Amsterdam, Belanda... “Ragnala,” panggil Eros begitu mendapati temannya tidak fokus pada diskusi yang baru ia sampaikan. Ragnala terkesiap, kemudian menatapnya. Eros menghela napas dalam-dalam, “kamu tidak fokus. Ada apa? Jangan katakan jika kamu dan Fayra kembali—“ “Kami baru bicara, tidak ada pertengkaran seserius waktu itu.” Jika memang tidak sedang bertengkar, Ragnala jadi tidak bisa menduga yang buat Ragnala tampak gelisah sejak pagi tadi. “Sudah rindu mereka?” Tanyanya lagi, wajar saja sebab Ragnala meninggalkan Fayra dan Kasyapi lagi di Jakarta. Bahkan hanya berada di sana sebentar, satu minggu untuk acara tujuh bulanan saja. “Tentu, rasanya aku sampai muak menghadapi urusan ini yang tidak selesai-selesai.” Ragnala tidak menampik sama sekali jika rasa rindunya sudah ter