“Sini, A’.” Aku merapikan letak selimut Kak Damar. Menyimpan kain dan wadah yang aku gunakan tadi. Begitu kembali, Ganda sudah duduk di bangku samping ranjang Kak Damar. “Lagi nggak sibuk, A’?” Ganda menoleh, lalu menggeleng. Kami sempat bertatapan beberapa detik sebelum aku mengalihkan pandanganku untuk memotong buah dan menyajikannya padanya. Dia berdiri dan berjalan ke arah sofa dan duduk di sampingku. Ganda sempat menanyakan tentang keluarga Damar. Bunda dan ayah sedang beristirahat. Seperti biasa, malam nanti ayah yang akan menemani Kak Damar. Aku memberikan semangkuk potongan buah pada Ganda, dan dia menerimanya. Sebenarnya, aku sedikit penasaran dengan raut wajahnya saat ini. “Ada sesuatu yang mengganggu, A’?” Aku tak kuasa untuk memendam sendiri saat tahu dari raut wajahnya

