6. PEMBAWA MASALAH

1350 Words
Wajah lega ditunjukkan Gyan setelah berhasil membantu teman lamanya mengurus kepindahan putrinya. Setelah mengurus semuanya, Naira yang merupakan anak dari Jay, kini bisa bersekolah di yayasan milik keluarga Romedjo. “Thanks Gyan, kalau bukan karena bantuan kamu, nggak tahu gimana jadinya Naira,” ucap Jay saat keluar dari ruang administrasi sekolah. “Rasanya melegakan sekali.” Gyan tersenyum lalu tangannya mengusap pucuk kepala Naira. “Sama-sama. Aku senang bisa bantu Naira. Sekarang Naira jadi anak Bali, semoga betah, ya.” “Iya Uncle.” Gyan mengedarkan pandangan ke sekitar sekolah. Tempat ini menjadi begitu familier karena seringnya datang demi membantu Jay. Saat ini para siswa sedang beristirahat dan beberapa sudah ada yang pulang. Jay melihat jam yang melingkat di tangannya. “Kamu mau pergi sekarang?” “Enggak, kok. Hari ini khusus untuk nemenin Niara,” jawabnya. “Kenapa?” “Mau ngopi dulu?” “Ngopi? Memangnya Naira nggak mau keliling lihat sekolah dulu?” Naira mendongak, menatap ayahnya. “Boleh nggak, Pi?” “Boleh kalau Niara mau.” “Mau!” serunya dengan semangat. Akhirnya Gyan mengajak Jay dan putrinya untuk melihat keadaan sekitar. Sebenarnya Gyan sangat jarang datang ke sekolah ini. Selain tidak ada keperluan, ia juga tidak ingin disambut berlebihan karena merupakan anak dari pemilik yayasan. Tetapi sekolah ini juga kadang menjadi tempat pelarian ketika ia merasa penat. Bisa melihat anak-anak tanpa beban, ia turut senang. “Gimana, nggak kalah bagus sama sekolah Naira yang dulu, kan?” tanya Gyan setelah berkeliling hampir 15 menit karena kondisi cukup panas. “Suka, nggak sabar besok sekolah,” jawabnya ceria. Jay tersenyum melihat putrinya yang ternyata antusias pindah ke Bali. “Mami kamu pasti senang dan nggak sabar nyusul ke sini.” “Uncle Gyan!” Suara teriakan yang sangat famlier berhasil membuat Gyan serta temannya terkejut. Ia mencari sumber suara dan mendapati Nio sedang berlari mengarah ke tempat Gyan berdiri. “Uncle di sini?” tanya anak itu dengan napas berat karena berlari kencang. Gyan pun berlutut demi bisa mengimbangi tinggi Nio. “Hai boy, belum pulang?” “Biasa, nunggu mommy,” jawabnya. “Terlambat lagi, ya?” Anak itu mengangguk polos. “Iya. Mommy lagi banyak kerjaan, jadi sibuk.” “Siapa Gyan?” tanya Jay. “Oh, namanya Nio. Kami kenal di sini. Nio, ini temannya Uncle. Namanya Uncle Jay.” “Halo Uncle, namaku Nio,” ucap Nio sambil mengulurkan tangan dengan sopan. Jay membalas. “Hai Nio. Kamu kelas berapa?” “Kelas satu.” “Wah, berarti nanti satu kelas sama Naira, dong.” “Naira?” Nio menatap Niara dengan penasaran. “Dia?” tunjuk anak itu. “Iya. Ayo Naira, kenalan sama Nio. Berarti kamu sudah punya teman baru di sini.” Naira mengulurkan tangan malu-malu. “Halo, namaku Naira.” “Namaku, Nio.” Melihat dua anak ini berkenalan, membuat Gyan dan Jay merasa senang. Tingkah polos mereka sangatlah menggemaskan. “Nio, sambil nunggu mommy, mau ikut ke kafe es krim di seberang sekolah?” Nio mengangguk antusias, seakan melupakan nasihat ibunya. “Mau.” “Oke, kalau begitu kita ke sana sama Naira dan Uncle Jay.” Tidak jauh dari sekolah memang ada kafe yang terkenal dengan es krim dan kopinya. Banyak para orang tua menunggu anaknya pulang sekolah sambil menikmati makanan dan minuman. Gyan pun sudah berpesan kepada satpam sekolah agar nanti memberitahu Rhae keberadaan anaknya. Gyan tidak tega meninggalkan Nio menunggu ibunya dalam keadaan cuaca cukup panas. “Nio, makannya pelan-pelan ya. Dan ini air putih, jangan lupa diminum,” ucap Gyan kepada Nio. Nio mengangguk. Matanya tidak lepas melihat es krim rasa vanila dan cokelat dengan taburan kacang di atas pilihannya. “Makasih Uncle Gyan,” ucapnya. Satu suap masuk ke dalam mulut Nio, ekspresinya langsung berubah bahagia. Layaknya anak kecil pada umumnya, akan selalu excited mendapatkan es krim. “Apa orang tuanya sering terlambat jemput?” tanya Jay dengan suara berbisik. Gyan tersenyum. “Yang aku tahu, ini yang ketiga kalinya. Entahlah untuk hari lain, aku nggak tahu,” jawab Gyan. “Harusnya papanya lebih tanggung jawab, kasihan kalau nunggu lama karena mamanya kerja.” “Kita nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya.” “NIO!” Gyan melihat Rhae berlari dengan wajahnya yang panik. Nio pun terkejut melihat ibunya. Reaksinya berbeda dari biasanya. Kali ini Rhae terlihat sangat takut. “Mommy.” Tangan Rhae dengan cepat menyingkirkan es krim yang sudah dimakan Nio beberapa suap. “Jangan dimakan!” Gyan tidak kalah terkejut. “Ada apa? Kenapa kamu lempar es krimnya?” “Kamu!” Rhae menunjuk Gyan dengan tatapan tajam dan napas menggebu. “Kamu mau ngeracunin anak saya?” “Apa?” Belum selesai perdebatan, tiba-tiba Nio memegang dadanya. Anak itu merasakan sesak dan sulit bernapas. Wajahnya pun memerah, hingga menimbulkan kepanikan. “Mom …” “Nio, kamu nggak apa-apa?” Gyan langsung menahan tubuh Nio yang mulai lemas. “Nio kenapa?” “Kita ke rumah sakit sekarang. Sabar ya, nak. Tolong jangan buat Mommy panik,” ucap Rhae setengah menangis. “Dia alergi es krim?” celetuk Jay. “Alergi?” Gyan terkejut. Tanpa menunggu lama, pria itu langsung merangkul tubuh Nio untuk dibawa ke mobil Rhae. Ia tahu apa risikonya jika orang yang punya alergi terlambat mendapat penanganan. Itu sebabnya, tanpa izin pun ia akan tetap membawa Nio. “Cepat buka mobilnya!” ucap Gyan kepada Rhae. Meski sangat marah kepada Gyan, tapi Rhae mengesampingkan egonya. Ia mengutamakan keselamat anaknya. Nio masih sesak dan ruam mulai muncul di wajahnya. Beruntung, sekolah Nio sangat dekat dengan rumah sakit sehingga segera mendapatkan penanganan di IGD. Untungnya anak itu dalam keadaan sadar dan masih berusaha kuat melawan sakitnya. “Anak Ibu dalam keadaan stabil. Untung segera dibawa ke sini, jadi alerginya tidak terlalu parah.” “Apa anak saya harus dirawat, Dok?” tanya Rhae cemas. “Tidak perlu. Kondisinya akan semakin membaik setelah diberikan obat. Kemungkinan karena konsumsi kacangnya hanya sedikit, jadi masih bisa ditangani tanpa perlu diopnam.” Seketika raut wajah Rhae nampak lebih lega setelah mendengar penjelasan dari dokter. Ia pun segera menyeka air matanya yang sempat keluar karena rasa takut dan khawatir. “Saya minta maaf,” ucap Gyan. Rhae menarik napas dalam, lalu mengembuskan dengan kasar. Tangannya mengepal, ingin sekali memberikan tamparan kepada Gyan agar berhenti mengganggu hidupnya. “Kenapa kamu nggak pernah bisa menghargai peringatan saya? Apa semua omongan saya kamu anggap seperti angin lalu?” Gyan menghela napas kasar. “Nio menghampiri saya dan mana mungkin saya tega ninggalin dia sendiri sedangkan kamu belum datang. Saya kasihan sama dia nunggu kamu dalam keadaan cukup panas,” jelasnya. Gyan kembali menghela napas dengan penuh penyesalan. “Oke, salah saya semakin fatal karena ajak dia makan es krim. Harusnya saya lebih paham kalau niat baik nggak selamanya berdampak baik,” smabungnya. “Cukup! Cukup ganggu saya dan Nio. Kemunculan kamu justru membawa masalah buat anak saya. Dan saya, nggak pernah suka kamu mendekati Nio!” “Saya minta maaf …” “Ibu Rhae!” Rhae menoleh ketika namanya dipanggil oleh suster yang barusan ikut menangani anaknya. “Iya, saya di sini.” “Mohon ikut saya sebentar untuk urus administrasi dan obat anak Anda.” “Baik.” Sebelum pergi, Rhae kembali menatap Gyan dengan kilat amarah dan rasa kecewa. Tidak peduli bagaimana raut wajah pria itu yang penuh sesal, baginya itu percuma. “Jangan pernah muncul di hadapan saya. Atau saya akan tuntut sekolah karena membiarkan kamu bawa anak saya tanpa izin. Tidak peduli kamu anak pemilik yayasan atau siapa, karena bagi saya kamu salah,” ucapnya dengan tegas. Yang bisa dilakukan Gyan hanya diam ketika Rhae menghilang dari hadapannya. Ia tidak marah atau malu dimarahi sekeras itu oleh wanita itu. Namun yang paling menyakitkan adalah ia sangat ceroboh kepada Nio. Memberikan makanan yang seharusnya bisa menyenangkan tapi justru membuat anak itu masuk IGD. Gyan menyugar rambutnya dengan kasar. Penyesalan selalu datang di akhir. Posisinya serba salah dan yang menjadi korban adalah anak tidak berdosa itu. “Uncle minta maaf, Nio. Harusnya kalau mau melanggar peringatan mommy kamu, Uncle nggak melangkah sejauh ini. Sekarang kamu jadi sakit,” gumam Gyan cemas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD