15. suami kejam

1200 Words
“Makanannya hambar! Albi nggak suka makanan hambar kayak gini!” Ajeng mengomentari masakan Isyana. “Ibu minta masakan diet, rendah lemak, gula dan garam. Aku selalu buat seperti ini, ampuh banget, makan banyak nggak bikin gemuk.” “Masa sih?!” Ajeng masih meragukan. “Iya, buktinya aku.” Isyana memamerkan tubuhnya. Ia termasuk dalam kategori wanita yang memiliki tinggi dan bentuk tubuh ideal. “Ideal kan?” Isyana berkacak pinggang, dimana bagian perut dan p******a adalah bagian paling ia banggakan. “Masa sih?!” “Aku sudah membuktikannya, percayalah.” Isyana tahu betul, bagaimana cara meyakinkan Ajeng apalagi wanita itu memiliki tubuh sedikit berisi. Di usianya yang sudah tidak mudah, metabolisme yang ada dalam tubuh Ajeng tidak akan sama dengan Isyana. Semakin tua, metabolisme akan semakin lambat. “Simpan makanan ini, untukku.” Ajeng menunjuk ke arah makanan yang masih tersisa, “Jangan ada yang makan.” “Iya. Aku akan simpankan untuk Ibu.” “Atau, sebelum pulang buatkan aku salad sayuran dulu.” “Baiklah.” Isyana tersenyum menatap kepergian Ajeng, meninggalkannya di meja makan setelah mengomentari makanannya yang dianggap tidak enak. Isyana memang sering membuat masakan sehat yang kerap dianggap tidak enak oleh sebagian orang yang belum terbiasa. Tapi untuk mempertahankan bentuk tubuhnya, Isyana memang harus mengurangi beberapa jenis makanan tertentu, salah satunya minyak, tepung, gula dan garam. Isyana membuatkan salad untuk mertuanya, menaruh dalam sebuah kotak berwarna merah muda lantas menaruhnya di dalam lemari pendingin. Rencananya, usai membuat salad dan membersihkan diri, ia akan kembali ke apartemen. Atau mungkin jika suaminya belum kembali, ia akan pulang ke rumahnya saja. “Suami?” Isyana tersenyum sendiri, saat menyebut Albi suaminya. “Terlalu berlebihan.” Lanjutnya, tersenyum miris menertawakan dirinya sendiri. Albi tidak termasuk dalam kategori suami, sosok yang seharusnya melindungi Isyana dan menghormatinya sebagai satu-satunya wanita dalam hidupnya, tapi lihatlah yang dilakukan lelaki itu, ia justru hendak menjadikannya sebagai piala bergilir. Sial! Mengingatnya kembali membuat Isyana kesal sekaligus marah. “Aku pulang dulu, Oma.” Pamit Isyana pada Oma, di kamarnya. “Albi sudah pulang? Kalau belum, jangan dulu pulang. Disini saja, temani Oma.” “Albi belum pulang, tapi aku harus membersihkan rumah, memastikannya bersih dan wangi saat suamiku kembali.” Oma tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Baiklah. Sering-sering main ke sini, temani Oma jalan pagi lagi.” “Iya. Aku akan sering berkunjung saat senggang.” Hal yang tidak pernah Isyana duga,yakin saat Oma mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dalam dompet rajut berwarna biru muda. “Untukmu, belilah minuman atau makanan enak, kamu terlalu kurus.” Oma menyodorkan uang tersebut pada Isyana. “Oma tahu, kamu punya banyak uang. Tapi Oma ingin memberinya untukmu.” Isyana tidak mau mengecewakan Oma, jumlah uang yang diberikan pun tidak banyak, tiga lembar uang seratus ribu. Tapi Isyana senang menerimanya. “Asik! Aku mau beli es kopi dan donat nanti,” Isyana bersorak girang. “Terima Kasih Oma.” “Sama-sama.” Isyana pamit pulang tidak hanya pada Oma, tapi juga Ajeng dan Alea. Meski tidak mendapat uang jajan seperti yang diberikan Om, tapi Isyana pulang dengan senyum. Ajeng memang kerap bersikap judes tapi wanita itu tidak benar-benar membencinya. Ia hanya butuh waktu untuk menerima kehadiran Isyana yang dianggap tidak sesuai kriteria menantu idaman. Begitu juga Alea, wanita itu tidak jauh berbeda dengan ibunya, bicaranya terlalu jujur dan tidak pernah berpikir apakah akan membuat orang lain tersinggung atau tidak. Tapi itulah Alea, dibalik sikapnya yang terkesan acuh, sebenarnya ia pun sedang berusaha menerima kehadiran Isyana dalam keluarga Alexander. Isyana tidak langsung menuju kediaman Albi, ia memilih untuk ke apartemen miliknya. Tahu jika lelaki itu belum kembali, Isyana memanfaatkan waktu untuk mengunjungi rumahnya. Masih seperti dua hari lalu, saat ia meninggalkan apartemen tempat tinggalnya, suasananya masih sama