“Pakai ini!” Albi memberikan sehelai handuk untuk menutupi tubuh Isyana yang nyaris telanjang.
Lelaki itu juga mengambil segelas air, lantas menyeramkannya ke arah Arik.
“Sadar! Lo udah nggak waras!” Wajah Arik basah seketika.
“Lo hampir saja memperkosa Isyana!”
Sepertinya Arik mulai kembali sadari, lelaki itu mengerjap berulang kali dan menatap ke arah Isyana yang tengah berdiri memegangi handuk yang menutupi tubuhnya sebatas paha.
“Isyana?” Arik menyadarinya, bahwa wanita yang berada di kamar tersebut bukan Nadia kekasihnya, tapi Isyana.
“Sial! Apa yang lo lakukan, hah?!” Raut wajah Arik berubah memerah, rahangnya mengeras, menahan gejolak amarah yang mulai membakar tubuhnya. Sadar situasi saat ini adalah sebuah rencana yang sudah di dusun oleh Isyana. Arik menghampiri Isyana, hendak melampiaskan kekesalannya.
“Jalang sialan! Lo yang merencanakan semua ini, kan? Lo yang menaruh obat itu di dalam minuman.” Arik mulai mengingat awal mula ia merasa ada yang salah dengan tubuhnya, selain kesadarannya mulai hilang, Arik pun merasakan hasrat yang begitu kuat dalam dirinya dan semua itu berasal dari minuman yang sudah tercampur dengan obat perangsang.
“Tenang, Rik. Jangan main kasar, gue saksinya, gue akan membantu lo menjelaskan semua ini pada Nadia.” Albi menarik pundak Arik yang hendak menyerang Isyana.
“Pakai baju lo!” Perintah Albi, dimana Arik hanya mengenai boxer saja, sementara jas dan semua pakaiannya sudah tergeletak , berceceran di lantai.
Arik menurut, lelaki itu segera menuju kamar mandi untuk mengenakan kembali pakaiannya, tapi baru saja beberapa detik Arik masuk kedalam kamar mandi, dari arah luar terdengar suara ketukan.
“Jangan dibuka!” Larang Albi, tapi Isyana mengabaikan ucapan lelaki itu, lantas membuka pintu kamar dimana Nadia, kekasih Arik berdiri di depan pintu kamar. Isyana tidak sedikit pun terkejut dengan kedatangan wanita itu, Della pasti sudah menghubunginya, memberitahukan keberadaan Isyana dan Arik.
“Kalian? Arik mana?” Tanya Nadia, wajah wanita itu pucat pasi.
“Nadia!” Mendengar suara yang begitu familiar di telinganya, membuat Arik segera berlari menuju ke arab pintu, bahkan ia belum selesai memakai pakaiannya.
“Nadia, aku bisa jelaskan.” Arik ketakutan, sementara Isyana justru memilih diam, membiarkan Nadia dengan asumsinya sendiri.
“Nadia tunggu! Aku bisa jelaskan!” Arik hendak mengejar, untuk menjelaskan apa yang terjadi, sayangnya baru saja beberapa langkah tiba-tiba Arik melihat segerombolan orang lengkap dengan lensa kamera menuju ke arahnya. Situasinya akan semakin kacau, saat mereka berhasil menangkap Arik dan mengambil gambar, serta menyebarkan berita murahan setelahnya. Arik pun kembali ke dalam kamar, dengan terpaksa ia membiarkan Nadia pergi tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu.
Arik mengunci pintu, sesaat sebelum para pemburu berita itu berhasil sampai di depan pintu kamar. Dari arah luar terdengar suara memanggil nama Isyana.
Tidak tahu pasti dari mana mereka datang dan mengapa mereka bisa masuk ke dalam hotel dengan mudah seperti saat ini, sebab hotel yang ditempati bukan hotel biasa, melainkan hotel mewah dengan pengamanan yang sangat ketat. Pemburu berita itu tidak akan bisa dengan mudah, kecuali dengan bantuan seseorang yang sangat berpengaruh.
Arik menatap tajam ke arah Isyana, wanita yang menjadi sumber masalah dan tersangka utama hari ini.
“Kamu yang merencanakan semua ini? Kamu juga yang mengundang pemburu berita sampah itu datang?!”
Arik mendekati Isyana.
“Bicaralah! Atau aku akan merobek mulutmu!” Ancam Arik.
“Tenang,” Situasi semakin tidak terkendali, diperparah dengan kehadiran Nadia secara tiba-tiba. Dipastikan Arik murka.
“Dia yang merencanakan semua ini! p*****r laknat!” Arik menepis tangan Albi, lantas menyerang Isyana dengan gerakan yang sangat cepat.
“Lo p*****r murahan Isyana. Sejak dulu, lo memang w************n!” Arik mencekik Isyana, membuat wanita itu merintih kesakitan. Cengkraman di lehernya begitu kuat, Arik menggunakan seluruh tenaganya untuk melampiaskan amarah pada Isyana.
“Arik! Lo bisa membunuhnya!” Albi tidak bisa diam begitu saja membiarkan Isyana diserang Arik, wanita itu akan mati dalam waktu singkat mengingat saat ini Arik benar-benar murka padanya.
“Kita selesaikan masalah ini bersama, jangan main hakim sendiri.” Albi berhasil memisahkan Arik yang tengah mencekik leher Isyana dengan susah payah.
“Gue saksinya, lo dan Isyana nggak melakukan itu!”
Isyana terbatuk-batuk, lehernya terasa sakit akibat cengkraman Arik yang nyaris saja memutuskan nafasnya.
“Lo lihat sendiri, dia nggak cuman sengaja merencanakan semua ini tapi dia juga yang mengundang wartawan sialan itu! Mereka semua ada di luar, siap menyebarkan berita sampah yang akan menimbulkan kegaduhan.” Arik benar-benar kesal, “Tidak perlu menunggu besok, mungkin sekarang pun mereka sudah mulai menggiring opini dengan menjadikanku sebagai bahan berita utama.” Sentaknya.
“Lo yang memulai semua ini, lo juga yang harus bertanggung jawab!” Arik menunjuk ke arah Isyana.
“Hidup lo dalam masalah, jika sampai pernikahan gue dan Nadia batal.” Ancamnya.
Isyana menatap dengan tatapan yang sulit dijelaskan, ternyata apa yang dilakukannya hari ini tidak lantas menyelesaikan masalah yang terjadi.
Rencana menyelamatkan karirnya, justru berakhir dengan ancaman yang tidak bisa dianggap main-main.
Seorang Arik Dirgantara murka, bisa dipastikan lelaki itu akan menjadi ancaman besar dalam hidupnya. Bukan hanya karir yang terancam tapi mungkin juga nyawanya.
“Pakai pakaianmu.” Albi mengambil setiap helai pakaian Isyana, kondisinya sudah tidak layak pakai bahkan beberapa diantaranya sudah koyak.
“Aku akan membantumu.”
Isyana masih diam seribu bahasa, saat kedua lelaki itu berusaha mencari cara agar bisa keluar dari dalam kamar tanpa diketahui para wartawan yang sudah menunggu di luar.
Isyana justru menatap sedih ke arah ponselnya dimana berita tentangnya sudah mulai beredar dengan sangat cepat. Bahkan beberapa akun gosip mulai gencar memberitakannya dengan brutal.
“Isyana, selebgram ternama kepergok berduaan bersama seorang lelaki berinisial A, yang diduga lelaki itu sudah memiliki calon istri.”
“Isyana menjadi simpanan seorang lelaki yang sudah memiliki calon istri.”
“Isyana kepergok check-in bersama seorang pria yang sudah memiliki kekasih.”
Judul berita yang mulai berseliweran di media sosial, dimana postingan tersebut mengundang banyak reaksi. Tidak sedikit yang masih membelanya, tapi sebagian besar dari mereka justru menghujat Isyana dengan kata-kata kasar dan sumpah-serapah yang menyakitkan. Begitu mudahnya mereka terprovokasi dengan berita yang belum jelas kebenarannya, tapi Isyana sudah tahu bagaimana kejamnya dunia entertainment yang bisa melambungkan namanya dalam sekejap tapi juga bisa menjatuhkannya dalam hitungan detik.
Isyana harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi nanti, dimana ia akan kehilangan karir serta sumber mata pencahariannya.
Hidupnya akan benar-benar hancur.