sekali tugas yang dia kerjakan. Mengurusi Argenta, mengurus kebun anggur, hingga menjaga perbatasan Argenta dan Magenta, agar tidak ada penyusup yang masuk. Sifat pendiam Jevan menurun dari Marvin D’Movic. Lelaki itu berperawakan tinggi dengan kumis dan jenggot tipis yang membuatnya berwibawa sebagai pemimpin di Argenta. Biandra bergegas ke ruangan Marvin sementara itu  Hezelfin masih tetap tinggal di kamar Jevan. Vile menatap Jevan dengan penuh harap. Matanya mendadak berkaca-kaca. Sejak kecil Jevan selalu mendapat kebencian. Penduduk Argenta selalu menganggap Jevan sebagai bentuk kesialan. Kelahirannya saja seperti simbol tragedi di Argenta. Bukan Tetranium dan sesuatu yang besar di sana yang Vile takutkan tapi hal lain. Vile paham hidup Jevan sangat tertekan selama ini, kekhawatiran itu yang sedang menyelimuti benak Vile sekarang. Lelaki itu berjalan ke arah Jevan dan duduk di samping ranjangnya dia menyentiuh tangan Jevan. “Mungkin kita tidak terlalu dekat, tapi aku harap kau tidak menyerah. Kembalilah. Di sini masih banyak orang yang menunggumu,” Vile bergumam lirih. Hezelfin dapat mendengarnya. Satu air mata meluncur dari pelupuk mata Hezelfin. Firasat buruk itu kini benar-benar terasa nyata. Hezelfin mendekati Vile. Gadis itu menyentuh pundak Vile berusaha untuk mengatakan pada lelaki itu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Meski dia sendiri gagal untuk meyakinkan dirinya. “Briem pasti tidak akan menyerah,” Hezelfin berkata dengan sisa keyakinanya. “Aku harap juga begitu,” sahut Vile.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD