Siang itu, Jakarta terasa seperti panggung raksasa: bising, padat, tapi entah kenapa hati Anggita terasa ringan. Pagi tadi Rafka sudah berangkat kerja, meninggalkan kecupan cepat di kening dan pesan pendek: “Jangan lupa makan siang, dan jangan jajan sembarangan.” Lucunya, Anggita justru membaca pesan itu sambil tersenyum lebar di ruang tamu, merasa seperti gadis SMA yang baru dititipin uang jajan sama pacarnya. Ia menatap saldo di aplikasi perbankan yang barusan ditransfer Rafka — nafkah pertamanya. Jumlahnya cukup besar, bahkan lebih dari yang ia butuhkan. Nolnya banyak dan membuatnya sangat bahagia karena mendapatkan uang tanpa perlu bekerja atau berusaha. “Wah, ini wajib dirayain,” gumamnya sambil nyengir. “Belanja sepuasnya harusnya boleh dong…” Tanpa pikir panjang, ia mengirim pesa

