Part 3

1073 Words
Alexa memasuki aula kampus. Kedua netranya mencari tempat duduk yang masih kosong dan akhirnya Alexa menemukannya. Alexa pun segera menempatinya. Saat ia duduk di tempat tersebut, Alexa merasakan banyak orang yang menperhatikannya. Bukannya Alexa terlalu percaya diri, pasalnya saat kedua matanya mengamati isi ruangan di aula itu matanya selalu bertatapan dengan orang-orang yang sedang menatapnya juga.  Kedua telinga Alexa pun mendengar banyaknya suara gaduh percakapan para mahasiswa dan mahasiswi baru di dalam gedung aula tersebut yang tak lain adalah menjadikannya suatu topik perbincangan seperti saat dirinya memasuki kampus dengan dikawal oleh body guard beserta asisten pribadinya. Tak banyak dari kaum Adam yang mulai curi-curi pandang melihat kecantikan Alexa. Diantara sekian banyaknya pria yang kagum dengan kecantikannya, tak sedikit pula pria yang insecure melihat gaya hidup mewah dan outfit yang Alexa kenakan. Meskipun begitu tetapi tetap saja mereka memperhatikan Alexa terus menerus. “Apakah kau tidak bisa membuang tatapanmu kepada gadis cantik itu, Sayang?” sindir salah satu mahasiswi yang menjalin kasih dengan mahasiswa saat dirinya tahu kekasihnya memperhatikan Alexa melewati batas wajar. “...” “Apa kau mendengarku berbicara?” “...” “Hei!” “Ya ampun, aku sampai melupakanmu. Maafkan aku. Aku tidak akan melihatnya lagi.” “Baiklah, awas saja jika aku lihat kau memperhatikan gadis itu kembali!” “Iya, Sayang.”  Bahkan diantara mereka ada yang sampai duduk di samping Alexa agar bisa berdekatan dengan gadis cantik itu. “Hai Cantik, perkenalkan namaku Edward, kalau namamu siapa?” tanya cowok tampan tersebut. Alexa tidak mengindahkan pertanyaan klise cowok bernama Edward tersebut. Alexa merasa risih, ia pun akhirnya memilih untuk pindah posisi menuju kursi paling belakang yang terlihat sepi. Menyebalkan!  Tak hanya kaum Adam yang memperhatikan Alexa, bahkan kaum hawa pun juga ikut memperhatikan Alexa. Mereka merasa kagum dengan kecantikan yang dimiliki Alexa beserta kekayaannya yang melimpah ruah. Untung saja pada saat yang bersamaan itu seorang dosen datang dan meminta semua mahasiswa baru untuk diam mendengarkan informasi apa yang akan dibicarakannya. “Sebelum memasuki topik inti, terlebih dahulu saya ingin memberi selamat kepada kalian atas terpilihnya kalian menjadi mahasiswa serta mahasiswi di kampus bergengsi ini. Saya sangat bangga pada kerja keras yang kalian lakukan selama ini! Kalian benar-benar anak yang hebat!” puji dosen pembimbing tersebut. Lalu dosen tersebut mulai menyebutkan hal-hal yang berkaitan dengan ospek yang akan dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi baru. Dosen tersebut juga meminta seluruh calon mahasiswa baru untuk mencatat apa saja keperluan dan kesanggupan yang harus dilakukan saat ospek berlangsung. Pembawaannya terlihat sangat tegas, disiplin, dan teratur yang membuat seluruh mahasiswa baru paham dengan apa yang dikatakannya itu. Hingga sampailah dimana semua topik yang dibicarakannya telah habis tak tersisa. Dosen tersebut pun mengakhiri pembicaraannya. “Baiklah, mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan. Kurang lebihnya saya meminta maaf kepada kalian semua. Semoga kalian paham dengan apa yang saya katakan barusan. Jika ada pertanyaan seputar ospek ini, kalian bisa membuka sosial media kampus bergengsi kita. Tentu saja pihak kampus akan memposting seluruh jadwal beserta kegiatan yang akan dilakukan. Saya harap kalian mengerti dengan apa yang saya bicarakan. Semangat untuk osepknya dan terima kasih telah mendengarkan. Sekarang kalian bisa pergi.” papar dosen pembimbing itu. Seluruh mahasiswa akhirnya meninggalkan gedung aula tersebut. Hingga Alexa yang tersisa seorang diri karena sedang merapikan buku di dalam tas ransel bermerek Gucci tersebut. Di saat Alexa sedang fokus merapikan bukunya untuk ia masukkan ke dalam tas tiba-tiba ketiga gadis yang bukan mahasiswa baru datang menghampiri Alexa. Tetapi Alexa belum menyadari keberadaan mereka hingga akhirnya salah satu dari mereka mengeluarkan suara membuat Alexa refleks menoleh kepadanya.  “Oh, jadi ini mahasiswi yang sedang banyak dibicarakan banyak mahasiswa di kampus ini?” Alexa menoleh ke arah samping dan melihat ketiga gadis yang ia yakini adalah senior di kampusnya tersebut karena sudah kelihatan dari cara berpakaian serta kebolehan mentalnya. Gadis yang memakai syal berwarna lilac yang posisinya di tengah diantara dua teman di sampingnya adalah gadis yang berbicara kepada Alexa. Alexa diam tidak membalas ucapan siswi tersebut. Alexa juga tidak mau terlalu percaya diri jika kriteria yang seniornya sebut itu adalah dirinya sendiri. “Seberapa banyak harta yang kau miliki? Sampai-sampai menjadikanmu perbincangan di kampus ini.” “Aku tidak merasa banyak harta.” “Jangan berdusta!” “Aku tidak berdusta. Harta yang kau sebut banyak itu adalah milik kedua orang tuaku. Bukan milikku.” “Wah, hebat! Kau berani membalas perkataanku rupanya!” ketus mahasiswi tersebut. “Aneh, padahal kau sendiri yang bertanya kepadaku meminta untuk menjawabnya. Namun kenapa malah kau yang marah-marah tidak jelas?” balas Alexa membalikkan fakta. Terkadang ia merasa kesal dengan orang-orang yang berlagak pahlawan kejahatan. “Kau belum tahu ya rasanya berurusan dengan orang seperti diriku?”  Alexa menghela napasnya malas. Mimpi apa tadi malam dirinya bisa bertemu manusia macam senior seperti yang ada di depannya sekarang. “Kenapa kau diam? Kau takut padaku?” sinis senior tersebut. Kok ada ya manusia yang rasa percaya dirinya seperti dia? Entah lah, aku merasa malas berurusan dengannya. Alexa membatin. Bukannya takut jika ia tidak membalasnya. Alexa hanya memikirkan jikalau ia membalasnya pasti topik percakapan akan terus berlanjut dan membuang waktunya yang berharga. Mungkin seperti itu perspektif yang Alexa pikirkan. “Maka dari itu jika kau takut padaku, kau jangan menjadi pusat perhatian di kampus ini. Karena sebenarnya yang paling populer di kampus ini adalah aku bukan kau! Aku tak ingin kredibilitas yang sudah kubangun sejak lama tiba-tiba hilang dengan adanya kehadiranmu.” Hening. Alexa lagi-lagi tidak menjawab ucapan tidak berbobot yang keluar dari mulut seniornya tersebut. Namun di dalam hatinya Alexa tetap menyumpah serapahi senior yang bisa dikatakan “kebelet hits” itu. Lah, memangnya apa yang aku katakan padanya? Seenaknya saja mengklaim bahwa diriku takut padanya!  Alexa tak habis pikir dengan jalan pikiran senior di depannya itu. “Awas saja jika kau sampai menjatuhkan kepopuleranku! Oh, ya dan juga jangan merasa dirimu cantik karena aku tidak menyukai itu,” tukasnya lalu pergi dari ruang aula meninggalkan Alexa seorang diri, “ayo girls, kita pergi!” Sepeninggal mereka Alexa hanya bisa menggelengkan kepalanya berusaha untuk sabar menghadapi demit berwujud manusia tersebut. Ada-ada saja kelakuannya! Siapa juga yang mau mengambil kepopuleranmu? Di luar kampus kau dan aku juga masih lebih terkenal diriku dibandingkan kau. Cibir Alexa dalam hati. Ia tidak tahu saja jika keluarga Alexa dapat menyumpalnya dengan dolar.  Walaupun terkadang orang kaya kerap kali dihormati namun tak jarang juga banyak manusia yang iri hati. “Dasar iri hati!” Alexa memutar bola matanya malas. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD