Eps 7 Pikiran yang rumit

1142 Words
Author P.O.V Kejadian Alvin yang ingin mencium bibir Almira tadi malam membuat dirinya terbayang – bayang. Sampai pagi tiba, matanya juga tak kunjung terpejam. Sambil mengenakan dasi, dia menatap pinggiran matanya yang terlihat gelap. “Sial. Karena dia aku jadi tidak bisa tidur,” racau Alvin kesal Setelah selesai Alvin keluar dan turun untuk sarapan pagi. Disana sudah ada Isabella yang sudah mulai sarapan terlebih dahulu. Nampak Alvin celingak – celinguk seolah mencari seseorang. “Kalau Om mencari Tante Mira, dia ada di dapur lagi bikinin tehnya Om,” tutur Isabella seolah mengerti “Sok tahu kamu,” ketus Alvin seolah tak terima dengan ucapan ponakannya yang benar “Ciss,” sindir Isabella tak peduli dan kembali makan Sesaat kemudian, datanglah Almira dari dalam dapur sambil membawa nampan kecil. Alvin sedikit melirik saat melihat Almira meletakkan segelas teh disampingnya. “Cobalah,” ucap Almira lembut Seketika Alvin mengambil gelas tersebut dan mencobanya. Satu anggukan dari Alvin cukup membuat Almira tersenyum ceria. Dia senang akhirnya teh buatannya dapat diterima oleh Alvin. “Oh ya. Aku ingin bertanya. Apakah tadi malam kamu yang memindahkan aku ke kamar?” tanya Almira hati – hati Alvin belum menjawab. Dia seolah sedang mencari jawaban yang pas. “Iya. Karena aku melihatmu hampir terjatuh,” jawab Alvin setengah berbohong Almira kembali tersenyum. Mau apapun alasannya tetap saja dia berhutang budi. “Trimakasih banyak,” ucap Almira kepada Alvin “Hmm,” singkat Alvin datar tanpa enggan menoleh Selanjutnya Almira mulai duduk dan makan dengan tenang. Dirinya kembali tersenyum lantaran mengingat keberhasilannya membuat teh chamomile untuk Alvin. Seolah suatu kebanggaan tersendiri untuknya. Uhukk, Alvin tersedak saat tak sengaja melihat senyuman Almira yang nampak cantik. Almira yang sigap, langsung menuangkan segelas air putih dan memberikannya kepada Alvin. “Gak usah sok baik,” tolak Alvin dan langsung mengambil air putihnya sendiri Mendengar hal tersebut, wajah Almira yang tadinya riang langsung berubah muram. Seakan kalimat Alvin kembali membuat dirinya sakit hati. Sadar akan adanya perubahan di raut wajah Almira, membuat hati Alvin sedikit tak nyaman. “Ada apa denganku?” batin Alvin tak mengerti Alvin mulai tak mengerti dengan dirinya sendiri. Seolah apa yang dilakukannya berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya. Perasaan yang berkecamuk membuat Alvin memilih berhenti makan dan pergi dari ruangan itu. Isabella yang ikut menyaksikan hanya menatap kepergian omnya dengan raut wajah kesal. “Maafin Om Alvin ya, Tante. Dia memang seperti itu orangnya,” tutur Isabella bijaksana “Tidak apa – apa kok, Sayang. It’s oke. Tante sudah memakluminya,” ujar Almira tersenyum ke arah Isabella “Kelak jika nanti Bella sudah besar, akan ku buat perhitungan kepada Om Alvin. Bella akan jewer telinganya sampai merah. Kalau perlu Bella tendang bagian bawahnya. Biar gak seenaknya lagi sama orang,” ujar Isabella dengan mimik wajah yang lucu Mendengar hal tersebut, Almira langsung tertawa terbahak – bahak. “Gak boleh gitu ah. Anak cantik tidak boleh kasar. Harus yang lembut dan sopan,” tutur Almira menasehati “Ya tapi Om Alvin sudah keterlaluan Tante. Kasihan kan Tante Mira. Masih baru tinggal disini sudah dibuat tidak betah,” “Kata siapa Tante tidak betah? Tante betah kok. Selagi ada kamu. Hehe,” “Heiss. Tante bisa aja,” ucap Isabella salah tingkah “Oh ya Tante. Weekend ini jadi kan yang mau ke rumah anak temennya Tante itu?” lanjut Isabella bertanya “Hmm gimana ya? Minggu ini Tante lagi banyak tugas kelompok,” “Yahh berarti gak jadi dong,” lirih Isabella sedih Melihat raut kesedihan di mata Isabella, Almira langsung terkekeh. “Tenang saja. Demi Isabella tetep jadi kok. Apa sih yang gak buat keponakan Tante yang cantik ini,” “Beneran Tante?” “Iya bener. Nanti kita beli hadiah dulu ya buat dia,” “Oke Tante. Yee akhirnya jadi. Makasih banyak ya, Tante. Bella udah gak sabar pengen ketemu sama anaknya teman Tante itu,” ucap Isabella sumringah Almira ikut tersenyum sambari mengelus anak rambut Isabella “Ya sudah sekarang dimakan lagi ya sarapannya, biar tidak terlambat ke sekolah,” “Siap Tante,” Isabella mengangguk cepat dan kembali makan. . Malam harinya Almira sedang sibuk membantu Isabella mengerjakan PR di ruang tengah. Rutinitas baru yang sudah satu bulan ini dilakukannya, membuat Almira jadi terbiasa. “Aawww,” teriak Isabella tiba – tiba memegang punggungnya “Kambuh lagi?” tanya Almira panik Isabella tak menjawab. Dirinya hanya mengangguk dengan raut wajah pucat. Tanpa babibu, Almira langsung berlari ke lantai atas untuk pergi ke kamar Isabella. Tak butuh waktu lama, dia kembali lagi dengan membawa sekotak kecil berisikan obat – obatan. “Minumlah dulu,” ucap Almira memberikan 2 pil obat sekaligus Tangannya juga langsung sigap mengambil segelas air putih yang ada di atas nakas. Isabella menerima dan langsung meminumnya. “Trimakasih ya, Tante,” ujar Isabella menyunggingkan senyumnya “Sama – sama. Sekarang kamu bebaringan dulu ya,” “Gak mau. PR-nya belum selesai Tante,” tolak Isabella menggelengkan kepala “Tapi Bell, kamu harus istirahat dulu. Biar sakit punggungmu cepat mereda,” terang Almira mengingatkan “Gak apa – apa kok, Tante. Biar Bella tahan lagi aja. Eman tinggal dikit lagi selesai,” Almira tak menjawab. Dia masih menatap Isabella dengan perasaan cemas. “Bella janji habis ini langsung istirahat,” lanjut Isabella seakan mengerti dengan apa yang Almira pikirkan “Hemm baiklah kalau begitu,” tutur Almira akhirnya setuju Almira kembali membantu mengerjakan PRnya Isabella. Dengan telaten tangannya juga sambil memijat pelan punggung Isabella agar merasa nyaman. Disisi lain, Alvin yang sedari tadi memantau lewat CCTV, nampak tertegun dengan apa yang dilakukan Almira kepada ponakannya. “Pak Alvin,” panggil Jefri kemudian “Hah iya,” lirih Alvin tersadar “Berkasnya, Pak,” “Ya, sampai mana tadi?” tanya Alvin kembali fokus pada pekerjaannya Meski saat ini dirinya sedang lembur, tapi entah kenapa pikiran Alvin malah kemana-mana. . Malam semakin larut, namun pekerjaan Alvin belum juga selesai. Proyek besar yang sedang dia tangani, menjadi salah satu cikal bakal dirinya agar bisa mengambil alih KEZO kembali. Srutt, Alvin menyeruput segelas kopi sambil menatap pemandangan ibu kota dari lantas atas ruang kerjanya. Dia berhenti sejenak agar pikirannya kembali fresh. Namun bukannya menjadi tenang, tiba – tiba sekelibat wajah kembali muncul dibenaknya. “Dia lagi, dia lagi,” lirih Alvin kesal “Kenapa sih, dia selalu muncul dibenakku?” tanya Alvin pada diri sendiri Alvin kembali mengingat tayangan CCTV tadi. “Oh come on, Vin. Dia begitu karena sudah tugasnya menjaga Isabella. Dan tentu saja semuanya tidak gratis. Jadi apa yang dilakukannya selayaknya profesionalitas kerja. Tidak lebih,” tutur Alvin mencoba memberikan stimulus pada diri sendiri Alvin terdiam lalu menggelengkan kepalanya. “Kamu bukan orang yang mudah jatuh cinta Alvin. Ingat itu,” tegasnya dengan pandangan mata lurus ke depan Sepertinya hati Alvin mulai terusik dengan sosok wanita yang bernama Almira. Sehingga untuk kembali fokus kerja saja, harus berulangkali memberi stimulus pada dirinya sendiri. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD