MEETING

1052 Words
Sepeninggal Septian, Rachel menangis. Melihat kemarahan lelaki itu yang tidak mau menceraikannya membuat Rachel merasa semakin sedih. Apalagi saat pria itu dengan penuh kemarahan mengancamnya dan merobek-robek surat gugatan cerai itu. Biar bagaimanapun, Rachel masih mencintai Septian. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Rachel tidak mungkin bisa melupakan masa-masa indahnya bersama Septian. Lelaki itu adalah lelaki yang sudah membuatnya jatuh cinta sehingga rela melakukan apa pun untuknya. Termasuk, menjadi istri yang penurut yang mengabdi padanya selama dua tahun. Demi cintanya pada Septian, Rachel bahkan rela bertahan mendengar caci maki ibu mertuanya yang seringkali mengatainya mandul dan tidak becus dalam bekerja. Padahal, Rachel sudah melakukan segalanya dengan baik. Di rumah itu, dia tidak diperlakukan seperti layaknya menantu, tetapi seperti babu. Akan tetapi, Rachel menerimanya dengan lapang d**a. Sebegitu besarnya cinta Rachel pada Septian sehingga dia rela menjadi bodoh dan terus dihina oleh ibu mertuanya. "Jangan menangis lagi. Pria b******n seperti dia tidak pantas untuk ditangisi. Air matamu terlalu berharga." Ryan merangkul bahu Rachel kemudian membiarkan perempuan itu bersandar di pelukannya. "Kamu cantik, kamu masih muda, masa depan kamu masih panjang. Jangan karena lelaki pecundang seperti dia kamu menjadi lemah!" Rachel semakin terisak mendengar ucapan Ryan. "Cukup sekali saja kamu menjadi bodoh karena mencintai seseorang. Sekarang, kamu harus bangkit. Tunjukan sama b******n itu kalau kamu lebih hebat dari dia. Buat dia menyesal telah menyakiti kamu!" Ryan mengepalkan tangannya. Melihat Rachel menangi seperti itu membuatnya ingin menghajar Septian habis-habisan. "Kenapa aku harus jatuh cinta pada pria b******k seperti dia?" ucap Rachel di sela isak tangisnya. "Karena cinta itu buta, Rachel." *** Keesokan paginya, Ryan mengajak Rachel ke perusahaan Galaxy Corp. Mereka akan mengadakan pertemuan untuk membahas kerjasama perusahaan mereka. Awalnya Rachel menolak karena tidak ingin bertemu dengan Septian. Galaxy Corp adalah perusahaan di mana Septian bekerja. Kalau dia ikut ke perusahaan itu, otomatis dia harus siap-siap bertemu dengan lelaki yang kemarin telah membuatnya menangis hampir seharian. "Ini demi perusahaan, Rachel. Kamu harus profesional, jangan mencampuradukkan urusan pribadimu dengan perusahaan. Kamu mengerti maksud aku 'kan?" Ryan menatap Rachel dengan tatapan memohon. Lelaki itu ingin menunjukkan pada Septian jika sepupunya adalah perempuan yang sangat berharga. Rachel harus menjadi wanita yang hebat setelah berpisah dengan Septian. "Ini saatnya kamu menunjukkan pada suamimu kalau kamu kuat. Selama ini pria itu dan keluarganya mengira kalau kamu adalah perempuan yang tidak berguna bukan?" Rachel mengangguk membenarkan ucapan Ryan. Selama dua tahun pernikahannya dengan Septian Ibu mertuanya memang selalu menganggapnya sebagai benalu yang tidak bisa melakukan apa pun. Perempuan paruh baya itu selalu mengatakan kalau dia hanya hidup menumpang pada Septian. Padahal, tanpa sepengetahuan ibu mertuanya rumah yang mereka tempati bersama itu adalah rumah miliknya. Sampai sekarang, Rachel yakin kalau ibu mertuanya itu belum tahu yang sebenarnya. Septian tidak mungkin jujur dan mengatakan pada ibunya kalau selama ini rumah yang mereka tempati adalah rumah milik istrinya. Septian jelas merasa gengsi jika harus jujur pada ibunya. Apalagi, selama ini ibunya selalu membanggakan Septian di depan teman-teman sosialitanya. "Baiklah! Aku akan ikut denganmu." Rachel menjawab dengan lesu. "Semangat Rachel, jangan terlihat seperti ayam yang mau mati besok." "Ryan!" Rachel mendelik mendengar gurauan lelaki itu. Sementara Ryan tertawa melihat kekesalan sepupunya. "Sebentar lagi kamu akan mengambil alih semua tugasku. Jadi, mulai dari sekarang kamu harus belajar–" "Iya, aku tahu. Dasar bawel!" sungut Rachel mendengar kecerewetan Ryan. Laki-laki itu melebihi seorang perempuan. "Bersiaplah sekarang. Dandan yang cantik biar lelaki itu menyesal sudah menyia-nyiakan wanita cantik dan pintar seperti kamu." Ryan mengacak rambut Rachel sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu. *** "Bukannya itu istrinya Septian ya?" Seorang wanita menunjuk dua orang yang berjalan beriringan. Kedua orang itu adalah Rachel dan Ryan. Mereka layaknya pasangan yang serasi, yang satunya cantik dan prianya juga sangat tampan. Perempuan yang diajak bicara mengangguk membenarkan. Walaupun mereka sudah lama tidak bertemu dengan Rachel. Akan tetapi, mereka masih mengingat dengan baik wajah perempuan cantik itu. Ditambah lagi, Septian juga terkadang membawa perempuan itu saat sedang ada acara yang berhubungan dengan kantor. "Tapi kenapa dia pergi dengan Pak Ryan? Apa dia bekerja lagi di kantor Pak Ryan?" "Entahlah!" Diam-diam beberapa karyawan menggunjing Rachel. Mereka sangat penasaran kenapa tiba-tiba Pak Ryan datang bersama dengan Rachel. Sepanjang perjalanan menuju ruangan meeting, Ryan dan Rachel mendengar bisik-bisik tentang Rachel. Mereka berdua memilih mengabaikannya. Tiba di ruang meeting, Ryan mengenalkan Rachel pada semua orang yang hadir di dalam ruangan itu sebagai sekretarisnya. Septian yang hadir di ruangan itu menatap Rachel yang tak berkedip. Wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu terlihat sangat cantik dan juga anggun. Jauh berbeda dengan Rachel saat masih menjadi istrinya. Saat menjadi istrinya, Rachel hanya berpenampilan sederhana. Septian seolah baru sadar kalau selama ini dia tidak memberikan istrinya kebebasan. Septian menyuruh Rachel memasak dan membersihkan rumah sehingga wanita itu tidak sempat mengurus dirinya sendiri. Istrinya terlalu sibuk mengurus rumah tangga mereka. Apalagi, jika ibunya sudah mempunyai banyak kemauan. Jangankan ke salon atau berbelanja, Rachel lebih memilih istirahat di rumah saat pekerjaan rumahnya selesai ketimbang jalan-jalan. Lagipula, uang belanja yang diberikan olehnya juga memang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka saja karena Septian memberikan sebagian uangnya untuk ibunya. Melihat penampilan Rachel sekarang, Septian yakin kalau istrinya itu mendapatkan uang dari Ryan. Pasti pria itu yang telah memberikannya baju dan barang mewah yang kini melekat pada tubuh Rachel. Mengingat semua itu, darah Septian mendidih. Apalagi, saat melihat beberapa pasang mata yang hadir dalam ruangan itu menatap Rachel dengan tatapan memuja. Mereka semua kagum dengan kecantikan Rachel. "Sial!" umpat Septian dalam hati. Sementara itu, David, CEO dari Galaxy Corp juga sedikit terkejut saat Ryan mengenalkan Rachel padanya. Namun, pria itu menutupi keterkejutannya dengan wajah datar. David mengenal Rachel saat Septian menikahi wanita itu. Dia juga mendengar dari Septian kalau setelah menikah dengannya, Rachel memutuskan untuk hengkang dari pekerjaannya. Namun, kenapa wanita itu mendadak muncul kembali dan menjadi sekretaris CEO D'Univers? David melirik Septian yang tampak tak berkedip menatap istrinya. Lelaki itu sepertinya sangat kesal melihat istrinya bersama dengan pria lain. Memang benar, kedekatan Ryan dan Rachel karena mereka adalah seorang bos dan sekretaris. Namun, bukankah bos dan juga sekretaris itu juga manusia? Dalam dunia kerja, banyak sekali seorang bos yang kepincut dengan sekretarisnya sendiri. Jadi, wajar saja jika Septian merasa cemburu. Apalagi, Rachel memang terlihat sangat cantik. "Setelah meeting ini selesai, kamu harus menjelaskan pada saya kenapa tiba-tiba istrimu menjadi sekretaris Ryan. Jelaskan secara jujur karena saya tidak suka dan tidak akan mengampuni seorang pengkhianat!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD