9. Kencan Pertama

1027 Words
Hal yang di lakukan Bella saat dirinya terbangun dari tidurnya pagi ini adalah tersenyum lebar. Bagaimana tidak, saat ini dia terbangun di pelukan suaminya setelah tadi malam mereka menghabiskan malam bersama. Semua ingatan tentang kilasan apa yang mereka lakukan tadi malam membuat hati Bella ingin meledak saking bahagianya. "Stevan sangat ... Ya Tuhan," batin Bella. Bagaimana Stevan yang biasanya menampakkan wajah datar dan tidak banyak ekspresi itu bisa melakukan hal segila itu padanya. Gadis itu masih tidak percaya bahwa pria yang dia kagumi selama tiga tahun, pria yang tak pernah dia tau siapa namanya, dan pria ini juga yang membuatnya tak pernah tertarik pada pria lain, sekarang berada disini bersamanya, memeluknya dengan erat di bawah selimut yang menutupi tubuh lelah mereka seusai percintaan yang baru selesai saat menjelang subuh. Bella terlalu asik melamun sambil memperhatikan lekukan wajah Stevan yang terlihat begitu sempurna saat tidur, sehingga tak menyadari bahwa pria yang dia peluk saat ini perlahan membuka matanya. "Selamat pagi, Princess Belle," sapa Stevan dengan suara berat khas bangun tidurnya, membuat Bella tersentak dari lamunan gilanya. "Princess Belle?" Tanya Bella bingung. "Namamu adalah Belle bukan? Bella sama seperti Belle," jelas Stevan. Perkataan Stevan barusan membuat semburat merah muncul di kedua pipi gadis itu. Sungguh tak tau kah Stevan bahwa posisi mereka yang saling berpelukan saat ini saja sudah membuat Bella kesusahan? Ya, kesusahan untuk mengatur detak jantung sialan yang berdegup dengan tidak tau diri, lalu ditambah lagi dengan perkataan manisnya tadi, membuat Bella nyaris menganggap bahwa ini adalah mimpi. "Sepertinya ini sudah tidak bisa disebut pagi," ucap Bella, berusaha mengalihkan rasa gugupnya. "Benarkah? Memangnya jam berapa sekarang?" Tanya Stevan sambil menatap wajah Bella dalam. "Aku tak tau dan aku tak peduli karena ini hari minggu," jawab Bella sambil membenamkan wajahnya di d**a bidang Stevan. Bella tau dan sadar karena apabila lebih lama lagi matanya bertatapan dengan pria itu, Bella tak yakin ia akan rela beranjak dari tempat tidur. Stevan terkekeh dan memeluk Bella semakin erat. "Apakah kau ingin jalan-jalan hari ini? Aku pikir kita bisa menghabiskan hari ini dengan bersenang-senang," ucap Stevan menawarkan sesuatu sambil tersenyum di bahu Bella. Perkataan Stevan membuat Bella melepaskan pelukannya dan mendongakkan kepalanya. "Maksudmu seperti berkencan?" Tanya Bella dengan wajahnya yg serius, membuat Stevan ingin sekali mengigit pipi gadis ini. "Apakah aku terlalu tua untuk itu?" Tanya Stevan menggoda yang membuat Bella refleks menggelengkan kepalanya. Melihat reaksi Bella membuat Stevan tertawa melihat ekspresi istrinya yang tak pernah ia tau bahwa gadis di pelukannya ini memiliki sisi yang sangat menggemaskan. "Jadi mau kemana kita hari ini? " Tanya Bella bersemangat. Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Bella, "Rahasia," bisik Stevan yang membuat bulu tengkuk Bella meremang karena bisikkannya. *** "Bagaimana kalau kuberi nama Yeontan?" Tanya Stevan pada Bella. Saat ini mereka sedang berada di Pet Shop. Rupanya ini adalah tempat "rahasia" yang dikatakan Stevan pada Bella. Stevan dan jga Bella, mereka memutuskan untuk mengadopsi anjing kecil berbulu hitam yang menggemaskan. "Kenapa kau ingin memberinya nama itu?" Tanya Bella dengan wajah bingung karena menurutnya nama itu bukan nama yang umum digunakan untuk menamai anjing. "Kenapa tidak hely atau puppy? Atau kau bisa menamainya si manis," sambung Bella lagi. "Aku tidak ingin nama pasaran seperti itu," jawab Stevan sambil mengelus bulu halus anjing yang sekarang ada dipelukannya. "Aku suka Bethovn," sambung Stevan lagi. "jadi aku pikir jika aku menamai nya Yeontan, itu akan terdengar mirip." "Bethoven pemain piano?" Tanya Bella lagi. "Iya, kau benar," jawab Stevan sambil tersenyum. "Apakah kau suka bermain piano?" Bella merasa harus menanyakan ini juga karena sedikit sekali yang ia tahu tentang pria yang sekarang berstatus sebagai suaminya ini. "Tentu saja," jawab Stevan. "Aku menaruh piano di dekat ruang tv itu bukan tanpa alasan," sambungnya. "Tapi aku tak pernah melihatmu bermain piano, aku ingin melihatnya nanti." Bella menunjukkan puppy eyesnya di depan Stevan , membuat pria itu tersenyum hangat. "Aku akan menunjukkannya padamu setelah kita pulang nanti," ucap Stevan pada akhirnya. "Sebaiknya kita bawa Yeontan jalan-jalan," ucap Stevan lagi. Mereka membawa Yeontan berjalan-jalan di taman, anjing itu berlarian kesana kemari, dan hari ini Bella bisa melihat sisi berbeda dari Stevan. Jika biasanya pria itu hanya akan diam tak banyak bicara dan memasang tampang berwibawa setiap waktu, namun hari ini dia seperti mengeluarkan "sisi lain" yang tak diketahui banyak orang. Pria itu sering sekali tertawa dan tersenyum hari ini, dia juga memakai pakaian yang agak berbeda dari biasanya, tak ada jas dan dasi hari ini. Yang ada hanyalah seorang Stevan tanpa embel-embel CEO. Hari ini Stevan juga hanya membawa dua orang bodyguard untuk menjaga mereka. Stevan juga menyetir mobil sendiri karena pria itu hanya ingin berdua dengan Bella di mobil itu, membuat para bodyguard yang menjaga mereka mengikuti dengan mobil lain secara beriringan. "Sedikit melelahkan, aku ingin menonton film di bioskop," ucap Stevan sambil mendudukkan dirinya di sebelah Bella. Bella tak sadar sejak kapan pria itu sudah berada di sampingnya, dirinya terlalu sibuk dengan ponselnya. "Lalu bagaimana dengan Yeontan?" Tanya Bella. "Aku sudah menelpon Mark untuk menyuruh orang menjemputnya disini." *** "Apakah seperti ini rasanya berkencan?" Batin Bella. Sekarang mereka berada di sebuah mall yang cukp terkenal di Jakarta. Sejak keluar dari mobil, Stevan tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari tangan Bella. Pria itu bahkan memeluk pinggangnya dengan posesif saat ada pria lain yang menatap Bella dengan pandangan penuh minat. "Aku ingin menonton film action," ujar Bella bersemangat sambil menunjuk poster wonder women yang diatasnya bertuliskan now showing. "Aku pikir kau suka film bergenre romance," ucap Stevan sambil melihat poster yang ditunjuk Bella. "Biasanya wanita suka film bergenre percintaan romantis," sambung Stevan lagi. "Aku tidak seperti wanita biasanya, aku berbeda," jawab Bella sambil tertawa. Sekarang Stevan dan Bella sudah berada di dalam theater dan tangan Bella sudah penuh dengan popcorn dan snack yang mereka beli sebelum masuk tadi. "Bella ... lihat kemari," perintah Stevan sambil mengarahkan ponselnya tepat di depan Bella. Cekrek "Kenapa kau tidak bilang kalau kau akan mengambil fotoku?" Tanya Bella sambil memanyunkam bibirnya. "Aku sengaja," jawab Stevan sambil tertawa melihat ekspresi wajah Bella yang menurutnya sangat lucu. Tapi tiba-tiba ponsel yang Stevan pegang berbunyi Ponselnya itu menunjukkan ada pesan yang masuk. Pesan dari Lily yang spontan membuat Stevan kebingungan. Apakah dia akan meninggalkan Bella disini? "Sial!" rutuk Stevan dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD