“Apa terlihat begitu jelas?” Tanya Keiden panik.
Peter menggeleng. “Hanya terkadang saya merasa ada sesuatu diantara bapak dan ibu Lisa. Lalu keyakinan saya bertambah melihat bunga yang saya berikan pada bapak ada pada bu Lisa tadi siang.” Ucap Peter membuat wajah Keiden sedikit tersipu.
“Kalau begitu dapatkan hal yang lain, agar saya terlihat tetap cool dihadapan nya. Untuk mendekati nya dari depan, wanita itu pasti akan sangat kepedean.” Ucap Keiden.
Peter mengangguk, lalu mengingat sesuatu dari buku yang pernah ia baca sebelum nya. “Romantisme di tempat kerja. Kisah seorang bos dan sekretaris, kalau gak salah judul nya Sekretaris Revan.” Gumam Peter.
“Buku apa? Sekretaris apa?” Tanya Keiden tidak sabar mendengar nya.
Peter mengangguk. “Saya telah menemukan caranya, lewat buku yang pernah saya baca. Tapi— seperti nya bapak tidak bisa melakukan nya.” Ujar Peter membuat harga diri Keiden jatuh.
“Apa yang tidak bisa saya lakukan?!” Ucap Keiden dengan bengis pada Peter.
Peter sedikir ragu untuk menyampaikan nya, akan tetapi kalau terlalu lama berbicara bisa-bisa lidah nya dipotong oleh Keiden. “I-itu, bapak harus mencari cara untuk menghamili bu Lisa.” Ujar Peter membuat Keiden terbatuk-batuk.
Wajah Keiden kini memerah, bahkan baru mendengar ucap saja Peter saja berhasil membuat nya mati kutu. Bagaimana saat dirinya memperaktekan nya. “Bukankah itu cara yang terlalu kotor?” Tanya Keiden ketika berhasil menenangkan diri.
Peter mengangguk. “Karena itulah tidak ada sesuatu yang instan untuk mengubah perasaan seseorang.” Ucap Peter cukup mengenai perasaan Keiden.
“Hm, lalu dibuku yang kamu baca. Apa pria itu berhasil menghamili wanita itu?” Tanya Keiden ragu juga malu.
Peter mengangguk, padahal ia berbohong. Pria didalam novel tersebut tidak jadi melakukan nya padahal sudah ada waktu yanb tepat untuk melaksanakan aksi nya. Tetapi dari situlah, cinta mereka bersemi dan akhirnya bersama. Siapa tahu Keiden juga mengalami hal seperti itu, saat hati nya sendiri yang akan menuntun pria itu harus melakukan apa.
Keiden mengangguk, lalu menyuruh Peter untuk memberikan pesan kepada para pemegang saham berserta direktur untuk mengikuti rapat siang ini. “Suruh mereka bersiap-siap.” Ujar Keiden sebelum Peter keluar dari ruangan nya.
Dijalan Peter bertabrakan dengan seorang wanita. “Eh maaf Peter.” Ujar Diana.
Peter melihat Diana, ketua divisi keuangan yang cantik dengan body aduhay walau umur nya sudah tidak muda lagi. Kurang lebih dua puluh delapan tahun, ya..berbeda dua tahun dari nya.
“Saya yang harus nya minta maaf.” Ucap Peter.
Peter melihat beberapa tumpukan laporan dibawah kaki mereka yang sempat terjatuh karena bertabrakan. “Bias saya bantu.” Ucap Peter sembari berjongkok merapihkan kertas-kertas yang berceceran.
“Gausah loh, kamu pasti lagi buru-buru kan?” Tanya Diana.
Peter menggelengkan kepalanya, lalu menatap wajah cantik Diana sebentar. Diana masih terlihat cantik dan belum menikah, satu rahasia yang disimpan Peter selama ini adalah ia sudah naksir dengan wanita itu sejak satu tahun lama nya. “Saya memang lagi buru-buru, tapi membantu bu Diana lebih penting dari segalanya.” Ucap Peter membuat Diana menatap lelaki itu.
“Barusan, kamu bilang apa?” Tanya Diana.
Peter menggelengkan kepalanya, lalu bangkit dari bawah keatas. “Ini, sudah saya bantu rapihkan. Jadi saya udah gak punya hutang bantu lagi ya bu?” Ucap Peter mengajak bercanda.
Diana mengangguk. “Terimakasih Peter, saya akan pergi duluan.” Ucap Diana meninggalkan Peter yang masih menatap kepergian nya sendirian.