dengan tatanan perabotan yang sama. Isyana sudah mengganti kunci apartemen, sebab Mika masih menyimpan kunci cadangan yang takutnya digunakan oleh wanita itu untuk kembali menjarah rumahnya. Berada di kediaman Albi tidak sama dengan tempat tinggalnya. Apartemen milik lelaki itu memang jauh lebih mewah, tapi Isyana merasa lebih nyaman tinggal di apartemennya. Isyana membuka akun media sosialnya, yang selama beberapa hari ini sengaja diabaikan. Isyana enggan melihat berita tentangnya yang selalu dibuat dengan banyak drama dan kebohongan. Selain itu masih banyak juga komen negatif yang memenuhi kolom komentar postingan lamanya di akun media sosial. Saat membuka akun media sosialnya, Isyana menghela lemah. Sesuatu yang menyesakkan kembali hadir, pengikutnya semakin hari kian berkurang saja. Bahkan kurang dari satu bulan Isyana harus kehilangan banyak followers, yang dulu selalu meramaikan setiap postingannya dengan berbagai sanjungan. Kini semua itu tidak lagi sama. Memang masih ada beberapa orang yang mendukung dan menyemangatinya, tapi semua itu tidak cukup mengembalikan keadaan. Isyana kehilangan kepercayaan dari penggemarnya. Setelah sekian lama, akhirnya Isyana memberanikan diri mengunggah kembali sebuah gambar. Bukan gambar iklan atau promosi suatu produk, melainkan gambar dirinya dan Albi. Butuh pencitraan untuk membuktikan pada semua orang bahwa rumah tangganya baik-baik saja. Selang satu menit berlalu, kolom komentar kembali bermunculan dengan beragam pendapat. Ada yang menganggap Isyana hanya pencitraan seperti kenyataannya tapi ada juga yang mendoakan rumah tangga Isyana langgeng sampai tua. Isyana tersenyum membaca komentar positif untuknya, tapi ia tidak merespon siapapun yang menghujatnya. Untuk saat ini ia harus menunjukkan pada dunia maya, bahwa rumah tangganya baik-baik saja. Tidak peduli yang terjadi sebenarnya justru badai, topan dan halilintar yang mengguncang jiwanya. Cukup menghibur, saat ada beberapa penggemar yang memang masih setia menyemangati Isyana, memberinya banyak dukungan bahkan mereka meminta Isyana tetap aktif di dunia entertainment meskipun saat ini sudah memiliki seorang suami. Isyana memang tidak akan meninggalkan dunia yang telah membesarkan namanya, memberinya banyak pengalaman dan kehidupan yang jauh dari kata layak. Ia akan kembali, menjadi Isyana Melani yang bersinar, multitalenta seperti dulu. Rindu akan banyak tawaran yang terkadang terpaksa ditolak, sebab situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Rindu juga momen dimana setiap harinya Isyana mendapatkan banyak tawaran kerja sama dari mulai brand lokal sampai brand luar. Isyana berusaha mengumpulkan kembali semangatnya, yakin badai pasti akan berlalu. Isyana membalas beberapa komen baik untuknya, sampai tidak sadar seseorang masuk kedalam rumahnya. “Ponsel jauh lebih menarik dibanding aku?” Isyana menoleh ke arah sumber suara, dimana Albi sudah berdiri di depan pintu masuk. Isyana senang sekaligus kesal melihat kedatangan lelaki itu di rumahnya. “Seharusnya kamu tetap di rumah saat suamimu pulang. Tapi sayang sekali, aku tidak menemukan istri yang kurindukan ada di rumah.” Albi masuk, menghampiri Isyana. “Apa yang kamu lakukan saat aku tidak di rumah? Aku harap kamu tidak melakukan hal-hal yang bisa membuatku kesal.” “Apa yang membuatmu kesal? Kasih tahu contohnya.” “Membalas komentar tidak penting dari orang-orang yang selalu ikut campur.” Albi mengambil ponsel Isyana, “Kembalikan! Aku hanya membalas mereka yang masih mendukungku.” “Mendukung? Mereka hanya ingin tahu kehidupan pribadimu, bukan mendukung.” “Kebalikan!” Isyana hendak merebutnya kembali tapi Albi tidak lantas mengembalikannya dengan mudah. “Aku tidak suka, karena mereka membuatmu tidak fokus padaku.” “Apa?! Albi jangan macam-macam! Jangan di hapus.” Tapi sepertinya Albi tidak mendengarkan ucapan Isyana, ia justru menghapusnya dengan sengaja. “Albi!” Sentak Isyana, namun percuma saja lelaki itu baru saja menghapus postingan yang baru saja diunggah. Lelaki itu benar-benar bukan manusia! "aku benci kamu Albi!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD